STRIDER
Frodo, Pippin, dan Sam kembali ke ruang duduk. Tidak ada cahaya di sana. Merry tidak ada, dan api sudah mengecil. Baru setelah nyala api mereka embus sampai berkobar tinggi, dan beberapa kayu bakar dilemparkan ke atasnya, mereka sadar bahwa Strider mengikuti mereka. Itu dia duduk dengan tenang di dekat pintu!
"Halo!" kata Pippin. "Siapa kau, dan apa maumu?"
"Aku dipanggil Strider," jawabnya, "mungkin temanmu lupa, tapi dia sudah berjanji akan berbicara denganku."
"Katamu aku akan mendengar sesuatu yang mungkin menguntungkan bagiku," kata Frodo. "Jadi, apa yang mau kaukatakan?"
"Beberapa hat," jawab Strider. "Tapi, tentu saja, aku punya harga."
"Apa maksudmu?" tanya Frodo tajam.
"Jangan kaget! Maksudku hanya begini: aku akan menceritakan
apa yang kuketahui, dan memberimu nasihat bagus-tapi aku vmenginginkan imbalan."
"Dan apakah imbalan itu?" tanya Frodo. Ia menduga yang dihadapinya ini seorang bajingan, dan dengan perasaan kurang enak ia ingat bahwa ia hanya membawa sedikit uang. Jumlahnya tidak akan memuaskan seorang bajingan, dan ia tak bisa menyisihkan uang itu sedikit pun. "Tidak lebih daripada kemampuanmu," jawab Strider dengan senyuman lamban, seolah bisa menebak pikiran Frodo. "Hanya ini: kau harus membawaku serta dengan rombonganmu, sampai aku mau meninggalkan kalian."
"Oh, begitu!" jawab Frodo, tercengang tapi tidak begitu lega. "Kalaupun aku butuh pendamping lain, aku tidak akan begitu saja menerimamu, sampai aku tahu lebih banyak tentang dirimu dan kegiatanmu."
"Bagus!" seru Strider, menyilangkan kakinya dan duduk bersandar dengan nyaman. "Kelihatannya kau sudah memakai akal sehat lagi, baguslah. Kau terlalu ceroboh sejauh ini. Baiklah! Aku akan menceritakan apa yang kuketahui, dan membiarkanmu memutuskan tentang imbalanku. Kau mungkin akan senang memberikannya, kalau kau sudah mendengar ceritaku."
"Teruskan!" kata Frodo. "Apa yang kauketahui?"
"Terlalu banyak; terlalu banyak hal-hal gelap," kata Strider muram. "Tapi mengenai urusanmu..." ia bangkit berdiri dan pergi ke pintu, membukanya cepat, dan melihat ke luar. Lalu ia menutupnya perlahan dan duduk lagi. "Aku punya telinga tajam," lanjutnya, merendahkan suaranya, "dan meski aku tak bisa menghilang, aku sudah memburu banyak makhluk liar dan waspada, dan aku bisa menghindari ketahuan, kalau aku mau. Nah, semalam aku berada di balik pagar, di Jalan sebelah barat Bree, ketika empat hobbit keluar dari Downlands. Tak perlu kuulangi semua yang mereka katakan pada Bombadil tua, atau di antara mereka sendiri, tapi satu hat menarik perhatianku. Ingat, kata salah satu dad mereka, nama Baggins tak boleh disebut-sebut. Aku Mr Underhill, kalau ada nama yang harus disebut. Itu sangat menarik perhatianku, maka aku pun mengikuti mereka ke sini. Aku menyelinap memanjat gerbang, persis di belakang mereka. Mungkin Mr. Baggins mempunyai alasan jujur untuk menyembunyikan namanya; kalau begitu, aku harus menasihati dia dan kawan-kawannya agar lebih berhati-hati."
"Aku tidak mengerti, apa daya tarik namaku untuk orang-orang di Bree," kata Frodo marah, "dan aku masih belum tahu, mengapa ini menarik perhatianmu. Mr. Strider mungkin punya alasan jujur untuk memata-matai dan menguping; kalau memang begitu, aku minta dia menjelaskannya."
"Jawaban bagus!" kata Strider sambil tertawa. "Tapi penjelasannya sederhana: aku sedang mencari hobbit bernama Frodo Baggins. Aku ingin segera menemukannya. Aku sudah tahu dia pergi dari Shire sambil membawa, well, sebuah rahasia yang berhubungan denganku dan teman-temanku.
"Nah, jangan salah tangkap!" seru Strider, saat Frodo bangkit dari kursinya, dan Sam melompat sambil mengerutkan dahi. "Aku akan lebih berhati-hati dengan rahasia itu daripada kalian. Dan kehati-hatian memang diperlukan!" ia mencondongkan badannya ke depan dan memandang mereka. "Waspadai setiap bayangan!" katanya dengan suara rendah. "Para Penunggang Hitam sudah melewati Bree. Hari Senin ada satu yang datang melalui Greenway, kata orang; dan satu lagi muncul kemudian, datang melewati Greenway dari selatan."
Sepi sebentar. Akhirnya Frodo berbicara pada Pippin dan Sam, "Seharusnya aku sudah menduga, dari cara penjaga gerbang menyalami kita," katanya. "Dan rupanya pemilik penginapan juga tahu sesuatu. Kenapa dia mendesak kita untuk bergabung den-an rombongan lainnya? Dan mengapa kita bersikap begitu bodoh? Seharusnya kita tetap di dalam sini dengan tenang."
"Itu akan lebih baik," kata Strider. "Sebenarnya aku mencoba mencegah kalian masuk ke ruang utama, seandainya bisa; tapi pemilik penginapan tidak mengizinkan aku menemuimu, atau mengantarkan pesan."
"Apakah menurutmu dia...," Frodo memulai.
"Tidak, aku tidak punya pandangan buruk tentang Butterbur tua. Hanya saja dia tidak menyukai pengembara misterius seperti aku." Frodo memandangnya dengan heran. "Well, penampilanku memang agak seperti bajingan, bukan?" kata Strider sambil mengulum bibirnya, dan kilauan aneh muncul di matanya. "Tapi kuharap kita bisa saling mengenal lebih baik. Setelah itu, kuharap kau mau menjelaskan apa yang terjadi pada akhir nyanyianmu. Olok-olok kecil itu..."
"Itu hanya kecelakaan!" sela Frodo.
"Aku ragu," kata Strider. "Kecelakaan, eh? Kecelakaan itu telah membahayakan posisimu."
"Tidak lebih membahayakan daripada sebelumnya," kata Frodo. "Aku tahu para Penunggang kuda itu mengejarku; tapi sekarang tampaknya mereka sudah gagal dan sudah pergi."
"Jangan harap!" kata Strider tajam. "Mereka akan kembali. Dan lebih banyak lagi yang bakal datang. Ada yang lain-lainnya. Aku tahu jumlahnya. Aku kenal Penunggang-Penunggang ini." ia berhenti, matanya dingin dan keras. "Dan ada beberapa orang di Bree yang tidak bisa dipercaya," lanjutnya. "Bill Ferny, misalnya. Reputasinya jelek di Bree-land, dan orang-orang aneh suka mengunjunginya. Pasti kau melihatnya di kumpulan orang-orang tadi; seorang pria kehitaman yang tampak selalu mengejek. Dia dekat sekali dengan salah satu pendatang asing dari Selatan, dan mereka menyelinap keluar persis setelah 'kecelakaanmu'. Tidak semua orang Selatan itu bermaksud baik; dan tentang Ferny, dia akan menjual apa pun pada siapa pun; atau membuat keonaran hanya demi kesenangan."
"Apa yang akan dijual Ferny, dan apa hubungan kecelakaanku dengannya?" kata Frodo, masih bertekad untuk pura-pura tak mengerti
"Berita tentang kau, tentu," jawab Strider. "Uraian tentang pertunjukanmu akan sangat menarik perhatian beberapa orang tertentu. Setelah itu, mereka tak perlu diberitahu namamu yang sebenarnya. Menurutku, sebelum malam ini berakhir mereka sudah mendengar tentang peristiwa tadi. Apakah itu sudah cukup? Terserah kau tentang imbalanku; kau boleh mengajakku sebagai pemandu jalan, atau tidak. Boleh kukatakan aku tahu semua negeri di antara Shire dan Pegunungan Berkabut, karena aku sudah mengembara di sana bertahun-tahun. Aku lebih tua daripada penampilanku. Siapa tahu aku akan berguna. Kau harus meninggalkan jalan terbuka setelah malam ini, karena para Penunggang itu akan mengawasinya siang-malam. Mungkin kau bisa melarikan diri dari Bree dan akan dibiarkan melangkah maju sementara Matahari bersinar; tapi kau tidak akan pergi jauh. Mereka akan menyergapmu di belantara, di suatu tempat gelap di mana tidak ada pertolongan. Apakah kau ingin mereka menemukanmu? Mereka sangat mengerikan!"
Para hobbit memandangnya, dan kaget melihat wajahnya menyeringai bagai kesakitan, tangannya mencengkeram kedua lengan kursinya. Ruangan itu sepi dan sangat hening, cahaya seolah semakin suram. Untuk beberapa saat Strider duduk dengan tatapan kosong, seolah sedang mengembara jauh dalam ingatannya, atau mendengarkan bunyi-bunyi Malam di kejauhan.
"Nah!" serunya setelah beberapa saat, menyapukan tangan ke dahinya. "Barangkali aku tahu lebih banyak tentang pengejarmu daripada kalian. Kalian takut pada mereka, tapi belum cukup takut. Besok kalian harus lari, kalau bisa. Strider bisa membawa kalian melalui jalan-jalan yang jarang dilalui. Kau mau mengajakku?"
Keheningan berat mencekam. Frodo tidak menjawab, benaknya bingung, penuh keraguan dan ketakutan. Sam mengerutkan dahi dan menatap majikannya, dan akhirnya mencetuskan,
"Dengan seizin Anda, Mr. Frodo, aku akan bilang tidak! Strider ini, dia memperingatkan kita dan bilang supaya hati-hati; aku bilang ya untuk itu, dan kita mulai dengan dia. Dia datang dari daerah Belantara, dan aku belum pernah mendengar kebaikan apa pun tentang orang-orang macam dia. Dia memang tahu sesuatu, itu jelas, dan dia tahu lebih banyak daripada yang kuanggap aman; tapi itu bukan alasan untuk membiarkan dia memimpin kita keluar ke suatu tempat gelap di mana tidak ada pertolongan, seperti katanya."
Pippin gelisah dan kelihatan tidak nyaman. Strider tidak menjawab Sam, tapi memalingkan matanya yang tajam ke arah Frodo. Frodo menangkap lirikannya dan membuang muka. "Tidak," katanya perlahan.
"Aku tidak setuju. Kupikir, kupikir kau bukan seperti penampilanmu
Kau mulai berbicara padaku seperti orang Bree, tapi suaramu berubah. Tapi Sam kelihatannya benar tentang ini: Aku tidak mengerti, mengapa kau menyuruh kami hati-hati, tapi juga meminta kami menerimamu atas dasar kepercayaan belaka. Kenapa harus menyamar? Siapa kau? Apa yang sebenarnya kauketahui tentang... urusanku, dan bagaimana kau tahu itu?"
"Pelajaran tentang kewaspadaan sudah kalian pelajari dengan baik," kata Strider dengan senyuman muram. "Tapi kewaspadaan dan keraguan adalah dua hal berbeda. Kalian tidak akan pernah sampai ke Rivendell sendirian, dan mempercayaiku adalah kesempatan kalian satu-satunya. Kalian harus memutuskan. Aku akan menjawab beberapa pertanyaan kalian, kalau itu membantu untuk mengambil keputusan. Tapi mengapa harus mempercayai ceritaku, kalau kalian toh tidak mempercayaiku? Bagaimanapun, beginilah ceritanya..."
Saat itu terdengar ketukan di pintu. Mr. Butterbur datang membawa lilin-lilin, dan di belakangnya ada Nob dengan kaleng-kaleng penuh air panas. Strider mundur ke pojok gelap.
"Aku datang untuk mengucapkan selamat malam," kata pemilik penginapan itu, sambil meletakkan lilin-lilin di meja. "Nob! Bawa airnya ke kamar-kamar!" ia masuk dan menutup pintu.
"Begini," Butterbur memulai, sambil ragu dan kelihatan khawatir. "Kalau aku melakukan sesuatu yang merugikan, aku menyesal sekali. Tapi satu hal mendorong yang lainnya, seperti kalian tahu; dan aku orang sibuk. Berbagai urusan dalam minggu ini telah membuatku jadi pelupa, seperti kata pepatah; tapi mudah-mudahan tidak terlambat. Begini, aku diminta menunggu hobbit-hobbit dari Shire, dan terutama satu yang bernama Baggins."
"Lalu apa hubungannya dengan aku?" tanya Frodo.
"Ah! Kau pasti: tahu," kata pemilik penginapan dengan penuh arti. "Aku tidak akan membuka rahasiamu, tapi aku diberitahu bahwa Baggins ini akan memakai nama Underhill, dan aku diberikan uraian yang cocok betul denganmu, kalau boleh kukatakan."
"Oh, ya? Kalau begitu, ayo katakan!" kata Frodo, menyela dengan kurang bijak.
"Seorang pria gagah kecil dengan pipi merah, " kata Mr. Butterbur dengan khidmat. Pippin tertawa kecil, tapi Sam kelihatan marah. "Itu tidak banyak membantu; kebanyakan hobbit tampangnya seperti itu, Barley, dia berkata padaku," lanjut Mr. Butterbur sambil melirik pippin. "Tapi yang ini lebih tinggi dari kebanyakan, dan lebih bagus dari kebanyakan, dan dia mempunyai belahan pada dagunya; laki-laki keren dengan mata tajam. Maaf, tapi dia yang mengatakan itu, bukan aku."
"Dia yang mengatakannya? Dan siapa dia itu?" tanya Frodo bersemangat.
"Ah! Gandalf, kalau kau tahu maksudku. Kata orang, dia tukang sihir, tapi bagaimanapun dia teman baikku. Sekarang aku tidak tahu apa yang akan dikatakannya padaku, kalau aku bertemu lagi dengannya: entah dia akan membuat seluruh bir di sini menjadi masam, atau mengubahku menjadi sebatang kayu, aku tidak akan heran. Dia agak tergesa-gesa. Namun apa yang sudah terjadi tak bisa dibatalkan."
"Well, apa yang sudah kaulakukan?" kata Frodo, mulai tak sabar dengan penuturan Butterbur yang lamban dan bertele-tele.
"Sampai di mana aku?" tanya pemilik penginapan itu sambil menjentikkan jarinya. "Oh, ya! Gandalf. Tiga bulan yang lalu, dia masuk langsung ke kamarku tanpa mengetuk pintu. Barley, katanya, aku akan pergi besok pagi. Kau mau melakukan sesuatu untukku? Katakan saja, kataku. Aku terburu-buru, katanya, dan aku sendiri tidak punya waktu, tapi aku ingin pesanku dibawa ke Shire. Apa kau punya orang untuk mengirimkannya, dan yang bisa dipercaya untuk pergi? Aku bisa mencarikan seseorang, kataku, besok, mungkin, atau lusa. Besok saja, katanya, lalu dia memberikan sepucuk surat padaku.
"Ada alamatnya yang jelas," kata Mr. Butterbur, mengeluarkan sepucuk surat dari sakunya, lalu membacakan alamatnya dengan perlahan dan bangga (ia sangat menghargai reputasinya sebagai orang terpelajar),
Mr FRODO BAGGINS, BAG END, HOBBITON di SHIRE.
"Surat untukku dari Gandalf!" seru Frodo.
"Ah!" kata Mr. Butterbur. "Kalau begitu, namamu yang sebenarnya memang Baggins?"
"Memang," kata Frodo, "dan sebaiknya kau segera memberikan surat itu padaku, dan menjelaskan kenapa kau tidak pernah mengirimkannya. Kurasa itulah yang tadi hendak kauceritakan padaku, meski kau menghabiskan waktu lama sekali untuk sampai pada masalah sebenarnya."
Mr. Butterbur tampak gelisah. "Kau benar, Master," katanya, "dan aku minta maaf. Aku benar-benar takut akan apa yang dikatakan Gandalf, kalau kelalaianku ternyata mencelakakan. Tapi aku tidak menyimpannya dengan sengaja. Aku mengamankannya. Aku tak bisa menemukan orang yang mau pergi ke Shire keesokannya, atau hari berikutnya, dan anak buahku sendiri tak bisa kubiarkan pergi; lalu satu dan lain hal mengusir surat itu dari benakku. Aku orang sibuk Aku akan berusaha melakukan apa pun untuk membetulkannya, dan kalau aku bisa menolong, sebutkan saja.
"Terlepas dari surat itu, aku sudah berjanji pada Gandalf. Barley, katanya padaku, sahabatku ini dari Shire, dia mungkin akan datang ke sini tak lama lagi, dia dan yang lainnya. Dia akan menyebut dirinya Underhill. Ingat itu! Tapi kau tidak perlu menanyakan apa-apa. Kalau aku tidak bersamanya, mungkin dia bakal mendapat kesulitan, dan butuh pertolongan. Lakukan apa yang bisa kaulakukan untuknya, dan aku akan bersyukur, katanya. Sekarang di sinilah kau, dan kesulitan tampaknya tidak jauh darimu."
"Apa maksudmu?" tanya Frodo.
"Orang-orang hitam ini," kata si pemilik penginapan, merendahkan suaranya. "Mereka mencari Baggins, dan kalau mereka bermaksud baik, maka aku mungkin bukan manusia, tapi hobbit. Waktu itu hari Senin, semua anjing melolong dan angsa-angsa meleter. Ajaib, kataku. Nob, dia datang memberitahuku bahwa ada dua orang hitam di depan pintu, menanyakan seorang hobbit bernama Baggins. Rambut Nob semuanya berdiri. Aku menyuruh kedua orang hitam itu pergi, dan membanting pintu di depan mereka; tapi mereka sudah menanyakan hal yang sama sepanjang jalan sampai ke Archet, kudengar. Dan si Strider itu, dia juga bertanya-tanya. Berusaha masuk ke sini menemuimu, sebelum kau makan."
"Memang!" kata Strider tiba-tiba, maju ke dalam cahaya. "Dan banyak kesulitan bisa dihindari, seandainya kau membiarkannya masuk, Barliman."
Pemilik penginapan itu melompat kaget. "Kau!" teriaknya. "Kau selalu muncul. Apa yang kauinginkan sekarang?"
"Dia di sini dengan seizinku," kata Frodo. "Dia datang untuk menawarkan bantuannya."
"Well, mungkin kau tahu urusanmu sendiri," kata Mr. Butterbur, sambil memandang Strider dengan curiga. "Tapi kalau aku jadi kau, aku tidak akan menerima bantuan seorang Penjaga Hutan."
"Kalau begitu, siapa yang akan kauterima?" tanya Strider. "Seorang pemilik penginapan gendut yang hanya ingat namanya sendiri karena orang-orang meneriakkannya sepanjang hari? Mereka tak bisa selamanya tinggal di sini, dan mereka juga tak bisa pulang. Perjalanan mereka masih panjang. Apa kau mau pergi bersama mereka, mengusir orang-orang hitam itu?"
"Aku? Meninggalkan Bree? Aku tak mau melakukan itu, biarpun dibayar," kata Mr. Butterbur, kelihatan takut sekali. "Tapi kenapa kau tidak bisa tetap di sini dengan tenang_ untuk sementara, Mr. Underhill? Apa maksudnya semua kejadian aneh ini? Apa yang dikejar orang-orang hitam ini, dan dari mana mereka, aku ingin tahu."
"Maaf, aku tak bisa menjelaskan semuanya," jawab Frodo. "Aku lelah dan sangat cemas, dan ceritanya panjang. Tapi kalau kau bermaksud membantu, aku perlu memperingatkanmu bahwa kau dalam bahaya selama aku di rumahmu. Para Penunggang Hitam ini: aku tidak yakin, tapi kukira, aku khawatir mereka datang dari..."
"Mereka datang dari Mordor," kata Strider dengan suara rendah. "Dari Mordor, Barliman, kalau kau tahu apa artinya itu."
"Astaga!" teriak Mr. Butterbur dengan wajah pucat; nama itu tampaknya ia kenal. "Itu berita terburuk yang sampai ke Bree pada masa ini."
"Memang," kata Frodo. "Kau masih mau membantuku?"
"Aku mau," kata Mr. Butterbur. "Lebih ingin dari semula. Meski aku tidak tahu, apa yang bisa dilakukan orang seperti aku untuk melawan, melawan...," ia berkata gugup.
"Melawan Bayangan di Timur," kata Strider tenang. "Tidak banyak, Barliman, tapi sedikit bantuan pun akan membantu. Kau bisa membiarkan Mr. Underhill tinggal di sini malam ini, sebagai Mr. Underhill, dan kau bisa melupakan nama Baggins, sampai dia sudah jauh dari sini."
"Akan kulakukan," kata Butterbur. "Tapi tanpa bantuanku pun mereka akan tahu bahwa dia ada di sini, itu yang kukhawatirkan. Sayang sekali Mr. Baggins menarik perhatian orang-orang pada dirinya sendiri tadi sore. Kisah Mr. Bilbo pergi sudah pernah didengar di Bree. Bahkan Nob yang lamban itu pun sudah bisa menduga-duga; dan ada orang-orang lain di Bree yang lebih cepat mengerti daripada dia."
"Yah, kita hanya bisa berharap para Penunggang Hitam belum kembali," kata Frodo.
"Kuharap tidak," kata Butterbur. "Tapi hantu atau bukan hantu, mereka tidak akan mudah masuk ke penginapan ini. Jangan khawatir sampai pagi. Nob tidak akan mengatakan apa pun. Tidak akan ada orang hitam masuk pintuku, sementara aku masih berdiri. Aku dan anak buahku akan berjaga malam ini; tapi sebaiknya kalian tidur sebisa mungkin."
"Bagaimanapun, kami harus dibangunkan saat fajar," kata Frodo. "Kami harus berangkat sepagi mungkin. Sarapan jam enam tiga puluh, kalau bisa."
"Baik! Aku akan mengurusnya," kata si pemilik penginapan. "Selamat malam, Mr. Baggins-Underhill, mestinya! Selamat malam-nah! Ke mana Mr. Brandybuck?"
"Aku tidak tahu," kata Frodo, tiba-tiba cemas sekali. Mereka lupa tentang Merry, dan malam sudah larut. "Aku khawatir dia sedang ke luar. Dia bilang ingin keluar untuk menghirup hawa segar."
"Well, kalian memang perlu dijaga dan jangan salah: anggap saja rombongan kalian ini sedang berlibur!" kata Butterbur. "Aku harus pergi dan secepatnya menutup pintu-pintu, tapi aku akan memastikan temanmu dibiarkan masuk bila dia datang. Sebaiknya kusuruh Nob mencarinya, Selamat malam semuanya!" Akhirnya Mr. Butterbur pergi, dengan lirikan ragu ke arah Strider dan gelengan kepala. Bunyi langkah kakinya . menghilang melewati selasar.
"Nah," kata Strider. "Kapan kau akan membuka surat itu?" Frodo mengamati segelnya dengan cermat, sebelum membukanya. Tampaknyal memang dari Gandalf. Di dalamnya ada pesan berikut, tertulis dalam tulisan tangan tukang sihir yang tegas tapi luwes:
KUDA MENARI, BREE. Hari Pertengahan Tahun, Tahun Shire, 1418.
Frodo yang baik,
Berita buruk sampai kepadaku. Aku harus segera pergi. Sebaiknya kau segera meninggalkan Bag End dan keluar dari Shire, paling lambat sebelum akhir Juli. Aku akan kembali sesegera mungkin, dan aku akan menyusulmu kalau ternyata kau sudah pergi. Tinggalkan pesan untukku di sini, kalau kau melewati Bree. Kau bisa mempercayai pemilik penginapan ini (Butterbur). Kau mungkin akan bertemu seorang sahabatku di Jalan Timur: seorang Manusia, kurus, gelap, jangkung, oleh beberapa orang dipanggil Strider Dia tahu urusan kita dan akan membantumu. Pergilah ke Rivendell. Di sana kuharap kita akan bertemu lagi. Kalau aku tidak datang, Elrond akan memberitahumu.
Sahabatmu yang terburu-buru,
GANDALF.
PS. JANGAN gunakan ITU lagi, walau dengan alasan apa pun! Jangan berjalan di malam hari!
PPS. Pastikan dia benar-benar Strider yang asli. Banyak orang asing di jalan. Nama aslinya Aragorn.
Emas belum tentu gemerlap,
Tak semua pengembara tersesat;
Yang tua tapi kokoh akan bertahan tetap,
Akar yang tertanam dalam akan bertahan kuat.
Dari abu akan menyala api,
Dari bayangan akan muncul cahaya;
Mata pisau yang patah akan diperbaharui,
Yang tidak bermahkota 'kan kembali menjadi raja.
PPPS. Kuharap Butterbur segera mengirimkan ini. Dia orang baik, tapi ingatannya seperti gudang sesak: barang yang dibutuhkan selalu terkubur. Kalau dia lupa, akan kupanggang dia.
Selamat jalan!
Frodo membaca surat itu, lalu menyerahkannya pada Pippin dan Sam. "Butterbur tua benar-benar mengacaukan keadaan!" katanya. "Dia pantas dipanggang. Kalau aku segera menerima surat ini, kita semua mungkin sudah aman di Rivendell sekarang. Tapi apa yang terjadi pada Gandalf? Dia menulis seolah dia dalam bahaya besar."
"Dia sudah melakukan itu bertahun-tahun," kata Strider.
Frodo menoleh dan memandang Strider sambil merenung, bertanya-tanya tentang catatan tambahan kedua dalam surat Gandalf. "Kenapa kau tidak segera mengatakan kau sahabat Gandalf?" tanyanya. "Itu akan menghemat waktu."
"O ya? Apakah di antara kalian ada yang percaya padaku sebelumnya?" kata Strider. "Aku tidak tahu apa pun tentang surat ini. Aku hanya tahu aku perlu membujukmu untuk mempercayaiku, tanpa bukti-bukti, kalau aku harus menolongmu. Bagaimanapun, aku memang tidak berniat langsung menceritakan semua tentang diriku. Aku harus mempelajarimu dulu, dan harus merasa yakin tentang kalian. Musuh sudah pernah memasang perangkap untukku. Kalau sudah yakin, aku siap menceritakan apa saja yang kautanyakan. Tapi perlu kuakui," tambahnya dengan tawa ganjil, "bahwa aku berharap kau akan menerimaku apa adanya. Orang yang dikejar-kejar kadang-kadang jemu dengan kecurigaan dan mendambakan persahabatan. Tapi... yah, penampilanku memang merugikan aku."
"Memang-setidaknya pada pandangan pertama," tawa Pippin yang sekarang merasa lega, setelah membaca surat Gandalf. "Penampilan memang bisa menipu, seperti kata orang-orang di Shire; dan aku yakin kami juga akan kelihatan sepertimu kalau berhari-hari berbaring di selokan dan parit."
"Makan waktu lebih dari beberapa hari, atau minggu, atau tahun, mengembara di wilayah Belantara untuk membuatmu tampak seperti Strider," jawabnya. "Dan kau akan mati duluan, kecuali kau lebih kuat daripada kelihatannya:"
Pippin mengalah; tapi Sam masih penasaran, dan masih memandang Strider dengan curiga. "Bagaimana kami tahu kau adalah Strider yang dibicarakan Gandalf?" tuntutnya. "Kau sama sekali tidak menyebut-nyebut Gandalf, sampai suratnya muncul. Kau bisa saja mata-mata yang menyamar, mencoba agar kami mau ikut denganmu. Sekarang, apa katamu?"
"Kataku, kau orang yang berani," jawab Strider, "tapi satu-satunya jawaban yang bisa kuberikan padamu, Sam Gamgee, hanya ini. Kalau aku sudah membunuh Strider yang asli, aku juga bisa membunuhmu. Dan aku pasti sudah akan membunuhmu tanpa banyak bicara. Kalau aku mengejar Cincin itu, aku bisa mendapatkannya-SEKARANG!"
Ia berdiri, dan mendadak sosoknya seolah semakin tinggi. Matanya menyorotkan cahaya tajam berwibawa. Ia menyingkap mantelnya ke belakang, dan meletakkan tangannya pada pangkal pedang yang tersembunyi menggantung di sisinya. Mereka tidak berani bergerak. Sam duduk melongo sambil memandangnya dengan dungu.
"Tapi aku memang Strider yang asli, untunglah," katanya sambil memandang mereka, wajahnya melembut oleh senyuman tiba-tiba. "Aku Aragorn, putra Arathorn; dan kalau dengan hidup atau mati aku bisa menyelamatkan kalian, aku akan melakukannya."
Hening... lama sekali. Akhirnya Frodo berbicara dengan ragu-ragu. "Aku sudah percaya kau seorang sahabat, bahkan sebelum surat itu datang," katanya, "atau setidaknya begitulah harapanku. Kau menakuti aku beberapa kali malam ini, tapi tak pernah seperti yang bakal dilakukan para anak buah Musuh, atau begitulah dalam bayanganku. Kukira mata-mata Musuh akan... yah, kelihatan lebih bagus dari luar, tapi terasa lebih busuk di dalamnya, kalau kau paham maksudku."
"Aku paham," tawa Strider. "Aku tampak buruk dari luar, tapi terasa bagus di dalamnya. Begitukah? Emas belum tentu gemerlap, tak semua pengembara tersesat."
"Jadi, sajak itu menggambarkan dirimu rupanya?" tanya Frodo
"Aku tadi tidak mengerti maksudnya. Tapi bagaimana kau tahu sajak itu ada di dalam surat Gandalf, kalau kau belum pernah melihatnya?"
"Aku tidak tahu," jawabnya. "Tetapi aku Aragorn, dan sajak itu mendampingi namaku." Ia menarik pedangnya, dan mereka melihat memang pedang itu pecah satu kaki di bawah pangkalnya. "Tidak banyak berguna, bukan, Sam?" kata Strider. "Tapi sebentar lagi pedang ini akan ditempa kembali."
Sam membisu.
"Nah," kata Strider, "dengan seizin Sam, kita anggap urusan ini selesai. Strider akan menjadi pemandu kalian. Kita akan menghadapi perjalanan berat besok. Meski kita berhasil meninggalkan Bree tanpa halangan, sekarang kita tak bisa berharap pergi tanpa diketahui. Tapi aku akan berusaha sesegera mungkin menghilangkan jejak. Aku tahu satu-dua jalan keluar dari Bree-land, selain jalan utama. Begitu kita bisa melepaskan diri dari pengejaran, aku akan pergi ke Weathertop."
"Weathertop?" kata Sam. "Apa itu?"
"Sebuah bukit di sebelah utara Jalan Timur, sekitar separuh perjalanan dari sini ke Rivendell. Dan sana pemandangannya luas ke sekitar; di sana kita bisa melihat sekeliling kita. Gandalf akan pergi ke tempat itu kalau dia menyusul kita. Setelah Weathertop, perjalanan akan semakin sulit, dan kita harus memilih antara beberapa macam bahaya."
"Kapan terakhir kau bertemu Gandalf?" tanya Frodo. "Apa kau tahu di mana dia, atau apa yang dilakukannya?"
Strider tampak muram. "Aku tidak tahu," katanya. "Aku pergi ke barat dengannya musim semi lalu. Aku sering menjaga perbatasan Shire beberapa tahun belakangan ini, saat Gandalf sibuk di tempat lain. Dia jarang membiarkannya tidak terjaga. Kami terakhir bertemu pada hari pertama bulan Mei: di Sam Ford, dekat Brandywine. Dia menceritakan padaku bahwa urusannya denganmu berjalan baik, dan bahwa kau akan berangkat ke Rivendell pada minggu terakhir September. Karena aku tahu dia mendampingimu, aku pergi untuk urusanku sendiri. Dan ternyata itu berakibat buruk; Gandalf rupanya mendapat suatu berita, dan aku tidak ada di sana untuk membantunya.
"Aku merasa cemas, untuk pertama kali sejak aku kenal dengannya. Seharusnya kita sudah menerima kabar, meski dia sendiri tak bisa datang. Ketika aku kembali, beberapa hari yang lalu, aku mendengar kabar buruk itu. Sudah tersiar luas bahwa Gandalf hilang, dan para Penunggang kuda sudah berkeliaran. Bangsa Peri dari Gildor yang menceritakan ini padaku; kemudian mereka menceritakan bahwa kau sudah meninggalkan rumahmu; tapi tak ada berita tentang kepergianmu dari Buckland. Aku sudah mengawasi Jalan Timur dengan cemas."
"Menurutmu, apakah para Penunggang Hitam itu ada hubungannya dengan ini-dengan hilangnya Gandalf, maksudku?" tanya Frodo.
"Menurutku tidak ada hal lain yang bisa menghambat dia, kecuali Musuh sendiri," kata Strider. "Tapi jangan putus harapan! Gandalf lebih hebat daripada yang kalian kira-biasanya kalian hanya melihat kelakar dan permainannya. Tapi urusan kita ini akan menjadi tugasnya yang paling besar."
Pippin menguap. "Maaf," katanya, "tapi aku lelah sekali. Meski banyak bahaya dan kekhawatiran, aku harus tidur, kalau tidak aku akan tertidur sambil duduk di sini. Ke mana kawan sinting kita, Merry? Benar-benar keterlaluan kalau kita masih harus keluar dalam gelap untuk mencarinya."
Saat itu mereka mendengar bunyi pintu dibanting, lalu langkah kaki berlari melewati selasar. Merry masuk secepat kilat, diikuti Nob. Ia menutup pintu tergesa-gesa, dan bersandar di sana. Napasnya terengah-engah. Sejenak mereka memandangnya dengan kaget, lalu ia berkata terengah-engah, "Aku melihat mereka, Frodo! Aku melihat mereka! Para Penunggang Hitam!"
"Para Penunggang Hitam!" seru Frodo. "Di mana?"
"Di sini. Di desa. Aku tidak ke mana-mana selama satu jam. Lalu, karena kalian tidak kembali, aku keluar untuk berjalan-jalan. Sepulangnya berjalan-jalan, aku berdiri di luar cahaya lampu, sambil memandang bintang-bintang. Mendadak aku menggigil, dan merasa sesuatu yang menyeramkan merangkak mendekatiku: ada semacam bayangan yang lebih gelap di antara bayang-bayang di seberang jalan persis di luar batas cahaya lampu. Penunggang itu segera menyelinap kembali ke dalam gelap, tanpa suara. Tidak ada kuda."
"Ke mana dia pergi?" tanya-Strider dengan tiba-tiba dan tajam.
Merry kaget, baru menyadari kehadiran orang asing itu. "Lanjutkan!" kata Frodo. "Ini teman Gandalf. Aku akan menjelaskan nanti."
"Tampaknya dia pergi ke Jalan Timur, ke arah timur," lanjut Merry. "Aku berusaha mengikutinya. Tapi dia langsung lenyap; aku membelok di tikungan, dan berjalan sampai sejauh rumah terakhir di Jalan Timur."
Strider menatap Merry keheranan. "Kau sangat berani," katanya, "tapi itu bodoh sekali."
"Aku tidak tahu," kata Merry. "Bukan berani maupun bodoh, kukira. Aku tak bisa menahan diri. Aku seolah ditarik. Pokoknya, aku pergi, dan tiba-tiba aku mendengar suara-suara dekat pagar. Satu menggerutu, satunya lagi berbisik atau mendesis. Aku tak bisa mendengar satu kata pun yang diucapkan. Aku tidak merangkak lebih dekat, karena seluruh tubuhku mulai gemetaran. Lalu aku merasa ngeri, dan berbalik, dan baru saja akan lari pulang, ketika sesuatu datang dari belakang dan aku... aku terjatuh."
"Aku menemukannya, Sir," tambah Nob. "Mr. Butterbur menyuruhku pergi sambil membawa lentera. Aku pergi ke Gerbang, Barat, lalu kembali ke arah Gerbang Selatan. Persis dekat rumah Bill Ferny, rasanya aku melihat sesuatu di Jalan Timur. Aku tak bisa memastikannya, tapi kelihatannya ada dua laki-laki sedang membungkuk di atas sesuatu, dan mengangkatnya. Aku berteriak, tapi ketika aku sampai di tempat itu, mereka sudah tak terlihat, dan hanya ada Mr. Brandybuck tengkurap di pinggir jalan. Dia seperti sedang tidur. 'Aku mengira aku jatuh ke dalam air dalam,' katanya padaku, ketika aku menggoyang-goyangkannya. Sikapnya aneh sekali, dan begitu aku membangunkannya, dia bangkit dan lari kembali ke sini seperti kelinci."
"Itu benar," kata Merry, "meski aku tidak tahu apa yang kukatakan tadi. Aku bermimpi jelek sekali, dan tak bisa kuingat lagi. Aku hancur berantakan. Aku tidak tahu apa yang terjadi denganku."
"Aku tahu," kata Strider. "Napas Hitam. Para Penunggang itu pasti meninggalkan kuda mereka di luar, dan masuk diam-diam melalui Gerbang Selatan. Mereka semua sekarang sudah tahu beritanya, karena mereka mengunjungi Bill Ferny; dan mungkin pendatang dari Selatan itu juga mata-mata. Mungkin akan terjadi sesuatu malam ini, sebelum kita meninggalkan Bree."
"Apa yang akan terjadi?" kata Merry. "Apa mereka akan menyerang penginapan ini?"
"Tidak, kurasa tidak," kata Strider. "Mereka belum semuanya terkumpul di sini. Dan bagaimanapun, itu bukan cara mereka. Dalam kegelapan dan kesepian, mereka paling kuat; mereka tidak akan secara terbuka menyerang rumah di mana ada lampu dan banyak orang-kecuali mereka sudah nekat, dan mereka juga tidak akan menyerang selama jarak bermil-mil ke Eriador masih terbentang di depan kita. Tapi mereka bisa menebar teror, dan beberapa orang di Bree sudah berada dalam cengkeraman mereka. Mereka akan mendorong orang-orang malang itu untuk melakukan kejahatan: Ferny, dan beberapa orang asing, dan mungkin penjaga gerbang juga. Mereka berbicara dengan Harry di Gerbang Barat kemarin. Aku memperhatikan mereka. Harry pucat pasi dan gemetaran setelah mereka pergi."
"Rupanya banyak musuh di sekitar kita," kata Frodo. "Apa yang harus kita lakukan?"
"Tetaplah di sini, dan jangan masuk ke kamar-kamar kalian' Mereka pasti sudah tahu yang mana kamar kalian. Kamar-kamar hobbit mempunyai jendela menghadap ke utara, dan dekat ke tanah. Kita semua akan berkumpul bersama, memalangi pintu dan jendela. Tapi Nob dan aku akan mengambil barang-barang kalian dulu."
Sementara Strider pergi, Frodo menceritakan dengan cepat pada Merry semua yang sudah terjadi setelah makan malam. Merry masih membaca dan merenungi surat Gandalf ketika Strider dan Nob kembali.
"Nah, Tuan-Tuan," kata Nob, "aku sudah memberantakkan seprai-seprai dan memasang guling di tengah setiap tempat tidur. Dan aku membuat tiruan bagus kepala Anda dengan keset wol cokelat, Mr. Bag... Underhill, Sir," tambahnya sambil nyengir.
Pippin tertawa. "Bagus sekali!" katanya. "Tapi apa yang akan terjadi kalau mereka sudah membuka kedok penyamaran itu?"
"Kita lihat saja nanti," kata Strider. "Moga-moga saja kita bisa mempertahankan kubu ini sampai besok pagi."
"Selamat malam semuanya," kata Nob, lalu pergi untuk turut berjaga mengawasi pintu-pintu.
Mereka menumpuk ransel-ransel dan perlengkapan di lantai ruang duduk. Sebuah kursi diletakkan di belakang pintu, dan jendela ditutup. Ketika Pippin mengintip keluar, ia melihat malam masih sangat terang. Rasi bintang Beruang Besar masih mengayun cerah di atas pundak bukit Bree. Lalu Pippin menutup dan memalang kerai-kerai jendela sebelah dalam yang berat, dan menutup tirai-tirainya. Strider membesarkan api dan meniup mati semua lilin.
Para hobbit berbaring di selimut mereka, dengan kaki menghadap perapian, tapi Strider duduk di kursi di belakang pintu. Mereka berbicara sebentar, karena Merry masih punya beberapa pertanyaan.
"Sapi loncat lewat Bulan!" Merry terkikik sambil menggulung diri ke dalam selimut. "Konyol sekali kau, Frodo! Sayang aku tadi tidak ada di sana. Orang-orang Bree pasti akan membahas kekonyolanmu sampai seratus tahun dari sekarang."
"Kuharap begitu," kata Strider. Lalu mereka semua terdiam, dan satu demi satu para hobbit tertidur.
1 komentar:
Please let me know if you're looking for a writer for your blog. You have some really good articles and I believe I would be a good asset. If you ever want to take some of the load off, I'd really like to
write some content for your blog in exchange
for a link back to mine. Please send me an email if interested.
Cheers!
Here is my webpage - play free casino games online
Posting Komentar