Sumbangan / Donate

Donate (Libery Reserve)


U5041526

Kamis, 14 Oktober 2010

Bab 4

JALAN PINTAS MENUJU JAMUR

Pagi harinya Frodo bangun dengan perasaan segar. Ia berbaring di sebuah punjung yang terbentuk dari sebatang pohon hidup, dengan dahan-dahan saling berjalin dan menjuntai sampai ke tanah; ranjangnya terbuat dari pakis dan rumput, tebal lembut dan wanginya aneh. Matahari bersinar dari antara dedaunan hijau yang bergoyang-goyang dan masih melekat pada pohon. Ia melompat dan keluar.
Sam duduk di rumput dekat pinggir hutan. Pippin sedang berdiri memperhatikan langit dan cuaca. Tak ada tanda-tanda kehadiran para Peri.
"Mereka meninggalkan buah-buahan dan minuman untuk kita, juga roti," kata Pippin. "Ayo sarapan dulu. Rotinya lezat seperti tadi malam. Aku tak mau menyisakannya untukmu, tapi Sam memaksaku."
Frodo duduk di samping Sam dan mulai makan. "Apa rencana untuk hari ini?" tanya Pippin.
"Berjalan secepat mungkin ke Bucklebury," jawab Frodo, lalu memusatkan perhatian pada makanannya.
"Apa menurutmu kita masih akan bertemu Penunggang-Penunggang itu?" tanya Pippin riang. Di bawah matahari pagi, kemungkinan melihat sepasukan penunggang kuda itu rasanya tidak terlalu menakutkan baginya.
"Ya, mungkin," kata Frodo, tak senang diingatkan. "Tapi kuharap kita bisa menyeberangi sungai tanpa terlihat oleh mereka."
"Kau sudah tahu sesuatu tentang mereka dari Gildor?"
"Tidak banyak-hanya petunjuk samar dan teka-teki," kata Frodo mengelak.
"Apa kau bertanya tentang caranya mengendus-endus?"
"Kami tidak membahasnya," kata Frodo dengan mulut penuh.
"Seharusnya kautanyakan. Aku yakin itu penting sekali."
"Kalau begitu, aku yakin Gildor menolak menjelaskannya," kata Frodo tajam. "Dan sekarang biarkan aku tenang sebentar! Aku tidak mau menjawab serentetan pertanyaan sementara sedang makan. Aku ingin berpikir!"
"Ya ampun!" kata Pippin. "Di waktu sarapan?" ia berjalan ke arah tepian rumput.
Pagi yang cerah itu-terlalu cerah malah-tak bisa melenyapkan ketakutan Frodo kalau-kalau mereka dikejar; dan ia merenungkan kata-kata Gildor. Suara riang Pippin terdengar olehnya. Pippin sedang berlari di bentangan rumput dan bernyanyi.
"Tidak! Aku tak bisa!" kata Frodo pada dirinya sendiri. "Ini tak bisa disamakan. Membawa teman-temanku yang masih muda berjalan-jalan di Shire sampai kami lapar dan lelah, hingga makanan dan ranjang terasa enak setelah pulang, itu tak apa-apa. Tapi membawa mereka ke dalam pengasingan, di mana kelaparan dan keletihan mungkin tak ada obatnya, sungguh merupakan tanggung jawab berat, walau mereka bersedia ikut. Ini urusanku sendiri. Kurasa Sam pun tak boleh kubawa." ia memandang Sam Gamgee, dan melihat Sam sedang memperhatikannya.
"Well, Sam!" kata Frodo. "Bagaimana? Aku akan meninggalkan Shire sesegera mungkin bahkan aku sudah mengambil keputusan untuk tidak menunggu sehari pun di Crickhollow, kalau bisa."
"Baik, Sir!"
"Kau masih bertekad ikut aku?"
"Ya."
"Akan sangat berbahaya, Sam. Bahkan sekarang pun sudah berbahaya. Besar kemungkinan kita berdua tidak akan kembali."
"Kalau Anda tidak kembali, Sir, aku juga tidak, itu pasti," kata Sam. "Jangan tinggalkan dia! kata mereka padaku: Meninggalkan dial kataku. Takkan pernah. Aku akan ikut bersamanya, kalau dia memanjat Bulan; dan kalau ada di antara para Penunggang itu berusaha menghentikannya, mereka akan berurusan dengan Sam Gamgee, kataku. Mereka tertawa."
"Siapa mereka, dan apa yang kaubicarakan?"
"Para Peri, Sir. Kami bercakap-cakap sedikit tadi malam, Sir; dan rupanya mereka tahu Anda akan pergi, jadi menurutku tidak ada gunanya membantah itu. Makhluk yang hebat, Sir, para Peri itu! Hebat!"
"Memang," kata Frodo. "Apa kau masih menyukai mereka, setelah memandang mereka dari dekat?"
"Kelihatannya mereka berada di atas rasa suka dan tidak sukaku, bisa dikatakan begitu," jawab Sam perlahan. "Tidak penting apa yang kupikirkan tentang mereka. Mereka sangat berbeda dari yang kusangka-begitu tua dan muda, begitu riang dan sedih, begitulah kira-kira."
Frodo menatap Sam dengan kaget, setengah berharap melihat tanda luar yang menunjukkan perubahan aneh yang rupanya terjadi pada dirinya. Suaranya tidak seperti suara Sam Gamgee yang selama ini ia kenal. Tapi sosok yang duduk di sana itu masih seperti Sam Gamgee yang biasa, hanya saja wajahnya tampak merenung, tidak seperti biasanya.
"Apa kau masih merasa ingin meninggalkan Shire sekarang, setelah keinginanmu bertemu dengan mereka terwujud?" tanya Frodo.
"Ya, Sir. Aku tak tahu bagaimana mengatakannya, tapi setelah tadi malam aku merasa berbeda. Seolah aku bisa melihat ke masa depan, semacam itulah. Aku tahu kita akan meniti jalan panjang sekali ke dalam kegelapan; tapi aku tahu aku tak bisa kembali. Sekarang yang kau inginkan bukanlah melihat Peri, bukan juga naga, atau pegunungan aku tidak tahu persis apa yang kuinginkan, tapi aku harus melakukan, sesuatu sebelum akhir itu tiba, dan sesuatu itu ada di depan sana, bukan di Shire. Aku hams mengatasinya, Sir, kalau Anda paham maksudku."
"Aku sama sekali tidak mengerti. Tapi aku mengerti bahwa Gandalf telah memilihkanku seorang pendamping yang baik. Aku puas. Kita akan pergi bersama."
Frodo menghabiskan sarapannya dengan diam. Lalu sambil berdiri ia menatap pemandangan di depan, dan memanggil Pippin.
"Sudah siap berangkat?" katanya kepada Pippin yang datang berlari. "Kita harus segera berangkat. Kita sudah bangun kesiangan, dan masih jauh sekali jarak yang harus kita tempuh."
"Kau yang kesiangan bangun, maksudmu," kata Pippin. "Aku sudah bangun lama sebelumnya; dan kami hanya menunggumu menyelesaikan sarapan dan berpikir."
"Aku sudah menyelesaikan keduanya sekarang. Dan aku akan berjalan ke Bucklebury Ferry secepat mungkin. Aku tidak akan menyimpang dari sini, kembali ke jalan yang kita tinggalkan tadi malam: aku akan memotong langsung lewat pedalaman dari slim."
"Kalau begitu, kau mesti terbang," kata Pippin. "Kau tidak bisa memotong lurus lewat pedalaman dari sini."
"Setidaknya kita bisa memotong lebih lurus daripada jalan raya," Jawab Frodo. "Ferry ada di sebelah timur Woodhall, tapi jalan raya membelok ke kiri-kau bisa lihat belokannya di sana, di sebelah utara. Dia melingkari ujung utara Marish, bergabung dengan jalan lintasan tinggi dari Jembatan di atas Stock. Tapi itu bermil-mil di luar arah kita. Kita bisa menghemat seperempat jarak kalau kita berjalan mengikuti garis lurus ke arah Ferry dari tempat kita berdiri."
"Potong jalan menimbulkan penundaan lama," debat Pippin. "Pedalaman di sini kasar sekali, ada tanah berlumpur dan segala macam kesulitan di daerah Marish-aku kenal wilayah ini. Dan kalau kau cemas berpapasan dengan para Penunggang Hitam, menurutku bertemu mereka di jalan sama saja dengan bertemu di hutan atau padang rumput."
"Lebih sulit menemukan orang di dalam hutan atau di padang," jawab Frodo. "Dan kalau orang menduga kita berada di jalan, ada kemungkinan kita akan dicari di jalan, bukan di luarnya."
"Baiklah!" kata Pippin. "Aku akan mengikutimu ke setiap tanah berlumpur dan parit. Tapi akan sulit sekah ! Aku sudah berharap melewati Persinggahan Emas di Stock sebelum gelap. Di situ ada bir paling enak di seluruh Wilayah Timur. Sudah lama aku tidak mencicipinya."
"Jadilah kalau begitu," kata Frodo. "Mengambil jalan pintas bisa-bisa malah menghambat, tapi tempat-tempat minum bakal lebih menghambat lagi. Pokoknya kau tidak boleh dekat-dekat Persinggahan Emas. Kita mesti sampai di Bucklebury sebelum gelap. Bagaimana menurutmu, Sam?"
"Aku akan mendampingi Anda, Mr. Frodo," kata Sam (meski dalam hati ia merasa kecewa dan menyesal tidak bisa mencicipi bir terbaik di Wilayah Timur).
"Kalau begitu, jika kita mesti susah payah melewati tanah berlumpur dan semak-semak berduri, ayo berangkat sekarang!" kata Pippin.

Cuaca sudah hampir sama panasnya seperti kemarin; tapi awan-awan mulai muncul dari sebelah Barat. Kelihatannya sangat mungkin hujan akan turun. Para hobbit berjuang menuruni sebuah tebing hijau, dan meloncat ke dalam pepohonan lebat di bawah. Jalur yang mereka pilih itu meninggalkan Woodhall di sebelah kiri, dan memotong miring melewati hutan yang bergerombol sepanjang sisi timur bukit, sampai mencapai tanah datar di seberang. Setelah itu mereka bisa berjalan lurus ke arah Ferry, melewati daerah terbuka, kecuali beberapa parit dan pagar. Frodo memperkirakan garis lurus yang harus mereka lalui panjangnya delapan belas mil.
Segera ia menyadari bahwa semak-semak itu lebih rapat dan lebih kusut daripada kelihatannya. Tak ada jalan di dalam belukar, dan mereka tak bisa maju dengan cepat. Ketika sudah berjuang keras untuk mencapai dasar tebing, mereka menemukan sebuah sungai mengalir tunin dari bukit-bukit di belakang, ke dalam dasar yang sangat dalam, dengan tepi-tepi curam yang licin dan dipenuhi tanaman berduri. Sungai itu memotong garis arah yang sudah mereka pilih. Mereka tak bisa melompatinya, maupun menyeberanginya, tanpa menjadi basah kuyup, tergores-gores, dan berlumpur. Mereka berhenti, bertanya-tanya apa yang harus dilakukan. "Hambatan pertama!" kata Pippin sambil tersenyum murung.
Sam Gamgee menoleh ke belakang. Melalui bukaan di antara pepohonan, ia melihat sekilas puncak tebing hijau yang telah mereka turuni.
"Lihat!" katanya, mencengkeram tangan Frodo. Mereka semua memandang, dan di punggung tebing jauh di atas mereka, berlatar belakang Ian-it, berdiri seekor kuda. Di sampingnya membungkuk sebuah sosok hitam.
Seketika mereka membatalkan gagasan untuk kembali. Frodo memimpin jalan, dan terjun cepat ke dalam belukar rapat di sisi sungai. "Waduh!" katanya pada Pippin. "Kita berdua benar! Jalan pintas itu malah membuat masalah; tapi kita berhasil bersembunyi tepat pada waktunya. Pendengaranmu tajam, Sam; bisakah kau mendengar sesuatu datang?"
Mereka berdiri diam, hampir menahan napas sambil mendengarkan; tapi tidak terdengar bunyi pengejaran. "Rasanya dia tidak akan berani mencoba membawa kudanya menuruni tebing itu," kata Sam. "Tapi kukira dia tahu kita menuruninya. Sebaiknya kita melanjutkan perjalanan."
Meneruskan berjalan sama sekali tidak mudah. Ransel-ransel harus dibawa, dan semak-semak belukar enggan membiarkan mereka lewat. Mereka terpotong dari aliran angin oleh punggung bukit di belakang; udara pengap dan diam. Ketika akhirnya berhasil menerobos jalan sampai ke wilayah yang lebih terbuka, mereka sudah kepanasan, lelah, dan tergores-gores, dan sudah tidak yakin akan arah yang mereka ambil. Tebing-tebing sungai mulai menurun, saat aliran airnya mencapai tanah datar dan menjadi lebih lebar dan dangkal, mengalir menuju Marish dan Sungai Besar.
"Wah, ini kan Stock-brook!" kata Pippin. "Kalau ingin mencoba kembali ke arah yang benar, kita harus menyeberangi sungai ini segera dan berjalan ke arah kanan."
Mereka menyeberangi sungai itu, bergegas melewati daerah terbuka yang tak berpohon dan ditumbuhi rush di sisi seberangnya. Setelah itu mereka sampai ke serumpun pepohonan: sebagian besar pohon ek tinggi, dengan pohon elm- atau asli di sana-sini. Tanahnya cukup datar, dan hanya sedikit belukar, tapi pepohonan terlalu rapat, sehingga mereka tak bisa melihat jauh ke depan. Dedaunan tertiup ke atas oleh embusan angin mendadak, dan bercak-bercak hujan mulai turun dari langit yang mendung. Lalu angin mereda dan hujan turun deras. Mereka berjalan dengan susah payah secepat mungkin, melewati bidang-bidang rumput dan timbunan daun-daun tua; di sekitar mereka hujan turun rintik-rintik. Mereka tidak berbicara, tapi sering menoleh ke belakang, dan ke kiri-kanan.
Setelah setengah jam, Pippin berkata, "Kuharap kita tidak terlalu banyak membelok ke arah selatan, dan tidak berjalan ke arah panjang hutan ini! Hutan ini tidak terlalu besar, dan seharusnya kita sudah melewatinya sekarang."
"Tak ada gunanya mulai berjalan berliku-liku," kata Frodo. "Itu tidak akan memperbaiki keadaan. Biarlah kita terus berjalan seperti sejak tadi! Aku belum berani keluar ke daerah terbuka."

Mereka terus berjalan sepanjang kira-kira dua mil. Lalu matahari bersinar lagi dari balik awan-awan, dan hujan mereda. Sekarang sudah lewat tengah hari, dan mereka merasa sudah saatnya makan siang. Mereka berhenti di bawah pohon elm: dedaunannya masih lebat, walau sudah mulai menguning, dan tanah di kakinya lumayan kering dan teduh. Ketika menyiapkan makanan, baru mereka sadar bahwa kaum Peri sudah mengisi botol-botol mereka dengan minuman jernih berwarna pucat keemasan: aromanya seperti madu dari bermacam kembang, dan ternyata sangat menyegarkan. Tak lama kemudian, mereka sudah tertawa-tawa dan menceklikkan jari kepada hujan, dan kepada para Penunggang Hitam. Beberapa mil terakhir rasanya akan segera selesai ditempuh.
Frodo bersandar ke batang pohon, dan memejamkan mata. Sam dan Pippin duduk di dekatnya, dan mereka mulai bersenandung, lalu bernyanyi perlahan:

Ho! Ho! Ho! Kepada botol aku pergi
Membenamkan sedih dan menyembuhkan hati.
Hujan boleh turun, angin pun berembus,
Masih jauh jarak yang harus ditembus,
Tapi di bawah pohon tinggi aku berbaring,
Membiarkan awan-awan lewat beriring.

Ho! Ho! Ho! mereka mulai lagi lebih keras. Tapi tiba-tiba mereka berhenti. Frodo melompat berdiri. Sebuah raungan panjang datang menunggang angin, seperti teriakan makhluk jahat dan kesepian. Raungan itu naik-turun, dan berakhir pada nada tinggi tajam. Sementara mereka duduk dan berdiri, seolah membeku mendadak, raungan itu dibalas teriakan lain, lebih lemah dan jauh, tapi tak kurang mengerikan. Lain menyusul keheningan yang dipatahkan hanya oleh bunyi angin di dedaunan.
"Apa itu menurutmu?" tanya Pippin akhirnya, berusaha berbicara ringan, tapi agak gemetar. "Kalau itu burung, belum pernah aku mendengar yang seperti itu di Shire."
"Itu bukan burung atau binatang," kata Frodo. "Itu panggilan, atau tanda-ada kata-kata dalam teriakan itu, meski aku tak bisa menangkapnya. Tapi tidak ada hobbit yang mempunyai suara semacam itu."
Mereka tidak membahasnya lagi. Mereka semua memikirkan para Penunggang Hitam itu, tapi tidak membicarakannya. Kini mereka enggan untuk tetap tinggal maupun berjalan terus; tapi cepat atau lambat mereka harus menyeberangi pedalaman terbuka untuk ke Ferry, dan sebaiknya mereka pergi segera, selagi masih terang. Dalam sekejap mereka sudah memanggul ransel dan berangkat.

Tak lama kemudian, hutan mendadak berakhir. Padang-padang rumput luas terhampar di depan mereka. Sekarang baru terlihat bahwa sebenarnya mereka sudah terlalu banyak membelok ke selatan. Jauh di sana, di seberang dataran rendah, tampak sekilas bukit rendah Bucklebury di seberang Sungai, tapi kini bukit itu ada di sebelah kiri mereka. Sambil merangkak perlahan dari balik pepohonan, mereka berjalan secepat mungkin melintasi wilayah terbuka itu.
Mulanya mereka merasa takut; karena jauh dari perlindungan hutan. Jauh di belakang sana tampak tempat tinggi di mana mereka tadi sarapan. Frodo setengah menduga akan melihat di kejauhan sosok kecil pengendara kuda di atas punggung bukit, berlatar belakang langit; tapi tak ada tanda-tanda sama sekali. Matahari yang melepaskan diri dari awan-awan yang memecah, sambil turun ke arah bukit-bukit yang telah mereka tinggalkan, kini bersinar terang kembali. Rasa takut hilang dari hati mereka, meski perasaan kurang nyaman itu masih ada. Tetapi lingkungan sekitar semakin lama semakin jinak dan teratur. Tak lama kemudian, mereka sampai di ladang-ladang yang terawat baik dan padang rumput: ada pagar-pagar dan gerbang, serta bendungan-bendungan untuk pengairan. Semuanya tampak tenang dan damai, pemandangan khas di Shire. Semangat mereka semakin membesar seiring setiap langkah. Garis Sungai semakin dekat, dan para Penunggang Hitam mulai tampak seperti hantu-hantu hutan yang sekarang sudah tertinggal jauh di belakang.
Mereka melewati ping,-Iran ladang lobak yang luas, dan sampai ke sebuah gerbang kokoh. Sesudah gerbang terdapat jalan penuh jejak roda yang diapit pagar-pagar tanaman rendah yang teratur rapi, menuju segerombolan pohon di kejauhan. Pippin berhenti.
"Aku kenal ladang dan gerbang ini!" katanya. "Ini Bamfurlong; tanah Maggot tua si petani. Itu tempat pertaniannya di sana, di pepohonan itu."
"Masalah datang susul-menyusul!" kata Frodo; ia tampak sangat gelisah, seolah Pippin mengumumkan bahwa jalan itu celah menuju sarang naga. Yang lain memandangnya dengan heran.
"Apa yang salah dengan si Maggot tua?" tanya Pippin. "Dia berteman baik dengan semua kaum Brandybuck. Memang dia menakutkan bagi orang-orang yang melanggar wilayahnya, dan dia memelihara anjing-anjing galak-tapi bagaimanapun penduduk di sini lebih dekat ke perbatasan, dan perlu lebih waspada."
"Aku tahu," kata Frodo. Lalu ia menambahkan dengan tawa malu-malu, "Tapi pokoknya aku takut padanya dan anjing-anjingnya. Aku sudah bertahun-tahun menghindari pertaniannya. Dia pernah menangkapku beberapa kali, ketika aku masuk tanpa izin untuk mengambil jamur, sewaktu aku masih remaja di Brandy Hall. Pada kesempatan terakhir, dia memukulku, lalu membawaku dan menunjukkanku pada anjing-anjingnya. 'Lihat, anak-anak,' katanya, 'lain kali, kalau bajingan kecil ini menginjak tanahku, kalian boleh makan dia. Sekarang usir dia!' Mereka mengejarku sepanjang jalan, sampai ke Ferry. Aku tak pernah lupa ketakutanku-meski kelihatannya hewan-hewan itu tahu betul tugas mereka dan tidak akan benar-benar menyentuhku."
Pippin tertawa. "Well, sudah saatnya kau memperbaikinya. Terutama bila kau kembali tinggal di Buckland. Maggot sebenarnya baik-kalau kau tidak menyentuh jamurnya. Mari kita masuk ke jalan ini, supaya kita tidak melanggar wilayahnya. Kalau kita bertemu dengannya, aku yang akan bicara. Dia teman Merry, dan aku sering datang ke sini bersamanya."

Mereka menyususuri jalan itu, sampai melihat atap jerami sebuah rumah besar dan bangunan-bangunan pertanian mengintip dari antara pohon-pohon di depan. Para Maggot dan Puddifoot dari Stock, dan kebanyakan penduduk Marish, tinggal di rumah-rumah; tempat pertanian Maggot dibangun dari bata kokoh dan mempunyai tembok tinggi di sekelilingnya. Ada gerbang kayu lebar membuka dari tembok ke jalan.
Mendadak, ketika mereka semakin dekat, terdengar salakan dan gonggongan mengerikan, dan sebuah suara nyaring berteriak, "Grip! Fang! Wolf! Ayo, anak-anak!"
Frodo dan Sam langsung berhenti, tapi Pippin maju beberapa langkah. Gerbang terbuka dan tiga anjing besar menghambur ke jalan, berlari ke arah rombongan mereka, sambil menggonggong galak. Mereka tidak memperhatikan Pippin, tapi Sam mengerut ke dinding, sementara dua anjing yang mirip serigala mengendus-endusnya curiga, dan menggertaknya kalau ia bergerak. Yang paling besar dan galak di antara ketiganya berhenti di depan Frodo sambil menggeram, bulu-bulunya meremang.
Melalui gerbang muncul seorang hobbit lebar gemuk dengan wajah bulat merah. "Halo! Halo! Siapa kalian, dan apa yang kalian perlukan?" tanyanya.
"Selamat siang, Mr. Maggot!" kata Pippin.
Petani itu mengamatinya lebih cermat. "Wah, ternyata Master Pippin-Mr. Peregrin Took, mestinya kukatakan!" serunya, kerutan dahinya berubah menjadi senyuman. "Sudah lama sekali aku tidak melihatmu. Untung aku kenal kau. Aku baru saja akan menyuruh anjingku menyerang pendatang asing. Banyak hal aneh terjadi belakangan ini. Kadang-kadang ada orang-orang aneh berkeliaran di wilayah ini. Terlalu dekat ke Sungai," katanya sambil menggelengkan kepala. "Tapi ini orang paling aneh yang pernah kulihat. Dia tidak bakal melintasi tanahku tanpa izin untuk kedua kalinya, tidak kalau aku bisa menghalanginya."
"Orang apa maksud Anda?" tanya Pippin.
"Kalau begitu, kalian tidak melihatnya?" kata petani itu. "Dia menuju jalan lintasan tinggi belum lama ini. Orang aneh dan menanyakan Pertanyaan-pertanyaan aneh. Tapi mungkin kalian sebaiknya masuk saja, kita bisa bertukar berita dengan lebih nyaman. Aku punya bir bagus, kalau kau dan teman-temanmu berkenan, Mr. Took."
Jelas tampak bahwa petani itu man menceritakan lebih banyak, kalau mereka membiarkannya, maka mereka semua menerima ajakannya. "Bagaimana dengan anjing-anjing?" tanya Frodo cemas.
Petani itu tertawa. "Mereka tidak akan menyakitimu-kecuali aku menyuruh mereka. Sini, Grip! Fang! Duduk!" serunya. "Duduk!
Wolf!" Dengan lega Sam dan Frodo melihat anjing-anjing itu pergi dan membiarkan mereka bebas.
Pippin memperkenalkan kedua temannya pada petani itu. "Mr. Frodo Baggins," katanya. "Mungkin Anda tidak ingat dia, tapi dulu dia tinggal di Brandy Hall." Mendengar nama Baggins, petani itu tampak terkejut dan melirik tajam ke. Frodo. Sejenak Frodo menyangka ia ingat lagi tentang jamur-jamurnya yang dulu dicuri, dan anjing-anjing akan disuruh mengusirnya. Tapi Petani Maggot justru memegang tangan Frodo.
"Wah, bukankah ini semakin aneh?" serunya. "Mr. Baggins, bukan? Masuklah! Kita harus bicara."
Mereka masuk ke dapur si petani, dan duduk di dekat perapian lebar. Mrs. Maggot mengeluarkan bir dalam kendi besar dan mengisi empat mug besar. Bir buatannya enak sekali, dan Pippin merasa kekecewaannya karena tidak mampir ke Persinggahan Emas terobati Sam meneguk birnya dengan curiga. Pada dasarnya ia tidak mempercayai penduduk di bagian-bagian lain Shire; dan ia juga tak bisa cepat bersahabat dengan orang yang pernah memukul majikannya, biarpun itu sudah lama berlalu.
Setelah beberapa komentar tentang cuaca dan masa depan pertanian (yang tidak lebih jelek dari biasanya), Petani Maggot meletakkan mug-nya dan memandang mereka masing-masing bergantian.
"Jadi, Mr. Peregrin," katanya, "dari mana dan ke mana kau akan pergi? Apakah kau datang untuk menjengukku? Sebab, kalau memang begitu, kau sudah melewati gerbangku tanpa aku melihatmu."
"Well, tidak," jawab Pippin. "Sejujurnya, karena Anda sudah menduganya, kami masuk jalan ini dari ujung sana: kami datang melintasi ladang Anda. Tapi itu tanpa sengaja. Kami tersesat di hutan, di sana dekat Woodhall, saat mencoba memotong jalan ke Ferry."
"Kalau kalian terburu-buru, sebenarnya lewat jalan akan lebih cepat," kata si petani. "Tapi aku bukan cemas tentang itu. Kau kuizinkan melintasi tanahku, kalau mau, Mr. Peregrin. Dan kau juga, Mr. Baggins-meski aku berani bilang kau masih suka jamur." ia tertawa. "Oh ya, aku mengenali namamu. Aku ingat waktu Frodo Baggins muda menjadi salah satu pemuda berandal paling hebat di Buckland. Tapi bukan jamur yang kupikirkan. Aku baru saja mendengar nama Baggins sebelum kau muncul. Kaupikir apa yang ditanyakan orang aneh itu padaku?"
Dengan cemas mereka menunggu petani itu melanjutkan ceritanya. "Well," lanjutnya, sengaja berlama-lama dan menikmatinya, "dia datang menunggang kuda hitam, masuk ke gerbang yang kebetulan terbuka dan langsung sampai ke pintuku. Dia sendiri hitam, berjubah dan berkerudung, seolah tak ingin dikenali. 'Apa pula yang diinginkannya di Shire?' pikirku dalam hati. Kami jarang melihat Makhluk-Makhluk Besar di luar perbatasan, dan bagaimanapun aku belum pernah mendengar tentang orang hitam semacam ini.
"'Selamat pagi! kataku sambil mendekatinya. 'Jalan ini tidak ke mana-mana, dan ke mana pun tujuanmu, jalan tercepat adalah kembali ke jalan besar.' Aku tidak menyukai penampilannya; lalu Grip keluar, mengendusnya satu kali, dan langsung mendengking seperti kena tusuk: dia menurunkan ekornya dan lari sambil meraung. Orang hitam itu duduk diam saja.
"'Aku datang dari sana,' katanya, perlahan dan kaku, sambil menunjuk ke arah barat, melewati ladangku, sialan. 'Kau melihat Baggins?' dia bertanya dengan suara aneh, dan membungkuk ke arahku. Aku tak bisa melihat wajahnya, karena tertutup kerudungnya; dan aku merasa punggungku merinding. Tapi aku tidak mengerti, kenapa dia begitu berani melintasi tanahku.
"'Pergilah!' kataku. 'Tidak ada Baggins di sini. Kau masuk di bagian Shire yang keliru. Sebaiknya kau kembali ke Hobbiton-tapi kau bisa melewati jalan raya kali ini.'
"'Baggins sudah pergi,' jawabnya berbisik. 'Dia akan datang. Dia tidak jauh dari sini. Aku ingin bertemu dengannya. Kalau dia lewat, kau mau memberitahu aku? Aku akan kembali membawa emas.'
"'Tidak, kau tidak akan kembali kemari,' kataku. 'Kau akan kembali ke tempat asalmu, lebih cepat lagi. Kuberi kau satu menit, sebelum kupanggil semua anjingku.'
"Dia mengeluarkan semacam bunyi desis. Mungkin tertawa, mungkin juga tidak. Lalu dia memacu kudanya ke arahku, dan aku melompat menghindar tepat pada waktunya. Aku memanggil anjing-anjing, tapi dia membelok dan melaju melewati gerbang, dan naik ke jalan lintas tinggi bagai kilatan halilintar. Bagaimana menurut kalian?"
Frodo duduk sejenak menatap api, tapi yang ada dalam benaknya adalah bagaimana mereka bisa mencapai Ferry. "Aku tidak tahu harus berpikir apa," katanya akhirnya.
"Kalau begitu, izinkan aku memberi saran," kata Maggot. "Seharusnya kau jangan bergaul dengan orang-orang Hobbiton, Mr. Frodo. Di sana banyak orang aneh." Sam bergerak di kursinya, dan memandang petani itu dengan pandangan tidak ramah. "Tapi kau memang Pemuda sembrono. Ketika kudengar kau meninggalkan keluarga Brandybuck dan pergi ke Mr. Bilbo tua, aku sudah bilang kau akan menemui kesulitan. Perhatikan omonganku, ini semua akibat kelakuan aneh Mr. Bilbo. Uangnya diperolehnya dengan cara aneh di negeri asing, katanya. Mungkin ada yang ingin tahu, apa yang terjadi dengan emas dan berlian yang ditanamnya di bukit di Hobbiton, seperti yang kudengar?"
Frodo tidak mengatakan apa pun: tebakan licin petani itu agak mengganggunya.
"Well, Mr. Frodo," lanjut Maggot, "aku senang kau punya akal sehat untuk kembali ke Buckland. Nasihatku adalah: tetaplah di sana! Dan jangan bergaul dengan orang-orang aneh itu. Di sini kau akan punya teman. Kalau orang-orang hitam itu datang mengejarmu lagi, biar aku yang menangani mereka. Akan kukatakan kau sudah mati, atau meninggalkan Shire, atau apa pun yang kauinginkan. Dan mungkin omonganku tidak salah; karena tampaknya Mr. Bilbo tualah yang mereka cari."
"Mungkin Anda benar," kata Frodo, menghindari tatapan petani itu dan memandang api.
Maggot mengamatinya dengan merenung. "Well, tampaknya kau punya gagasan-gagasan sendiri," katanya. "Bagiku jelas sekali bahwa bukan suatu kebetulan yang membuat kau dan penunggang kuda itu datang ke sini pada siang yang sama; dan mungkin beritaku sebenarnya bukan berita besar bagimu. Aku tidak minta kau menceritakan sesuatu yang ingin kausimpan sendiri, tapi kulihat kau sedang dalam kesulitan. Mungkin kau merasa tidak terlalu mudah pergi ke Ferry tanpa tertangkap?"
"Memang itulah yang sedang kupikirkan," kata Frodo. "Tapi kami harus berusaha sampai ke sana; dan itu tidak akan terjadi kalau kami cuma duduk berpikir. Jadi, aku khawatir kami harus berangkat. Terima kasih banyak atas kebaikan hati Anda! Selama tiga puluh tahun aku takut pada Anda dan anjing-anjing Anda, Petani Maggot, meski Anda mungkin tertawa mendengarnya. Sayang sekali, karena selama ini aku kehilangan seorang teman baik. Dan sekarang aku menyesal harus segera pergi. Tapi aku akan kembali, mungkin, suatu hari-kalau ada kesempatan."
"Kau akan disambut bila datang," kata Maggot. "Tapi sekarang aku ingin menawarkan. Matahari hampir terbenam, dan kami akan makan malam, karena biasanya kami langsung tidur setelah Matahari. Kalau kau dan Mr. Peregrin dan semuanya bisa tinggal dan makan malam bersama kami, kami akan sangat senang!"
"Begitu pula kami!" kata Frodo. "Tapi kami harus segera pergi. Sekarang saja sudah mulai gelap, padahal kami belum sampai di Ferry."
"Ah! Tunggu dulu! Aku baru hendak mengatakan: setelah sedikit makan malam, aku akan mengeluarkan kereta kecil, dan akan kuantar kalian semua ke Ferry. Itu akan menghemat banyak langkah kalian, dan mungkin juga menghindarkan kalian dari masalah lain."
Frodo menerima undangan itu dengan bersyukur, sehingga Pippin dan Sam lega. Matahari sudah tenggelam di belakang bukit-bukit barat, dan cahaya terangnya sudah redup. Dua putra Maggot dan ketiga putrinya masuk, dan hidangan makan malam berlimpah disajikan di meja besar. Dapur diterangi lilin-lilin, api di pendiangan dibesarkan. Mrs. Maggot sibuk keluar-masuk. Satu-dua hobbit yang termasuk dalam rumah tangga pertanian itu masuk. Dalam sekejap empat belas orang duduk makan. Bir berlimpah-limpah, ada sebuah piring besar penuh jamur dan daging panggang, juga banyak makanan pertanian yang lezat. Anjing-anjing berbaring dekat perapian, mengunyah kulit dan memecah tulang.
Selesai makan, si petani dan putra-putranya keluar membawa lentera dan menyiapkan kereta. Gelap sekali di halaman, ketika tamu-tamu itu keluar. Mereka melemparkan ransel ke dalam kereta, dan naik ke dalamnya. Si petani duduk di kursi kusir, dan memecut kedua kudanya yang gagah. Istrinya berdiri dalam cahaya dari pintu yang terbuka.
"Jaga dirimu, Maggot!" ia berteriak. "Jangan berdebat dengan orang asing, dan langsung kembali!"
"Baik!" kata Maggot, lalu ia melaju keluar dari gerbang. Tidak ada embusan angin; malam diam dan tenang, dan hawa dingin. Mereka keluar tanpa lampu dan berjalan perlahan. Setelah satu-dua mil jalan itu berakhir, melintasi pematang dalam, dan mendaki tebing pendek menuju jalan lintas yang bertebing tinggi.
Maggot turun dan melihat tajam ke dua arah, utara dan selatan, tapi tak ada yang terlihat dalam kegelapan, dan tidak ada suara sama sekali dalam keheningan. Utas-utas tipis kabut sungai menggantung di atas pematang, dan merangkak di atas ladang-ladang.
"Kabut akan semakin tebal," kata Maggot, "tapi aku tidak akan menyalakan lenteraku sampai aku kembali ke rumah. Kalau ada suara di jalan, kita akan mendengamya jauh sebelum bertemu dengannya malam ini."

Dari jalan Maggot ke Ferry jaraknya lebih dari lima mil. Hobbit-hobbit itu menyelimuti diri, tapi telinga mereka memperhatikan suara apa saja di atas bunyi deritan roda dan derap perlahan kaki kuda. Frodo merasa kereta itu berjalan lebih lamban daripada siput. Di sampingnya Pippin sudah mengangguk-angguk mengantuk, tapi Sam menatap ke depan, ke dalam kabut yang sedang naik.
Akhirnya mereka mencapai pintu masuk ke jalan Ferry. Tempat itu ditandai dengan dua tiang putih tinggi yang tiba-tiba menjulang di sebelah kanan mereka. Petani Maggot menghentikan kudanya, dan kereta berhenti dengan bunyi berderit. Ketika mereka hendak keluar dari kereta, tiba-tiba terdengar suara yang sudah mereka takutkan: bunyi derap kaki kuda di jalan di depan. Bunyi itu menuju ke arah mereka.
Maggot melompat turun dan berdiri memegang kepala kuda-kuda, mengintai ke dalam keremangan. Klip-klop, klip-klop bunyi penunggang yang semakin dekat. Derap kaki kuda itu terdengar nyaring dalam keheningan udara yang berkabut.
"Sebaiknya Anda bersembunyi, Mr. Frodo," kata Sam cemas. "Berbaringlah di kereta, tutupi diri Anda dengan selimut, dan kami akan menangani penunggang ini!" ia memanjat keluar dan berdiri di samping si petani. Penunggang Hitam itu harus melindasnya bila ingin mendekati kereta.
Klop-klop, klop-klop. Penunggang itu hampir sampai di dekat mereka.
"Halo!" teriak Petani Maggot. Bunyi derap kuda yang menghampiri, berhenti mendadak. Mereka merasa samar-samar bisa melihat bayangan sosok gelap berjubah di dalam kabut, satu-dua meter di depan.
"Hei!" kata petani itu, sambil melemparkan tali kekang kepada Sam dan melangkah maju. "Jangan maju lagi selangkah pun! Apa yang kauinginkan, dan ke mana kau menuju?"
"Aku menginginkan Mr. Baggins. Apa kau melihatnya?" kata sebuah suara teredam-tapi itu suara Merry Brandybuck. Lentera gelap dibuka, dan cahayanya jatuh ke wajah sang petani yang keheranan.
"Mr. Merry!" teriaknya.
"Ya, tentu saja! Anda kira siapa?" kata Merry sambil berjalan maju. Saat ia keluar dari kabut dan ketakutan mereka hilang, sosok Merry mendadak kelihatan menyusut menjadi ukuran hobbit biasa. Ia mengendarai seekor kuda, sehelai selendang melingkari leher dan bagian atas dagunya, untuk menghalangi kabut.
Frodo meloncat keluar dari kereta untuk menyalaminya. "Jadi, akhirnya kau datang!" kata Merry. "Aku sudah mulai bertanya-tanya, apakah kau akan datang hari ini, dan aku baru saja mau kembali untuk makan malam. Ketika cuaca mulai berkabut, aku melintas dan naik kuda menuju Stock, untuk melihat apakah kalian jatuh ke dalam parit. Tapi aku tak mengerti kalian lewat jalan mana. Di mana Anda menemukan mereka, Mr. Maggot? Di kolam angsa Anda?"
"Tidak, aku menangkap mereka memasuki tanahku tanpa izin," kata si petani, "dan aku hampir menyuruh anjing-anjingku menyerang mereka; tapi mereka akan menceritakan seluruhnya padamu, aku yakin itu. Sekarang, maaf, Mr. Merry, Mr. Frodo, dan semuanya, sebaiknya aku pulang. Mrs. Maggot akan cemas, apalagi malam berkabut tebal begini."
Ia memundurkan keretanya di jalan dan membalikkan arahnya. "Well, selamat malam semuanya," katanya. "Hari ini aneh sekali, betul-betul aneh. Tapi segala sesuatu yang baik akan berakhir dengan baik pula; meski mungkin kita tak boleh mengatakan begitu sebelum kita sampai di tujuan masing-masing. Kuakui, aku akan senang kalau sudah sampai di rumahku." ia menyalakan lenteranya, dan naik ke atas keretanya. Tiba-tiba ia mengeluarkan keranjang besar dari bawah tempat duduk. "Hampir saja aku lupa," katanya. "Mrs. Maggot menyiapkan ini untuk Mr. Baggins, beserta salamnya." ia menyerahkan keranjang itu dan mulai melaju, diiringi paduan suara ucapan terima kasih dan selamat malam.
Mereka memperhatikan lingkaran-lingkaran cahaya pucat di sekitar lenteranya, sampai lenyap ditelan malam berkabut. Mendadak Frodo tertawa: dari keranjang tertutup yang dipegangnya tercium aroma keharuman jamur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar