1. Tentang Para Hobbit
Sebagian besar buku ini adalah mengenai para hobbit, dan dari lembar-lembar isinya, pembaca bisa menemukan banyak hal tentang karakter serta sedikit sejarah mereka. Informasi lebih lanjut bisa ditemukan dalam cuplikan dari Buku Merah Westmarch yang sudah diterbitkan dengan judul Hobbit. Kisah itu diambil dari bab-bab awal Bukit Merah karangan Bilbo sendiri-hobbit pertama yang menjadi terkenal di dunia luas-yang olehnya dinamakan Pergi dan Kembali, sebab di dalam bab-bab itu ia menceritakan perjalanannya ke Timur, serta kepulangannya: petualangan tersebut kelak melibatkan seluruh hobbit dalam peristiwa-peristiwa besar pada Zaman tersebut, yang dipaparkan di sini.
Banyak pembaca mungkin ingin tahu lebih banyak tentang tokoh-tokoh dalam buku ini, dan mungkin tidak semua pembaca memiliki buku yang sebelumnya. Karena itu, di sini akan disampaikan point-point penting yang dikumpulkan dari hobbit-lore serta petualangan yang pertama, yang digambarkan secara singkat.
Kaum hobbit adalah kaum yang tidak suka menonjolkan diri dan sudah sangat tua umumya. Dulu jumlah mereka lebih banyak daripada sekarang ini; mereka mencintai kedamaian, ketenangan, dan tanah yang digarap dengan baik. Mereka senang berada di daerah pedesaan yang teratur rapi dan diurus dengan baik. Sejak dulu sampai sekarang mereka tidak memahami dan tidak menyukai mesin yang susunannya lebih rumit daripada pengembus api, kincir air, ataupun mesin tenun tangan, meski mereka sangat terampil menggunakan berbagai perkakas. Sejak zaman dahulu kala, mereka takut pada "Makhluk Besar"-sebutan mereka untuk kita, manusia-dan sekarang mereka lebih suka menghindari kita, hingga sukar bagi kita untuk menemukan mereka. Mereka punya pendengaran dan penglihatan tajam; meski cenderung gemuk dan tidak suka terburu-buru, gerakan mereka cepat dan cekatan. Sejak dulu mereka punya keahlian menghilang dengan cepat, tanpa suara, kalau kebetulan berpapasan dengan Manusia yang tidak ingin mereka temui. Mereka sudah mengembangkan keahlian ini sedemikian rupa, hingga bagi Manusia kelihatannya seperti sihir. Tapi sebenarnya kaum hobbit tidak pernah belajar sihir apa pun; kemahiran mereka menghilang semata-mata merupakan keterampilan profesional yang diwariskan turun-temurun, juga berkat latihan dan kedekatan yang begitu erat dengan tanah, dan keahlian ini tak bisa ditiru oleh makhluk-makhluk yang lebih besar dan lebih canggung.
Kaum hobbit ini adalah makhluk-makhluk kecil, lebih kecil daripada Kurcaci: tidak terlalu kekar dan gempal, walau sebenarnya mereka tak bisa dikatakan jauh lebih pendek daripada Kurcaci. Tinggi badan mereka bervariasi, antara enam puluh satu sampai seratus dua puluh dua sentimeter menurut ukuran kita, manusia. Sekarang ini jarang di antara mereka yang tingginya mencapai sembilan puluh satu senti; kata orang, mereka sudah semakin menyusut; pada zaman dahulu, mereka lebih tinggi. Menurut Buku Merah, Bandobras Took (Bullroarer), putra Isengrim Kedua, tingginya seratus tiga puluh sembilan senti dan bisa mengendarai kuda. Yang bisa menandinginya dalam semua catatan kaum hobbit hanyalah dua tokoh terkenal dari zaman lampau; tapi hal tersebut bisa dibaca nanti dalam buku ini.
Mengenai para hobbit dari Shire-yang menjadi sentral dalam kisah-kisah ini-pada masa damai dan kelimpahan, mereka adalah kaum yang riang gembira. Mereka suka mengenakan pakaian dengan warna-warni cerah, dan terutama suka sekali warna kuning dan hijau; tapi mereka jarang memakai sepatu, sebab telapak kaki mereka liat seperti kulit dan dilapisi rambut tebal dan ikal, mirip sekali dengan rambut kepala mereka, yang umumnya berwarna cokelat. Karenanya, membuat sepatu menjadi satu-satunya kerajinan yang jarang sekali dipraktekkan di antara mereka; tapi mereka memiliki jemari panjang dan terampil, dan mereka bisa membuat banyak perkakas lain yang sederhana namun berguna. Wajah mereka lebih berkesan ramah daripada indah, lebar, dengan mata berbinar-binar, pipi merah, dan mulut yang suka tertawa, juga suka makan dan minum. Dan memang, mereka suka tertawa, juga suka makan dan minum, sering dan penuh semangat, sebab mereka suka bercanda sepanjang waktu, dan suka makan enam kali sehari (kalau ada makanan yang bisa diperoleh). Mereka ramah, suka berpesta, dan suka hadiah. Mereka mudah memberikan hadiah, dan juga senang menerimanya.
Jelaslah bahwa kaum hobbit adalah kerabat kita juga, walau kelak mereka menjauhkan diri dari Manusia; mereka jauh lebih dekat dengan kita daripada kaum Peri, atau bahkan kaum Kurcaci. Dulu mereka berbicara bahasa Manusia, dengan cara mereka sendiri; apa-apa yang mereka sukai dan tidak mereka sukai banyak miripnya dengan apa-apa yang disukai dan tidak disukai Manusia. Tapi apa persisnya kaitan kita dengan mereka sudah tidak lagi diketahui. Awal mula kaum hobbit mengacu jauh ke belakang, pada Zaman Peri yang sekarang sudah hilang dan terlupakan. Hanya kaum Peri yang masih menyimpan catatan tentang masa-masa yang telah hilang itu, namun catatan mereka hampir seluruhnya hanya mengenai sejarah mereka sendiri, dan di dalamnya Manusia jarang muncul dan kaum hobbit sama sekali tidak disebut-sebut. Namun jelas bahwa kaum hobbit sebenarnya sudah bertahun-tahun tinggal tanpa banyak ribut-ribut di Dunia Tengah, sebelum makhluk-makhluk lain menyadari keberadaan mereka. Dan berhubung dunia ini memang penuh dengan makhluk-makhluk aneh yang tak terhitung banyaknya, maka kaum kecil ini tidak tampak terlalu penting. Namun pada masa Bilbo, dan Frodo pewarisnya, sekonyong-konyong mereka menjadi penting dan terkenal walau mereka sendiri tidak menghendakinya--dan menjadi masalah bagi kaum Bijak dan Berkuasa.
Masa-masa Zaman Ketiga Dunia Tengah kini telah lama berlalu, dan bentuk semua negeri pun telah berubah; namun wilayah di mana kaum hobbit dulu tinggal, tak diragukan lagi sama dengan wilayah-wilayah di mana mereka masih menetap: sebelah Barat-Laut Eropa, di timur Laut-an. Mengenai asal-usul asli mereka, kaum hobbit yang hidup pada masa Bilbo sama sekali tidak tahu-menahu. Minat belajar (selain pengetahuan tentang silsilah) bukanlah hal yang umum di antara mereka, tapi masih ada beberapa hobbit dari keluarga-keluarga lama yang mempelajari buku-buku mereka sendiri, dan bahkan mengumpulkan laporan-laporan tentang masa-masa lalu dan negeri-negeri jauh dari kaum Peri, Kurcaci, dan Manusia. Catatan yang mereka buat sendiri baru dimulai setelah terbentuknya Shire, dan legenda-legenda mereka yang paling kuno boleh dikatakan hanya sejauh Masa-Masa Mengembara mereka. Namun dari legenda-legenda ini, dan dari bukti tentang kata-kata dan adat-istiadat mereka yang aneh, jelas bahwa seperti banyak makhluk lainnya, pada zaman dahulu kala kaum hobbit telah bergerak ke barat. Kisah-kisah mereka yang paling awal -sepertinya mengacu sekilas pada masa ketika mereka tinggal di lembah-lembah sebelah atas Anduin, di antara tonjolan-tonjolan Greenwood the Great dan Pegunungan Berkabut. Kenapa mereka kemudian melakukan perjalanan berbahaya dan sulit melintasi pegunungan tersebut, menuju Eriador, tidak lagi diketahui pasti. Menurut catatan mereka, alasannya karena semakin banyaknya Manusia di tanah itu, dan karena ada bayangan yang jatuh menyelubungi hutan, hingga hutan itu menjadi gelap dan diberi nama baru Mirkwood.
Sebelum perjalanan melintasi pegunungan itu, kaum hobbit sudah dibagi menjadi tiga jenis berbeda: Harfoot, Stoor, dan Fallohide. Jenis Harfoot berkulit lebih cokelat, lebih kecil, dan lebih pendek; mereka tidak berjanggut dan tidak memakai sepatu; tangan dan kaki mereka bagus dan cekatan, dan mereka lebih suka tinggal di dataran-dataran tinggi serta lereng-lereng bukit. Jenis Stoor lebih lebar dan kekar; kaki dan tangan mereka lebih besar, dan mereka lebih suka tinggal di dataran-dataran serta tepi-tepi sungai. Jenis Fallohide memiliki kulit dan rambut lebih terang, mereka juga lebih tinggi dan ramping daripada kedua jenis terdahulu; mereka sangat menyukai pepohonan dan hutan.
Jenis Harfoot merupakan kerabat dekat Kurcaci pada zaman dahulu kala, dan mereka lama tinggal di kaki-kaki pegunungan. Mereka suh dah lebih dulu pindah ke barat, mengembara melintasi Eriador, hingga sejauh Weathertop, sementara yang lain-lainnya masih berada di Belantara. Mereka merupakan jenis yang paling normal dan paling mewakili kaum hobbit, dan jumlah mereka juga paling banyak. Merekalah yang paling memiliki kecenderungan menetap di satu tempat, juga paling lama mempertahankan kebiasaan tinggal di terowongan-terowongan dan lubang-lubang.
Jenis Stoor lama tinggal di tepi-tepi Sungai Besar Anduin, dan tidak begitu takut pada Manusia. Mereka pindah ke barat, menyusul kaum Harfoot, dan mengikuti aliran Loudwater ke arah selatan; di sana banyak di antara mereka tinggal lama di antara Tharbad dan perbatasan-perbatasan Dunland, sebelum pindah kembali ke utara.
Jenis Fallohide, yang jumlahnya paling sedikit, merupakan kelompok yang tinggal di utara. Mereka lebih akrab dengan para Peri daripada jenis-jenis hobbit lainnya, dan lebih terampil berbahasa dan menyanyi daripada membuat kerajinan; dulu mereka lebih suka berburu daripada menggarap tanah. Mereka melintasi pegunungan sebelah utara Rivendell dan datang ke Sungai Hoarwell. Di Eriador mereka segera berbaur dengan kaum-kaum hobbit lain yang lebih dulu menetap di sana, tapi karena mereka lebih berani dan lebih berjiwa petualang, sering kali mereka menjadi pemimpin atau kepala suku di antara klan-klan Harfoot atau Stoor. Bahkan pada masa Bilbo darah Fallohide yang kuat masih tampak jelas di antara keluarga-keluarga terkemuka, seperti keluarga Took dan Para Penguasa Buckland.
Di wilayah barat Eriador, di antara Pegunungan Berkabut dan pegunungan Lune, kaum hobbit menemukan Manusia dan Peri. Bahkan sisa-sisa kaum Dunedain-raja-raja Manusia yang menyeberangi Laut dari Westernesse-masih tinggal di sana; tapi jumlah mereka menyusut dengan cepat, dan wilayah-wilayah Kerajaan Utara mereka mulai mengalami keruntuhan di mana-mana. Ada tempat untuk para pendatang baru, dan tak lama kemudian kaum hobbit mulai menetap dalam komunitas-komunitas yang teratur. Sebagian besar tempat menetap mereka sebelumnya telah lama hilang dan terlupakan pada masa hidup Bilbo; tapi salah satu dari tempat yang pertama menjadi penting kelak, masih bertahan, walau luasnya telah berkurang; tempat itu ada di Bree, dan di Chetwood yang terbentang di sekitarnya, sekitar empat puluh mil sebelah timur Shire.
Tak diragukan lagi, pada masa-masa awal inilah kaum hobbit mulai belajar mengenal huruf, dan mulai menulis seperti kaum Dunedain, yang lama berselang telah mempelajari seni menulis dari para Peri. Dan pada masa-masa itu pulalah mereka lupa pada bahasa entah apa yang sebelumnya mereka gunakan; sesudahnya mereka berbicara Bahasa Umum, bahasa Westron, yang dikenal di seluruh wilayah raja-raja dari Arnor hingga ke Gondor, dan di seluruh pantai-pantai Laut mulai dari Belfalas hingga ke Lune. Namun mereka masih mempertahankan beberapa kata dari bahasa mereka sendiri, berikut nama-nama bulan dan hari; serta sejumlah besar nama pribadi dari masa lampau.
Sekitar masa ini, legenda di antara kaum hobbit mulai berkembang menjadi sejarah, dengan penghitungan tahun. Sebab pada tahun seribu enam ratus satu dari Zaman Ketiga inilah dua bersaudara Fallohide, Marcho dan Blanco, berangkat dari Bree; setelah mendapatkan izin dari raja tinggi di Fornost-menurut catatan sejarah Gondor, raja yang dimaksud ini adalah Argeleb II, keturunan kedua puluh dari raja-raja Utara, yang berakhir dengan Arvedui tiga ratus tahun kemudian-mereka menyeberangi Sungai Baranduin yang cokelat, diikuti oleh sejumlah besar hobbit. Mereka melewati Jembatan Stonebows yang dibangun pada masa kekuasaan Kerajaan Utara, dan mereka mengambil seluruh wilayah di seberangnya untuk tempat tinggal mereka, di antara sungai tersebut dan Far Downs. Mereka hanya diminta menjaga kondisi Jembatan Besar tersebut, juga semua jembatan dan jalan lainnya, mempermudah perjalanan para kurir Raja, dan mengakui kedaulatan sang raja.
Maka dimulailah masa Hitungan Shire (H.S.), sebab tahun penyeberangan Sungai Brandywine (nama yang diberikan kaum hobbit untuk Baranduin) menjadi Tahun Pertama Shire, dan semua tanggal berikutnya dihitung dari peristiwa tersebut. Dengan demikian, tahun-tahun pada Zaman Ketiga dalam penghitungan kaum Peri dan kaum Dunedain bisa ditemukan dengan menambahkan 1600 pada tanggal-tanggal Hitungan-Shire. Kaum hobbit dari barat ini dengan segera jatuh cinta pada tanah mereka yang baru; mereka pun menetap di sana, dan tak lama kemudian sekali lagi mereka keluar dari catatan sejarah Manusia dan Peri. Sementara masih ada raja yang berkuasa, secara formal mereka dianggap rakyat dari raja tersebut, tapi sebenarnya mereka mempunyai kepala-kepala suku sendiri dan sama sekali tidak ikut campur dengan segala urusan di dunia luar. Ketika terjadi pertempuran terakhir di Fornost melawan Raja Sihir dari Angmar, mereka mengirimkan sejumlah pemanah untuk membantu raja Dunedain, atau begitulah kata mereka, walau hal ini tak pernah disebut-sebut dalam catatan sejarah Manusia. Namun dalam perang tersebut berakhirlah riwayat Kerajaan Utara; kaum hobbit mengambil tanah itu menjadi milik mereka, dan mereka memilih seorang Thain dari antara kepala-kepala suku mereka sendiri, untuk memegang kekuasaan menggantikan sang raja yang sudah tiada. Selama seribu tahun mereka hidup dalam damai, tidak terganggu oleh perang; mereka hidup dalam kelimpahan dan berkembang biak setelah peristiwa Wabah Kegelapan (H.S. 37) hingga malapetaka Musim Dingin Yang Panjang serta masa kelaparan yang menyusul kemudian. Ribuan hobbit tewas ketika itu, namun pada masa terjadinya cerita ini, Hari-Hari Kematian (1158-1160) tersebut telah lama berlalu dan kaum . hobbit sudah kembali hidup dalam kelimpahan. Tanah mereka subur dan ramah, dan meski tanah itu telah lama ditinggalkan ketika mereka memasukinya, sebelumnya tanah itu telah digarap dengan baik; di sana sang raja pernah memiliki banyak pertanian, ladang-ladang jagung, ladang-ladang anggur, dan hutan-hutan.
Tanah itu membentang seluas empat puluh league dari Far Downs ke Jembatan Brandywine, dan lima puluh league dari padang-padang belantara di sebelah utara ke rawa-rawa di sebelah selatan. Kaum hobbit menamai wilayah itu Shire, wilayah kekuasaan Thain mereka, sebuah distrik usaha yang teratur rapi; dan di sana, di sudut dunia yang nyaman itu, mereka menjalani kehidupan yang tenang, dan mereka semakin tidak peduli akan dunia di luar, di mana berbagai unsur kegelapan berkeliaran. Mereka mulai menganggap bahwa kedamaian dan kelimpahan merupakan kelaziman belaka di Dunia Tengah, dan menjadi hak orang-orang yang berakal sehat. Mereka lupa atau tidak mengacuhkan sedikit informasi yang pernah mereka dengar tentang Para Penjaga, serta tentang hasil kerja keras mereka-mereka yang memungkinkan terciptanya kedamaian panjang di Shire tersebut. Sebenarnya mereka menjalani kehidupan yang terlindung, tapi mereka tak lagi ingat hal itu.
Sejak dulu kaum hobbit tidak suka berperang, dan di antara mereka sendiri juga tak pernah terjadi perselisihan. Pada zaman lampau, tentu saja mereka sering terpaksa berperang demi mempertahankan diri di dunia yang keras, tapi pada masa hidup Bilbo, itu sudah menjadi sejarah lama. Pertempuran terakhir, sebelum kisah ini bermula, dan satu-satunya pertempuran yang terjadi di dalam wilayah Shire, sudah lepas dari ingatan siapa pun yang masih hidup, yakni Pertempuran Greenfields, H.S. 1147, di mana Bandobras Took mengadakan invasi terhadap kaum Orc. Bahkan cuaca pun sudah lebih lunak, dan serigala-serigala yang dulu berkeliaran keluar dari Utara dalam musim dingin yang tajam membeku sekarang sudah menjadi cerita masa lalu belaka. Jadi, walaupun masih ada sisa-sisa senjata di Shire, semua itu kebanyakan hanya dijadikan pajangan, digantung di atas perapian atau di tembok-tembok, atau dikumpulkan di museum di Michel Delving, yang disebut Mathom-house-sebab segala sesuatu yang dianggap tidak bermanfaat oleh para hobbit, tapi tidak mall mereka buang, mereka sebut mathom. Tempat-tempat tinggal mereka cenderung menjadi agak sesak oleh mathom-mathom ini, dan banyak hadiah yang beredar dari tangan ke tangan adalah benda-benda semacam itu.
Namun demikian, anehnya mereka tetap merupakan kaum yang tangguh, walau terbiasa hidup nyaman dalam kedamaian. Mereka sulit untuk ditakut-takuti atau dibunuh; dan mereka begitu menyukai barang-barang bagus, walau jika terpaksa mereka bisa hidup tanpa semua itu; mereka juga bisa bertahan menghadapi kesedihan, musuh, atau cuaca, dengan cara yang membuat terperangah orang-orang yang tidak mengenal mereka dengan baik, yang hanya melihat perut serta wajah mereka yang sehat dan cukup makan. Walau tidak suka bertengkar atau membunuh makhluk hidup sekadar untuk menyenangkan diri, mereka tergolong berani dan kalau perlu masih bisa mengangkat senjata. Mereka mahir memanah, sebab mereka bermata tajam dan bisa mengenai sasaran dengan tepat. Bukan hanya dengan busur dan anak panah. Kalau seorang hobbit membungkuk mengambil batu, sebaiknya cepat-cepatlah mencari perlindungan; semua binatang yang melintas lewat perbatasan mereka sudah tahu betul hal itu.
Semua hobbit mulanya tinggal di dalam lubang-lubang di tanah, atau begitulah anggapan mereka. Di tempat-tempat semacam itulah mereka merasa paling nyaman; tapi seiring perjalanan waktu, mereka terpaksa beradaptasi dengan bentuk-bentuk tempat tinggal yang lain. Sebenarnya di wilayah Shire pada zaman Bilbo, hanya hobbit-hobbit paling kaya dan paling miskin yang masih mempertahankan kebiasaan lama tersebut. Hobbit yang paling miskin masih tinggal di liang-liang yang paling primitif, yang benar-benar hanya berupa lubang, dengan satu jendela atau tanpa jendela sama sekali; sementara itu, hobbit-hobbit kaya masih membangun lubang-lubang dalam versi lebih mewah daripada sekadar lubang zaman dulu yang digali begitu saja. Namun tidak mudah menemukan tempat-tempat yang sesuai untuk membuat terowongan-terowongan besar dan bercabang-cabang ini (smials, menurut istilah mereka). Maka di tanah-tanah datar dan distrik-distrik yang terletak rendah, kaum hobbit yang telah berkembang biak mulai membangun di atas tanah. Bahkan di daerah-daerah berbukit dan desa-desa yang lebih tua, seperti di Hobbiton atau Tuckborough, atau di kota utama Shire, Michel Delving di White Downs, sekarang banyak rumah terbuat dari kayu, batu bata, atau batu. Rumah-rumah semacam ini terutama disukai oleh para hobbit yang menjadi penggiling padi, pandai besi, pembuat tali, dan pembuat kereta serta profesi lain semacamnya; sebab meski mereka tinggal di lubang-lubang, kaum hobbit sudah lama terbiasa membangun gudang dan bengkel-bengkel kerja.
Kebiasaan membuat rumah-rumah pertanian dan lumbung-lumbung konon dimulai di antara penduduk Marish di tepi Brandywine. Kaum hobbit di sana, yang disebut penduduk Wilayah Timur, bertubuh agak besar, dengan gerakan lamban, dan mereka mengenakan sepatu bot kurcaci pada musim hujan. Tapi mereka dikenal banyak memiliki darah Stoor, seperti terlihat dari janggut yang banyak dipelihara di antara mereka. Tidak ada kaum Harfoot atau Fallohide yang memelihara janggut. Golongan yang tinggal di Marish dan Buckland, di sebelah timur Sungai yang sesudahnya mereka tempati, kelak sebagian besar datang ke wilayah Shire dari arah selatan; mereka masih tetap memiliki nama-nama aneh serta kata-kata asing yang tidak ditemukan di bagian lain Shire.
Kemungkinan seni membuat bangunan, seperti halnya seni-seni lainnya, dipelajari dari kaum Dunedain. Tapi mungkin juga para hobbit ini mempelajarinya secara langsung dari para Peri, yang menjadi guru Manusia semasa muda. Sebab para Per' Keturunan Bangsawan belum meninggalkan Dunia Tengah, dan ketika itu mereka masih tinggal di Grey Havens jauh di barat, dan di tempat-tempat lain yang masih dalam jangkauan Shire. Tiga menara Peri yang sudah ada entah sejak kapan masih bisa dilihat di Bukit-Bukit Menara di seberang perbatasan-perbatasan sebelah barat. Mereka suka bersinar dari kejauhan, dalam cahaya bulan. Menara tertinggi terletak paling jauh, tegak sendirian di sebuah bukit hijau. Kaum hobbit dari Wilayah Barat mengatakan bahwa orang bisa melihat Laut dari puncak menara itu; tapi belum pernah ada seorang hobbit pun yang naik ke sana. Sedikit sekali kaum hobbit yang pernah melihat atau berlayar di Laut, dan lebih sedikit lagi yang kembali untuk melaporkan pengalaman mereka. Sebagian besar hobbit bahkan sangat tidak menyukai sungai dan perahu-perahu kecil sekalipun, dan tidak banyak di antara mereka bisa berenang. Sementara hari-hari di Shire semakin panjang, mereka semakin jarang berbicara dengan kaum Peri, dan menjadi takut pada mereka, juga tak percaya pada makhluk-makhluk yang berurusan dengan Peri; dan Laut pun menjadi kata yang ditakuti di antara mereka, sebuah tanda kematian, dan mereka pun berpaling dari perbukitan di barat.
Seni mendirikan bangunan mungkin dipelajari dari kaum Peri atau Manusia, tapi para hobbit menggunakannya dengan cara mereka sendiri. Mereka tidak suka membangun menara. Rumah-rumah mereka biasanya berbentuk panjang, rendah, dan nyaman. Jenis rumah yang paling tua bahkan sekadar merupakan imitasi dari smials, dilapisi rumput kering atau jerami, atau diberi atap dari tanah berumput, dengan tembok-tembok agak tebal. Tapi tahap tersebut hanyalah bagian dari masa-masa awal Shire. Sejak saat itu, kecakapan kaum hobbit dalam membuat bangunan telah semakin maju, dengan digunakannya berbagai peralatan, yang dipelajari dari kaum Kurcaci atau merupakan temuan mereka sendiri. Sisa-sisa khas arsitektur hobbit ada pada jendela-jendela berbentuk bundar, bahkan pintu-pintu yang juga bundar.
Rumah-rumah dan lubang-lubang tempat tinggal kaum hobbit di Shire sering kali berukuran besar, dan dihuni oleh keluarga-keluarga besar. (Bilbo dan Frodo Baggins, yang keduanya bujangan, merupakan perkecualian, juga dalam hal-hal lainnya, seperti misalnya persahabatan mereka dengan kaum Peri.) Kadang-kadang, seperti dalam kasus keluarga Took dari Great Smials, atau keluarga Brandybuck dari Brandy Hall, banyak kerabat yang, hingga bergenerasi-generasi, tinggal bersama dalam suasana (relatif) damai di satu rumah pusaka berukuran besar berterowongan banyak. Semua hobbit pada dasarnya suka membentuk klan, dan mereka mencatat hubungan kekerabatan mereka dengan sangat saksama. Mereka membuat pohon silsilah yang panjang dan rumit, dengan cabang-cabang tak terhitung banyaknya. Kalau berurusan dengan para hobbit, penting untuk mengingat siapa berkerabat dengan siapa, dan sampai sedekat apa. Dalam buku ini tak mungkin menyelipkan pohon silsilah yang mencakup para anggota keluarga yang lebih penting dari keluarga-keluarga yang lebih terkemuka pada masa terjadinya kisah-kisah di sini. Pohon-pohon silsilah yang ada di akhir Buku Merah Westmarch sudah merupakan buku kecil tersendiri, dan tidak bakal ada orang yang tertarik membacanya, kecuali para hobbit sendiri. Kaum hobbit sangat menyukai hal-hal semacam itu, kalau dibuat dengan akurat; mereka senang mengisi buku-buku dengan hal-hal yang sudah mereka ketahui, yang dipaparkan apa adanya, tanpa kontradiksi.
***
2. Mengenai Rumput Pipa
Ada satu hal lain yang mengejutkan tentang para hobbit zaman dahulu; kebiasaan mereka yang mengejutkan: mereka suka menggunakan pipa dari tanah liat atau kayu untuk mengisap atau menghirup asap dedaunan obat yang dibakar, yang mereka sebut rumput pipa atau daun, kemungkinan merupakan varietas Nicotiana. Banyak sekali misteri seputar asal-usul kebiasaan-atau "seni"-aneh ini. Dan satu-satunya informasi yang bisa ditemukan dari masa lampau tentang kebiasaan ini disusun oleh Meriadoc Brandybuck (kelak menjadi Penguasa Buckland); dan berhubung ia serta tembakau dari Wilayah Selatan ikut memainkan peran dalam sejarah yang menyusul kemudian, pernyataannya dalam bagian pendahuluan buku Asal-usul Tanaman di Shire karangannya boleh dikutip di bawah ini.
"Ini," katanya, "adalah satu-satunya seni yang bisa kita katakan sebagai penemuan kita sendiri. Kapan persisnya kaum hobbit mulai merokok tidaklah diketahui, sebab semua legenda dan sejarah keluarga menganggap kebiasaan ini sudah ada sejak lama; selama bertahun-tahun kaum hobbit di Shire sudah mengisap berbagai dedaunan, ada yang baunya menyengat, ada juga yang manis. Tapi semua sependapat bahwa Tobold Hornblower dari Longbottom di Wilayah Selatan-lah yang pertama kali menanam rumput pipa di kebun-kebunnya pada masa Isengrim Kedua, sekitar tahun 1070 Hitungan Shire. Sampai sekarang, hasil tanam terbaik masih berasal dari distrik tersebut, terutama varietas-varietas yang kini dikenal sebagai Daun Longbottom, Old Toby, dan Bintang Selatan.
"Bagaimana Old Toby menemukan tanaman itu tidaklah diketahui, sebab sampai saat kematiannya dia tak mau memberitahukan. Dia tahu banyak tentang dedaunan, tapi dia bukan seorang pengembara. Kabarnya semasa muda dia sering pergi ke Bree, walaupun jelas dia tak pernah pergi meninggalkan Shire lebih jauh dari situ. Karenanya sangat mungkin dia mengetahui tentang tanaman ini di Bree; sekarang di sana tanaman tersebut tumbuh subur di lereng-lereng bukit selatan. Para hobbit di Bree menyatakan diri sebagai yang pertama-tama menjadi pemakai rumput pipa. Memang mereka suka mengaku-aku telah melakukan ini-itu lebih dulu daripada orang-orang di Shire, yang mereka sebut "penduduk baru"; tapi dalam kasus ini saya rasa pernyataan mereka ada benarnya. Dan memang dari Bree-lah seni mengisap rumput ini menyebar pada abad-abad belakangan ini di antara kaum Kurcaci dan lain-lainnya, Para Penjaga Hutan, Penyihir, atau pengembara yang masih mondar-mandir di jalur jalanan tua itu. Tapi rumah dan pusat seni tersebut bisa ditemukan di sebuah penginapan tua di Bree, Kuda Menari, yang dikelola keluarga Butterbur sejak zaman entah kapan.
"Tapi berdasarkan observasi-observasi yang saya buat sendiri dalam sekian banyak perjalanan saya ke selatan, saya yakin bahwa rumput itu bukan berasal dari bagian dunia kami, melainkan dari utara, dari bagian hilir Anduin, dan saya duga yang mula-mula membawanya ke sana adalah Orang-Orang Westernesse, melalui Laut. Rumput itu banyak tumbuh di Gondor, lebih lebat dan lebih banyak daripada di Utara. Di Utara tidak pernah ditemukan rumput tersebut tumbuh liar, sebab ia hanya bisa berkembang di tempat-tempat hangat dan terlindung seperti Longbottom. Orang-Orang Gondor menamainya galenas manis, dan mereka menyukainya hanya karena keharuman bunganya. Dari tanah itu, rumput tersebut pasti dibawa ke Greenway, selama abad-abad panjang di antara kedatangan Elendil dan hari-hari kami sendiri. Tapi bahkan kaum Dunedain di Gondor mengakui satu hal ini: kaum hobbit-lah yang pertama-tama menggunakan rumput itu dengan pipa. Bahkan para Penyihir pun tidak terpikir untuk melakukan itu. Tapi ada seorang Penyihir yang saya kenal, yang mempraktekkan seni ini lama berselang, dan menjadi begitu mahir menggunakannya, seperti dalam hal-hal lain yang diseriusinya."
3. Mengenai Pembagian Wilayah Shire {
Wilayah Shire dibagi menjadi empat bagian: Wilayah Utara, Selatan, Timur, dan Barat; dan keempat wilayah ini dibagi-bagi lagi, masing-masing menjadi sejumlah tanah rakyat yang masih menyandang nama-nama beberapa keluarga lama yang terkemuka, walaupun pada masa sejarah ini terjadi, nama-nama tersebut bukan lagi hanya dipakai di tanah-tanah mereka yang semestinya. Hampir semua keluarga Took masih tinggal di Tookland, tapi tidak demikian halnya dengan banyak keluarga lainnya, misalnya keluarga Baggins atau Boffin. Di luar Wilayah-Wilayah tersebut terletak Perbatasan-Perbatasan Timur dan Barat: Buckland; dan Westmarch yang ditambahkan pada wilayah Shire pada H.S. 1462.
Pada masa itu, di wilayah Shire hampir-hampir tidak ada "pemerintahan" apa pun. Keluarga-keluarga di sana boleh dikatakan mengurus urusan masing-masing. Menanam tanaman pangan dan memakannya sudah menghabiskan sebagian besar waktu mereka. Dalam urusan-urusan lain, mereka umumnya bersifat murah hati dan tidak rakus, merasa puas dan hidup sederhana, sehingga tanah-tanah milik, lahan-lahan pertanian, bengkel-bengkel kerja, dan usaha-usaha kecil cenderung tidak mengalami perubahan selama turun-temurun.
Tapi tentu saja ada tradisi lama yang menyangkut raja tinggi di Fornost, atau Norbury, seperti sebutan mereka, jauh di sebelah utara Shire. Tapi di sana sudah tak lagi ada raja selama hampir seribu tahun; bahkan reruntuhan Kings' Norbury telah diselimuti rumput. Namun para hobbit masih juga menyebut-nyebut tentang orang-orang liar dan makhluk-makhluk jahat (seperti troll) hingga mereka tidak tahu kabar sang raja. Mereka menghubungkan seluruh hukum penting mereka pada sang raja; dan biasanya mereka mempertahankan hukum kehendak bebas, sebab bagi mereka itulah Hukum yang paling penting, (seperti kata mereka), hukum lama dan adil.
Memang benar bahwa sejak lama berselang keluarga Took telah memiliki kedudukan terkemuka; jabatan sebagai Thain jatuh ke tangan mereka (dari keluarga Oldbuck) beberapa abad sebelumnya, dan sejak saat itu kepala suku Took memangku gelar tersebut. Seorang Thain merangkap menjadi Hakim Agung Shire, kapten Kepala Pasukan dan Angkatan Bersenjata Hobbit, tapi berhubung prajurit dan persenjataan hanya digunakan pada saat-saat genting, yang tidak lagi dialami, jabatan Thain itu hanya merupakan formalitas belaka. Keluarga Took masih mendapatkan respek khusus, karena jumlah mereka yang banyak dan kekayaan mereka yang luar biasa, dan karena dalam setiap generasi mereka sanggup memunculkan orang-orang kuat dengan kebiasaan-kebiasaan aneh serta berjiwa petualang. Namun kedua unsur tersebut kini lebih banyak ditolerir (di kalangan kaya) daripada disetujui. Tetapi kebiasaan lama tetap bertahan, yakni kebiasaan untuk menyebut kepala keluarga sebagai Sang Took, dan di belakang namanya ditambahkan angka: misalnya Isengrim Kedua.
Satu-satunya pejabat resmi di Shire pada masa itu adalah Wali Kota Michel Delving (atau Wali Kota Shire) yang dipilih setiap tujuh tahun di Free Fair, yang diadakan di White Downs, Lithe, pada pertengahan musim panas. Sebagai wali kota, boleh dikatakan satu-satunya tugasnya adalah mengetuai acara-acara pesta makan-makan yang diselenggarakan pada hari-hari libur Shire yang sering sekali terjadi. Tapi jabatan Kepala Kantor Pos dan First Shirriff juga merupakan tanggung jawab seorang wall kota, maka ia juga mesti mengelola Jasa Kurir dan Ronda. Hanya dua itulah jasa pelayanan di Shire, dan Jasa Kurirlah yang paling banyak pegawainya serta jauh lebih sibuk daripada Jasa Ronda. Tidak semua hobbit mengenal huruf, tapi mereka-mereka yang bisa baca-tulis selalu saja menulis pada teman-teman mereka (dan pada sejumlah kerabat) yang jarak tempat tinggalnya lebih jauh daripada sesiangan berjalan kaki.
Shirriff adalah sebutan kaum hobbit untuk polisi mereka, atau kesatuan setara polisi yang mereka miliki. Tentu saja Shirriff-Shirriff ini tidak memakai seragam (hal-hal semacam itu tidak dikenal di kalangan hobbit). Mereka hanya memakai sehelai bulu di topi mereka, dan dalam prakteknya mereka lebih banyak mengurusi hewan-hewan yang tersesat daripada mengurusi orang. Hanya ada dua belas Shirriff di seluruh wilayah Shire, tiga di setiap Wilayah, untuk Urusan Dalam Negeri. Ada juga suatu kesatuan lain yang agak lebih besar jumlahnya tergantung kebutuhan-untuk "menjaga perbatasan", dan memastikan bahwa orang-orang luar dari jenis apa pun, besar maupun kecil, tidak membuat masalah.
Pada masa cerita ini bermula, Para Penjaga Perbatasan-itu sebutannya jumlahnya sudah jauh bertambah. Banyak laporan dan keluhan tentang orang-orang dan makhluk-makhluk tak dikenal yang berkeliaran di sekitar perbatasan, atau malah memasukinya: tanda pertama bahwa segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, seperti biasa, kecuali dalam cerita-cerita dan legenda-legenda masa lalu. Tapi hanya sedikit yang memperhatikan tanda ini; bahkan Bilbo sendiri belum menyadari apa yang bakal terjadi. Enam puluh tahun telah berlalu sejak ia pertama kali memulai perjalanannya yang bersejarah, dan ia sudah terhitung tua, untuk ukuran hobbit sekalipun, yang sering mencapai umur seratus tahun; namun kekayaan besar yang dibawanya masih banyak tersisa. Seberapa banyak atau seberapa sedikit kekayaan itu, ia tak pernah mengungkapkannya pada siapa pun, tidak juga kepada Frodo, "keponakan" kesayangannya. Dan ia masih tetap merahasiakan cincin yang dulu ditemukannya.
4. Tentang Penemuan Cincin
Seperti dikisahkan dalam The Hobbit, suatu hari datang ke rumah Bilbo sang Penyihir besar, Gandalf si Kelabu, bersama tiga betas kurcaci. Ketiga betas kurcaci itu tidak lain adalah Thorin Oakenshield, keturunan raja-raja, berikut kedua betas rekannya yang tengah dalam pengasingan. Bersama mereka Bilbo berangkat-ia sendiri masih tetap terheran-heran akan hal ini-pada suatu pagi bulan April, tahun 1341 Hitungan Shire, untuk mencari harta karun besar milik Raja-Raja yang disembunyikan oleh para kurcaci di bawah Gunung Erebor di Dale, jauh di Timur sana. Pencarian mereka berhasil, Naga yang menjaga harta karun itu berhasil dikalahkan. Tapi, walau sebelumnya terjadi Pertempuran Lima Pasukan-di mana Thorin tewas terbunuh dan banyak tindakan gagah berani dilakukan-peristiwa ini tidak akan terlalu diperhatikan dalam sejarah kemudian, dan mungkin hanya akan ditulis sebagai catatan pendek dalam sejarah panjang Zaman Ketiga, kalau bukan karena suatu peristiwa "kebetulan". Kelompok mereka diserang para Orc di sebuah celah terjal Pegunungan Berkabut ketika mereka hendak menuju Belantara; kebetulan Bilbo tersesat selama beberapa waktu di tambang-tambang Orc yang gelap, jauh di bawah pegunungan. DI sana, ketika sedang meraba-raba dalam gelap, tangannya menyentuh sebentuk cincin yang tergeletak di dasar terowongan. Ia memasukkan cincin itu ke sakunya. Ketika itu semuanya seolah kebetulan belaka.
Bilbo, yang mencoba mencari jalan keluar, terus turun ke dasar-dasar pegunungan, hingga tak bisa maju lebih jauh lagi. Di dasar terowongan tampak sebuah danau dingin yang jauh dari cahaya, dan di sebuah pulau karang di danau itu tinggallah Gollum. Gollum adalah makhluk kecil yang menjijikkan: ia mengayuh sebuah perahu kecil dengan kaki-kakinya yang besar dan datar, sepasang matanya pucat bersinar-sinar; ia menangkap ikan-ikan buta dengan jemarinya yang panjang dan memakan mereka mentah-mentah. Ia makan makhluk hidup apa saja, termasuk Orc, kalau bisa menangkapnya dan mencekiknya tanpa perlawanan. Ia punya sebuah harta rahasia yang diperolehnya lama berselang, ketika ia masih hidup dalam terang cahaya: sebentuk cincin emas yang bisa membuat pemakainya tidak tampak. Itulah satu-satunya benda yang dicintainya, "hartanya yang paling berharga", dan ia suka mengajak bicara cincin itu, bahkan saat cincin itu sedang tidak dibawanya. Sebab ia menyembunyikan cincin itu di sebuah lubang di pulaunya, kecuali kalau ia sedang berburu atau mengintai para Orc di tambang-tambang.
Mungkin ia akan menyerang Bilbo pada saat itu juga, kalau cincin itu sedang dipakainya ketika mereka bertemu; tapi Gollum sedang tidak memakai cincin tersebut, dan di tangan Bilbo ada sebilah pisau Peri yang berfungsi sebagai pedang. Maka, untuk mengulur waktu, Gollum menantang Bilbo untuk bermain Teka-Teki. Katanya, kalau Bilbo tak bisa menjawab teka-tekinya, ia akan membunuh Bilbo dan memakannya; tapi kalau Bilbo berhasil mengalahkannya, maka ia akan memenuhi permintaan Bilbo: menuntunnya keluar dari terowongan-terowongan itu.
Berhubung Bilbo tersesat dalam gelap, tanpa harapan, dan tidak bisa mundur ataupun maju, ia pun menerima tantangan Gollum; mereka saling melemparkan teka-teki. Pada akhirnya, Bilbo yang menang, lebih karena keberuntungan belaka (tampaknya) daripada karena kecerdikannya; ketika sudah kehabisan teka-teki, Bilbo memasukkan tangan ke sakunya dan menyentuh cincin yang tadi diambilnya, namun telah ia lupakan; ia pun berseru, Ada apa ini di sakuku? Gollum tak bisa menjawab, walau sudah minta diberi tiga kesempatan.
Di antara Yang Berwenang memang ada perbedaan pendapat, apakah pertanyaan terakhir itu sekadar "pertanyaan" atau bisa disebut "teka-teki" menurut peraturan ketat Permainan; tapi semua sependapat bahwa, setelah menerima "pertanyaan" tersebut dan mencoba menebak jawabannya, Gollum terikat pada janjinya tadi. Dan Bilbo mendesaknya untuk menepati janji; terpikir olehnya bahwa makhluk licin ini mungkin saja akan menipunya, walaupun janji semacam itu dianggap keramat, dan pada zaman dulu, hanya makhluk-makhluk paling jahat Yang berani ingkar janji. Namun setelah tinggal sendirian begitu lama dalam kegelapan, hati Gollum sudah menghitam dan di dalamnya tersimpan kecurangan. Ia menyelinap pergi dan kembali ke pulaunya, Yang sama sekali tidak diketahui Bilbo, tak jauh di perairan yang gelap. Ia mengira cincinnya ada di sana. Ia sudah lapar sekarang, Juga marah, dan begitu cincin itu dipakainya, ia tak perlu takut lagi akan senjata apa pun.
Tapi cincin itu tak ada di pulau; cincin itu sudah hilang. Jeritan nyaring Gollum membuat Bilbo merinding ngeri, walau ia belum mengerti apa yang terjadi. Namun akhirnya Gollum berhasil menebak, walau sudah terlambat. Ada apa di sakurnya itu? serunya. Matanya berkilat-kilat seperti api hijau saat ia berbalik cepat untuk membunuh hobbit itu dan merebut kembali "kesayangannya". Tepat pada waktunya, Bilbo melihat bahaya yang mengancam, dan ia pun lari membabi buta di terowongan itu, menjauhi air; sekali lagi ia diselamatkan oleh keberuntungannya. Sebab sambil lari ia memasukkan tangan ke sakunya dan cincin itu pun melingkar di jarinya. Maka Gollum melewatinya tanpa bisa melihatnya, lalu berdiri berjaga di jalan keluar supaya si "pencuri" tak bisa melarikan diri. Dengan cemas Bilbo mengikuti Gollum yang berjalan sambil menyumpah-nyumpah dan bicara sendiri tentang "kesayangannya" itu; dari celotehannya, akhirnya Bilbo bisa menebak kebenarannya, dan secercah harapan kembali muncul di hatinya, dalam kegelapan: ia telah menemukan cincin bertuah itu, dan ia punya kesempatan untuk lepas dari para Orc dan dari Gollum.
Akhirnya mereka berhenti di depan sebuah bukaan tak terlihat, yang mengarah ke gerbang-gerbang tambang yang lebih rendah, yang berada di sisi sebelah timur pegunungan. Di sana Gollum berjongkok menunggu, mengendus-endus dan memasang telinga; Bilbo tergoda untuk menebasnya dengan pedang, tapi perasaan iba membuat ia mengurungkan niatnya. Meski ia tetap menyimpan cincin itu, yang merupakan satu-satunya harapannya, ia tak mau menggunakannya untuk membantunya membunuh makhluk malang yang tidak berdaya itu. Akhirnya, dengan mengerahkan seluruh keberaniannya, ia melompati Gollum dalam gelap, dan lari di terowongan, dikejar oleh teriakan benci dan putus asa musuhnya: Pencuri, pencuri! Baggins! Kami benci kalian selamanya!
Anehnya, cerita di atas bukanlah cerita yang mula-mula disampaikan Bilbo pada teman-temannya. Pada mereka, ia mengatakan bahwa Gollum telah berjanji akan memberinya hadiah, kalau ia menang dalam permainan itu; tapi ketika Gollum hendak mengambil hadiah itu dari pulaunya, ternyata benda itu sudah hilang: sebentuk cincin ajaib yang diberikan padanya lama berselang, pada hari ulang tahunnya. Bilbo menduga cincin yang ditemukannya itulah yang dimaksud, dan berhubung ia menang dalam permainan tersebut, berarti cincin in, memang menjadi haknya. Tapi, berhubung posisinya tidak menguntungkan, ia tidak mengatakan apa-apa tentang cincin itu; ia minta Gollum menunjukkan jalan keluar, sebagai penghargaan untuk menggantikan hadiah tersebut. Bilbo menuliskan kisah ini dalam catatan perjalanan hidupnya, dan sepertinya ia tak pernah mengubah versi ini, tidak juga di hadapan Dewan Elrond. Rupanya versi ini masih tetap muncul dalam edisi orisinal Buku Merah, juga dalam beberapa salinan dan edisi-edisi ringkasnya. Tapi banyak salinan buku itu yang mengandung kisah sebenarnya (sebagai alternatif), yang pasti diambil dari catatan-catatan Frodo atau Samwise, yang sama-sama mengetahui peristiwa sesungguhnya, walau mereka tampaknya enggan menghapuskan apa-apa yang telah ditulis oleh hobbit tua itu sendiri.
Namun demikian, begitu mendengar cerita yang mula-mula disampaikan Bilbo, Gandalf langsung tidak mempercayainya, dan ia tetap merasa sangat penasaran tentang cincin itu. Lambat laun ia berhasil juga mendapatkan cerita sesungguhnya dari Bilbo, setelah lama menanyainya, sampai-sampai untuk sementara persahabatan mereka terganggu karenanya; tapi penyihir itu rupanya menganggap kebenarannya sangatlah penting. Tidak dikatakannya pada Bilbo bahwa selain penting, ia juga merasa sangat terganggu mendapati hobbit yang baik itu pada mulanya tidak mengatakan yang sebenarnya: ini sangat berlawanan dengan kebiasaannya. Masalah "hadiah" itu bukan sekadar reka-rekaan khas hobbit, tapi juga muncul dalam kepala Bilbo-seperti diakuinya kemudian-karena mendengar celotehan Gollum; Gollum memang berkali-kali mengatakan bahwa cincin itu adalah "hadiah ulang tahunnya". Ini juga dianggap aneh dan mencurigakan oleh Gandalf, tapi baru bertahun-tahun kemudian ia menemukan kebenaran tentang hal tersebut, seperti bisa kita lihat nanti dalam buku ini.
Mengenai petualangan-petualangan Bilbo sesudahnya, tidak banyak yang perlu diceritakan di. sini. Dengan bantuan cincin tersebut, ia berhasil meloloskan diri dari para penjaga Orc di gerbang, dan bergabung kembali dengan teman-temannya. Ia berulang kali menggunakan cincin itu dalam petualangannya. terutama untuk menolong teman-temannya; tapi ia tetap merahasiakan cincin itu selama mungkin. Setelah pulang ke rumah, ia tak pernah membicarakannya lagi dengan siapa pun, kecuali dengan Gandalf dan Frodo; tak ada orang lain di Shire yang tahu keberadaan cincin itu, atau begitulah yang diyakininya. Hanya kepada Frodo ia memperlihatkan catatan Perjalanan yang sedang ditulisnya.
Pedangnya, Sting, digantungnya di atas perapian, dan rompi logamnya-hadiah dari para Kurcaci, perolehan dari harta karun Naga, dipinjamkannya ke museum, ke Michel Delving Mathom-house. Tapi mantel dan kerudung tua yang ia kenakan dalam perjalanan-perjalanannya ia simpan di dalam laci di Bag End; sementara cincinnya tetap disimpan di dalam saku, setelah diberi rantai halus.
Ia kembali ke rumahnya di Bag End pada tanggal dua puluh dua Juni, dalam usianya yang kelima puluh dua (H.S. 1342). Tidak ada kejadian penting di Shire, sampai Mr. Baggins memulai persiapan untuk merayakan ulang tahunnya yang keseratus sebelas (H.S. 1401). Pada titik ini barulah Sejarah dimulai.
CATATAN TENTANG SEJARAH-SEJARAH SHIRE
Pada akhir Zaman Ketiga, peran para hobbit dalam peristiwa-peristiwa besar yang mengarah pada masuknya Shire menjadi wilayah Kerajaan Bersatu, telah membangkitkan minat yang lebih besar pada diri mereka, mengenai sejarah mereka sendiri; banyak tradisi mereka, yang sampai saat itu sebagian besar masih disampaikan secara oral, kini dikumpulkan menjadi bentuk tertulis. Keluarga-keluarga yang lebih terkemuka juga merasa berkepentingan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam Kerajaan tersebut secara garis besar, dan banyak anggota keluarga mereka mempelajari sejarah-sejarah serta legenda-legenda lamanya. Menjelang akhir abad pertama Zaman Keempat, di Shire sudah bisa ditemukan beberapa perpustakaan yang menyimpan banyak buku dan catatan sejarah.
Koleksi terbesar yang mereka miliki mungkin ada di Under-towers, di Great Smials, dan di Brandy Hall. Catatan tentang akhir Zaman Ketiga ini terutama diambil dari Buku Merah Westmarch. Sumber paling penting untuk sejarah Perang Cincin itu dinamakan demikian karena lama tersimpan di Undertowers, rumah keluarga Fairbairn, Para Pengawas Westmarch. Buku itu sebenarnya adalah buku harian pribadi Bilbo, yang dibawanya ke Rivendell. Frodo membawa kembali buku itu ke Shire, berikut banyak lembar catatan lepas lainnya, dan selama H.S. 1420-1, ia hampir memenuhi lembar-lembar buku tersebut dengan catatannya tentang Perang. Namun bersama buku itu terdapat tiga buku tebal lainnya, dijilid dalam kulit merah-barangkali disimpan menjadi satu di sebuah kotak merah-yang diberikan Bilbo padanya sebagai hadiah perpisahan. Di Westmarch, pada keempat buku tersebut kemudian ditambahkan buku kelima berisi berbagai komentar, silsilah, dan macam-macam hal lainnya yang menyangkut para hobbit dalam Rombongan Sembilan Pembawa Cincin.
Buku Merah yang asli sudah tidak ada, tapi salinannya banyak dibuat, terutama volume pertamanya, untuk keperluan keturunan anak-anak Master Samwise. Namun salinan yang paling penting menyimpan sejarah berbeda. Salinan tersebut disimpan di Great Smials, namun ditulis di Gondor, kemungkinan atas permintaan cucu buyut Peregrin, dan diselesaikan pada H.S. 1592 (Zaman Keempat 172). Juru tulis dari selatan menambahkan catatan ini: Findegil, Juru Tulis Raja, menyelesaikan karya ini pada IV 172. Ini adalah salinan setepatnya dari seluruh detail dalam Buku sang Thain di Minas Tirith. Buku tersebut merupakan salinan yang dibuat atas permintaan Raja Elessar, dari Buku Merah Periannath, dan dibawa kepadanya oleh Thain Peregrin ketika ia mengundurkan diri ke Gondor pada IV 64.
Buku sang Thain den-an demikian merupakan salinan pertama yang dibuat dari Buku Merah, dan berisi banyak hal yang kelak dihapus atau hilang. Di Minas Tirith, buku itu mendapatkan banyak catatan serta koreksi, terutama pada nama-nama, kata-kata, dan kutipan-kutipan dalam bahasa Peri di dalamnya; dan di situ ditambahkan pula versi ringkas bagian-bagian dari Kisah Aragorn dan Arwen, yang berada di luar catatan tentang Perang. Kisah selengkapnya kabarnya ditulis oleh Barahir, cucu laki-laki Faramir, beberapa lama setelah kematian sang Raja. Tapi yang paling penting dari salinan yang dibuat Findegil adalah salinan itulah satu-satun'ya yang menyimpan keseluruhan "Terjemahan dari bahasa Peri" yang ditulis Bilbo. Ketiga buku ini merupakan hasil karya yang memerlukan kecakapan tinggi serta pengetahuan luas, dan untuk menuliskannya, antara tahun 1403 sampai 1418 Bilbo telah menggunakan segala sumber yang bisa diperolehnya di Rivendell, baik dari mereka yang masih hidup maupun yang diperolehnya secara tertulis. Tapi berhubung ketiga buku ini jarang dipergunakan oleh Frodo, karena hampir sepenuhnya berisi catatan tentang Zaman Peri, maka ketiganya tidak dibahas lebih lanjut di sini.
Berhubung Meriadoc dan Peregrin menjadi kepala-kepala keluarga terkemuka kelak, dan berhubung mereka juga terus menjalin hubungan dengan Rohan dan Gondor, maka perpustakaan-perpustakaan di Bucklebury dan Tuckborough menyimpan banyak catatan yang tidak muncul dalam Buku Merah. Di Brandy Hall banyak karya yang berkaitan dengan Eriador serta sejarah Rohan. Beberapa di antaranya disusun atau dimulai oleh Meriadoc sendiri, walaupun di Shire ia terutama dikenang karena karyanya Asal-usul Tanaman di Shire, dan Penghitungan Tahun, di mana ia membahas hubungan antara kalender-kalender Shire dan Bree dengan kalender-kalender Rivendell, Gondor, dan Rohan. Ia juga menulis risalat singkat tentang Kata-Kata Lama dan Nama-Nama di Shire, di mana ia menunjukkan minat khusus dalam menemukan kaitan antara "kata-kata Shire"-seperti mathom dan unsur-unsur lama dalam nama-nama tempat-dengan bahasa Rohirrim.
Di Great Smials, buku-buku ini tidak terlalu diminati oleh penduduk Shire, walau mereka punya arti penting dalam skala sejarah yang lebih besar. Dari keseluruhan buku tersebut, tak satu pun yang ditulis oleh Peregrin, namun ia dan para penerusnya mengumpulkan banyak manuskrip yang ditulis oleh para juru tulis Gondor: terutama salinan-salinan atau ringkasan-ringkasan sejarah atau legenda-legenda yang berkaitan dengan Elendil dan para pewarisnya. Hanya di Shire bisa ditemukan bahan-bahan ekstensif tentang sejarah Numenor serta kebangkitan Sauron. Kemungkinan di Great Smials-lah Kisah Perjalanan Tahun disatukan, dengan bantuan materi yang dikumpulkan oleh Meriadoc. Walaupun tanggal-tanggal yang dicantumkan sering kali merupakan perkiraan belaka, terutama untuk Zaman Kedua, namun tanggal-tanggal tersebut layak diperhatikan. Kemungkinan Meriadoc mendapatkan bantuan dan informasi dari Rivendell, yang dikunjunginya lebih dari sekali. Di sana, meskipun Elrond telah pergi, anak-anaknya masih lama tinggal di tempat itu, bersama beberapa kaum Peri Tinggi. Kabamya Celeborn masih terus tinggal di sana setelah kepergian Galadriel; tapi tak ada catatan tentang hari ketika ia akhirnya berangkat ke Grey Havens, dan bersamanya lenyaplah kenangan terakhir yang hidup tentang Zaman Peri di Dunia Tengah.
SEMBILAN PEMBAWA CINCIN
BAGIAN PERTAMA
The Lord of the Rings
Tidak ada komentar:
Posting Komentar