Sumbangan / Donate

Donate (Libery Reserve)


U5041526

Kamis, 14 Oktober 2010

Bab 9

DI BAWAH PAPAN NAMA KUDA MENARI

Bree merupakan desa utama di Bree-land, suatu wilayah kecil berpenduduk, seperti sebuah pulau di tengah tanah-tanah kosong di sekelilingnya. Selain Bree, ada Staddle di sisi lain bukit, Combe di lembah dalam sedikit lebih ke timur, dan Archet di pinggir hutan Chetwood. Di sekitar Bree-hill dan desa-desanya terletak wilayah kecil yang terdiri atas padang rumput dan hutan jinak yang hanya beberapa mil luasnya.
Orang-orang Bree berambut cokelat, berbadan lebar dan agak pendek, periang dan sangat bebas: mereka bangsa merdeka, tapi mereka lebih akrab dengan kaum hobbit, Kurcaci, Peri, dan penduduk lain di dunia sekitar mereka daripada Makhluk-Makhluk Besar lain. Menurut dongeng mereka sendiri, mereka penduduk asli dan keturunan Manusia pertama yang pernah mengembara ke bagian Barat Dunia Tengah. Hanya sedikit yang bertahan dalam huru-hara di Zaman Peri; tapi ketika para Raja kembali lagi melalui Laut Besar, mereka menemukan orang-orang Bree masih di sana, dan sekarang pun mereka masih di sana, ketika ingatan kepada Raja-Raja lama sudah memudar ke dalam rumput.
Pada masa itu belum ada Manusia lain yang mendirikan hunian begitu jauh ke barat, atau dalam jarak seratus mil dari Shire. Tapi di negeri liar di luar Bree banyak pengembara misterius. Bangsa Bree menamai mereka para Penjaga Hutan, dan tidak tahu-menahu tentang asal-usul mereka. Mereka lebih tinggi dan lebih gelap daripada Orang-Orang Bree, dan diyakini memiliki kekuatan-kekuatan pendengaran dan penglihatan yang aneh, serta bisa. mengerti bahasa hewan dan burung. Mereka mengembara ke selatan sesukanya, dan ke timur bahkan sampai sejauh Pegunungan Berkabut; tapi sekarang jumlah mereka hanya sedikit dan jarang terlihat. Bila muncul, mereka membawa berita dan jauh, dan menceritakan dongeng-dongeng aneh yang terlupakan, yang sangat disukai orang-orang; tapi bangsa Bree tidak bersahabat dengan mereka.
Banyak juga keluarga hobbit di Bree-land, dan mereka bersikeras bahwa desa mereka adalah perkampungan hobbit tertua di dunia, yang sudah lama didirikan jauh sebelum Brandywine diseberangi dan Shire dihuni. Mereka kebanyakan tinggal di Staddle, meski ada beberapa yang tinggal di Bree, terutama di lereng-lereng bukit yang lebih tinggi, di alas perumahan Manusia. Bangsa Besar dan Bangsa Kecil (sebagaimana mereka saling menyebut) berhubungan baik, mengurusi masalah mereka sendiri dengan cara mereka sendiri, tapi keduanya menganggap diri mereka sebagai bagian yang perlu dari bangsa Bree. Tidak ada tempat lain di dunia di mana aturan ganjil (tetapi bagus) ini bisa ditemukan.
Bangsa Bree sendiri, Besar dan Kecil, tidak banyak bepergian; dan urusan keempat desa itu menjadi perhatian utama mereka. Kadang-kadang para hobbit dari Bree pergi sampai sejauh Buckland, atau Wilayah Timur, tapi, meski negeri kecil mereka tidak lebih jauh daripada sehari perjalanan naik kuda ke arah timur Jembatan Brandywine, para hobbit dari Shire sekarang jarang mengunjunginya. Sesekali seorang Keluarga Buckland atau Took yang gemar bertualang akan datang ke Kuda Menari untuk semalam dua malam, tapi itu pun sudah semakin jarang. Hobbit dari Shire menyebut hobbit dari Bree, dan yang lain yang tinggal di luar perbatasan, sebagai Orang Luar, dan sangat tidak tertarik pada mereka, menganggap mereka membosankan dan tak tahu adat. Mungkin lebih banyak lagi Orang Luar yang tersebar di bagian Barat Dunia di masa itu, daripada yang dibayangkan orang-orang dari Shire. Beberapa bisa dikatakan tidak lebih baik daripada gelandangan, siap menggali lubang di tebing mana saja dan tinggal selama mereka mau. Tapi setidaknya hobbit di Bree-land adalah golongan beradab dan kaya, dan tidak lebih kasar daripada kebanyakan saudara °mereka di Dalam Shire. Mereka belum lupa bahwa pernah ada masa ketika para hobbit Shire dan Bree saling bolak-balik mengunjungi. Dalam keluarga Brandybuck setidaknya mengalir darah Bree.

Desa Bree mempunyai beberapa ratus rumah batu milik Makhluk-Makhluk Besar, kebanyakan di atas Jalan Timur, bersandar pada lereng bukit dengan jendela-jendela menghadap ke barat. Pada sisi itu, menjulur lebih dari setengah lingkaran dari bukit dan melingkar kembali kepadanya, ada sebuah tanggul dalam dengan pagar tebal di sebelah dalam. Jalan Timur melintas di atasnya dengan jalan lintas atas; tapi di bagian yang menembus pagar, jalan itu tertutup sebuah gerbang besar. Ada gerbang lain di sudut sebelah selatan, di tempat Jalan Timur mengarah ke luar desa. Gerbang-gerbang itu ditutup pada malam hari, tapi persis di dalamnya ada pondok-pondok kecil untuk para penjaga gerbang.
Di pinggir Jalan Timur, di bagian yang membelok ke kanan untuk mengitari bukit, ada sebuah penginapan besar. Penginapan itu dibangun lama berselang, ketika lalu lintas di jalan-jalan jauh lebih ramai. Bree berdiri di suatu pertemuan jalan-jalan lama; ada jalan kuno lain yang memotong Jalan Timur, persis di luar tanggul di ujung barat desa, dan di masa lalu Manusia dan berbagai bangsa lain banyak bepergian melewatinya. Ungkapan "Aneh seperti kabar dari Bree" masih digunakan di Wilayah Timur, berasal dari masa-masa itu, ketika kabar dari Utara, Selatan, dan Barat bisa didengar di penginapan tersebut, dan ketika para hobbit Shire lebih sering pergi untuk mendengarnya. Tapi Negeri-Negeri Utara sudah lama kosong, dan Jalan Utara jarang digunakan sekarang; jalan itu dipenuhi rumput dan bangsa Bree menyebutnya Greenway, Jalan Hijau.
Namun begitu, penginapan tersebut masih ada di sana, dan pemiliknya adalah orang pouting. Rumahnya menjadi tempat pertemuan para penganggur, mereka yang senang mengobrol, dan yang suka ingin tahu di antara penduduk besar dan kecil dari keempat desa; penginapan itu juga menjadi tempat menginap bagi Penjaga-Penjaga Hutan dan pengembara lain, serta para pelancong (kebanyakan kurcaci) yang masih bepergian melewati Jalan Timur, ke dan dari Pegunungan.

Sudah gelap, bintang-bintang putih bersinar ketika Frodo dan rombongannya akhirnya tiba di persimpangan Greenway dan mendekati desa. Mereka sampai di Gerbang Barat dan melihat gerbangnya sudah tertutup, tapi pada pintu pondok sebelah dalam, seorang laki-laki tampak sedang duduk. Ia melompat mengambil lentera, dan memandang mereka dengan tercengang dari atas gerbang.
"Mau apa dan dari mana kalian?" ia bertanya kasar.
"Kami mau ke penginapan di sini," jawab Frodo. "Kami sedang melancong ke timur dan tidak bisa meneruskan perjalanan malam
"Hobbit! Empat hobbit! Dari Shire, kalau mendengar cara mereka berbicara," kata penjaga gerbang itu pelan, seolah pada dirinya sendiri. Ia menatap curiga ke arah mereka untuk beberapa saat, lalu dengan perlahan membuka gerbang dan membiarkan mereka lewat.
"Kami tidak sering melihat bangsa Shire di Jalan Timur pada malam hari," lanjutnya, saat mereka berhenti sebentar di dekat pintunya. "Maaf kalau aku bertanya-tanya urusan apa yang membawa kalian pergi ke timur Bree! Siapa nama Anda sekalian, kalau aku boleh tanya?"
"Nama dan urusan kami adalah milik kami, dan tampaknya ini bukan tempat yang tepat untuk membahasnya," kata Frodo, yang tidak menyukai penampilan maupun nada suara laki-laki itu.
"Memang urusan Anda adalah urusan Anda sendiri," kata pria itu, "tapi aku berhak mengajukan pertanyaan setelah malam tiba."
"Kami hobbit dari Buckland, kami ingin melancong dan tinggal di penginapan di sini," tambah Merry. "Aku Mr. Brandybuck. Sudah cukup? Bangsa Bree biasanya ramah pada para pelancong, atau setidaknya begitulah yang kudengar."
"Baiklah, baiklah!" kata pria itu. "Aku tidak mau menyinggung perasaan. Tapi akan kalian lihat nanti, lebih banyak orang daripada Harry di gerbang yang akan menanyakan ini-itu pada kalian. Banyak orang aneh di sekitar sini. Kalau kalian pergi ke penginapan itu, kalian akan lihat bahwa bukan kalian saja tamu di sana."
Ia mengucapkan selamat malam, dan mereka tidak berbicara lagi; dalam cahaya lentera, Frodo melihat pria itu masih memandang mereka dengan penuh rasa ingin tahu. Frodo senang mendengar gerbang tertutup di belakang mereka, ketika mereka melangkah maju. Ia bertanya dalam hati, mengapa pria itu begitu curiga, dan apakah sudah ada orang yang menanyakan kabar tentang rombongan hobbit. Gandalf barangkali? Mungkin ia sudah sampai, sementara mereka tertahan di Forest dan di Downs. Tapi ada sesuatu dalam tatapan dan suara penjaga gerbang itu yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Pria itu masih terus menatap para hobbit untuk beberapa saat, lalu kembali ke rumahnya. Begitu ia membalikkan badan, sebuah sosok gelap memanjat cepat melewati gerbang, dan berbaur dalam keremangan di jalan desa.

Keempat hobbit itu mendaki suatu lereng landai, melewati beberapa rumah lepas, dan berhenti di luar penginapan. Rumah-rumah kelihatan besar dan aneh bagi mereka. Sam menatap bangunan penginapan yang terdiri alas tiga tingkat, dengan banyak jendela, dan merasa semangatnya merosot. Ia sudah membayangkan akan bertemu raksasa yang lebih besar daripada pohon, dan makhluk-makhluk lain yang lebih mengerikan, dalam perjalanannya; tapi saat pertama kali melihat Manusia dan rumah mereka yang tinggi sudah lebih dari cukup baginya, bahkan terlalu berlebihan sebagai akhir yang gelap dari hari yang melelahkan ini. Ia membayangkan kuda-kuda hitam berdiri siap dalam bayangan di halaman penginapan, dan para Penunggang Hitam mengintip dari jendela-jendela gelap di atas.
"Kita toh tidak akan tinggal di sini malam ini, Sir?" serunya. "Kalau ada bangsa hobbit yang tinggal di sini, mengapa kita tidak mencari mereka yang mau membiarkan kita menginap di rumahnya? Itu akan lebih terasa seperti di rumah."
"Apa yang salah dengan penginapan ini?" kata Frodo. "Tom Bombadil menyarankannya. Kupikir kita akan cukup merasa seperti rumah di dalamnya."
Bahkan dari luar penginapan itu kelihatan seperti rumah nyaman bagi mata yang sudah terbiasa. Bagian depannya menghadap ke Jalan Timur, dan dua sayapnya memanjang ke belakang, pada tanah yang sebagian dipotong dari lereng-lereng bukit yang lebih rendah, sehingga di bagian belakangnya jendela-jendela lantai kedua berada satu level dengan permukaan tanah. Ada lengkungan lebar yang menuntun ke pelataran di antara kedua sayap bangunan itu, dan di sebelah kiri, di bawah lengkungan, ada ambang pintu besar dengan beberapa anak tangga lebar. Pintunya terbuka dan cahaya mengalir keluar dari sana. Di atas lengkungan ada lampu, dan di bawahnya tergantung sebuah papan nama besar: seekor kuda putih gemuk berdiri pada kaki belakangnya. Di atas pintu terpampang tulisan dengan cat putih: KUDA MENARI oleh BARLIMAN BUTTERBUR. Banyak jendela di bawah memperlihatkan cahaya di balik tirai-tirai tebal.
Saat mereka berdiri bimbang dalam kegelapan di luar, seseorang mulai menyanyikan lagu gembira di dalam, dan banyak suara riang bergabung nyaring dalam paduan suara. Sejenak mereka mendengarkan suara yang membangkitkan 'semangat itu, lalu turun dari kuda-kuda. Lagu itu berakhir, terdengar ledakan tawa dan tepukan tangan.
Mereka menuntun kuda-kuda ke bawah lengkungan, dan meninggalkan hewan-hewan itu berdiri sementara mereka menaiki tangga. Frodo maju dan hampir bertabrakan dengan seorang laki-laki gemuk pendek berkepala botak dan berwajah merah. Ia memakai celemek putih, dan sibuk keluar satu pintu dan masuk pintu yang lain, sambil membawa baki penuh mug.
"Bisakah kami...," Frodo memulai.
"Setengah menit!" teriak laki-laki itu sambil menoleh, lalu menghilang ke dalam hiruk-pikuk suara dan kepulan asap. Sejenak kemudian ia sudah keluar lagi, menyeka tangan pada celemeknya.
"Selamat sore, tuan kecil!" katanya sambil membungkuk. "Apa yang kalian perlukan?"
"Tempat tidur untuk empat orang, dan kandang untuk lima kuda, kalau bisa diatur. Apakah Anda Mr. Butterbur?"
"Betul! Barliman namaku. Barliman Butterbur siap melayani Anda! Kalian dari Shire bukan?" katanya, lalu tiba-tiba ia menepukkan tangannya ke dahi, seolah mencoba mengingat sesuatu. "Hobbit!" serunya. "Wah, mengingatkan aku pada apa, ya? Bolehkah aku tahu nama kalian, Sir?"
"Mr. Took dan Mr. Brandybuck," kata Frodo, "dan ini Sam Gamgee. Namaku Underhill."
"Aah!" kata Mr. Butterbur, menceklikkan jarinya. "Sudah hilang lagi! Tapi nanti pasti ingat lagi, kalau aku punya waktu untuk berpikir. Aku terlalu sibuk; tapi akan kulihat apa yang bisa kulakukan untuk kalian. Tidak sering kami menerima kedatangan rombongan dari Shire akhir-akhir ini, dan aku akan menyesal kalau tidak bisa menyambut kalian. Tapi sudah banyak tamu di penginapan malam ini, padahal ini sudah cukup lama tidak terjadi. Tidak pernah hujan, tapi begitu turun, deras sekali, begitulah kata orang Bree.
"Hei! Nob!" teriaknya. "Di mana kau, kaki lembek melempem? Nob!"
"Datang, Sir! Aku datang!" Seorang hobbit bertampang riang melompat dari sebuah pintu, dan ketika melihat para pelancong itu, ia berhenti kaget dan menatap mereka dengan penuh minat.
"Di mana Bob?" tanya pemilik penginapan. "Kau tidak tahu? Well, carilah dia! Cepat! Aku tidak punya enam kaki dan enam mata! Katakan pada Bob, ada lima kuda yang perlu dimasukkan ke kandang. Pokoknya dia harus menyediakan tempat." Nob berlari keluar sambil nyengir dan mengedipkan mata.
"Nah, tadi aku mau bilang apa, ya?" kata Mr. Butterbur, sambil mengetuk dahinya. "Berbagai hal datang silih berganti, begitulah. Aku sibuk sekali malam ini, sampai kepalaku pusing. Ada rombongan yang datang lewat Greenway dari Selatan tadi malam-itu saja sudah cukup aneh. Lalu ada rombongan kurcaci yang akan pergi ke Barat, datang sore tadi. Dan sekarang ada kalian. Seandainya kalian bukan hobbit, belum tentu aku bisa menyediakan tempat untuk kalian. Tapi kami punya satu-dua kamar di sayap utara, yang dibuat khusus untuk hobbit ketika tempat ini dibangun. Di lantai bawah, seperti kesukaan mereka; berikut jendela-jendela bundar dan sebagainya. Kuharap kalian merasa nyaman. Pasti kalian ingin makan malam. Akan segera dihidangkan. Lewat sini!"
Ia membimbing mereka melewati selasar, dan membuka sebuah pintu. "Di sini ada ruang duduk kecil yang nyaman!" katanya. "Kuharap cocok. Sekarang aku permisi. Aku sibuk sekali. Tidak ada waktu untuk mengobrol. Aku harus lari lagi. Berat kalau cuma punya dua kaki, tapi aku tidak kurus-kurus juga. Aku akan menengok kalian lagi nanti. Kalau kalian butuh sesuatu, bunyikan bel, dan Nob akan datang. Kalau dia tidak datang, bunyikan bel dan teriaklah!"
Akhirnya ia keluar, meninggalkan mereka dengan perasaan agak terengah-engah. Mr. Butterbur tampaknya mampu berbicara tanpa henti, betapapun sibuknya dia. Mereka berada dalam ruangan kecil dan nyaman. Ada api kecil menyala terang di perapian, di depannya ada beberapa kursi rendah dan nyaman. Ada meja bundar yang sudah diberi taplak putih, dan di atasnya ada bel-tangan besar. Tapi sebelum mereka sempat membunyikan bel, Nob, si hobbit pelayan, sudah masuk membawa lilin dan baki penuh piring.
"Apakah Anda ingin minum sesuatu, Tuan-Tuan?" tanyanya. "Dan bolehkah aku menunjukkan kamar tidur Anda, sementara makan malam disiapkan?"
Mereka sudah mandi dan sedang minum bir enak dalam mug besar ketika Mr. Butterbur dan Nob masuk lagi. Dalam sekejap meja ditata. Ada sup panas, daging dingin, kue tar blackberry, roti baru, lempengan mentega, dan separuh keju matang: makanan sederhana yang enak, seenak yang ada di Shire, dan cukup terasa seperti di rumah sendiri, hingga bisa menghilangkan perasaan waswas Sam (yang sudah agak lega karena kelezatan bir yang diminumnya).
Pemilik penginapan berlama-lama sedikit, lalu bersiap meninggalkan mereka. "Aku tidak tahu apakah kalian mau bergabung dengan rombongan lain, kalau kalian sudah selesai makan malam," ia berkata sambil berdiri di pintu. "Mungkin kalian, memilih tidur. Tapi para tamu lain akan senang menyambut kalian, kalau kalian bersedia. Kami tidak sering menerima Orang Luar-pelancong dari Shire, maksudku, maaf-dan kami ingin mendengar berita, atau cerita, atau lag" yang kalian suka. Tapi terserah kalian! Bunyikan bel, kalau butuh sesuatu !"
Mereka merasa sangat segar dan bersemangat pada akhir makan malam (selama tiga perempat jam makan terus tanpa terganggu obrolan yang tidak perlu), sampai-sampai Frodo, Pippin, dan Sam memutuskan bergabung dengan rombongan lainnya. Merry enggan ikut serta, terlalu ramai, katanya. "Aku mau duduk sejenak dekat perapian, dan mungkin nanti keluar sebentar untuk menghirup hawa segar. Ingat, bicara yang sopan, dan jangan lupa... kita sedang melarikan diri secara rahasia, dan masih berada di jalan utama, belum jauh dari Shire!"
"Baiklah!" kata Pippin. "Jaga dirimu sendiri! Jangan sampai tersesat, dan jangan lupa bahwa di dalam lebih aman!"

Rombongan lainnya berada di ruang besar penginapan tersebut. Kumpulan berbagai macam orang, seperti yang dilihat Frodo ketika matanya sudah terbiasa dengan cahaya. Cahaya itu terutama datang dari kobaran nyala api unggun, karena ketiga lampu yang tergantung di balok langit-langit hanya mengeluarkan cahaya suram dan setengah terselubung asap. Barliman Butterbur sedang berdiri dekat api, berbicara dengan beberapa kurcaci dan satu-dua orang yang kelihatan aneh. Di bangku-bangku duduk berbagai macam orang: Orang-Orang Bree, sekumpulan hobbit setempat (duduk mengobrol bersama), beberapa kurcaci lagi, dan sosok-sosok lain yang samar-samar serta sulit dikenali dalam keremangan, dan di sudut-sudut.
Begitu para hobbit masuk, Orang-Orang Bree serempak menyapa mereka. Orang-orang asing, terutama yang datang melalui Greenway, memandang mereka dengan rasa ingin tahu. Pemilik penginapan memperkenalkan mereka pada orang-orang Bree, menyebutkan nama-nama dengan begitu cepat, sampai-sampai mereka tidak tahu siapa si pemilik nama itu. Orang-Orang Bree tampaknya mempunyai nama-nama mirip nama tanaman (dan bagi orang Shire terasa aneh), seperti misalnya Rushlight, Goatleaf, Heathertoes, Appledore, Thistlewool, dan Ferny (termasuk juga Butterbur). Beberapa kaum hobbit mempunyai nama sama. Nama Mugwort, misalnya, tak terhitung banyaknya. Tapi kebanyakan mereka mempunyai nama wajar, seperti Banks, Brockhouse, Longhole, Sandheaver, dan Tunnelly, yang juga banyak digunakan di Shire. Ada beberapa Underhill dari Staddle, dan berhubung merasa mempunyai nama belakang yang sama, mereka menyambut Frodo seperti sepupu yang sudah lama hilang.
Hobbit-hobbit Bree ternyata ramah dan penuh rasa ingin tahu, dan Frodo segera menyadari bahwa mau tak mau ia mesti memberikan sedikit penjelasan tentang dirinya. Ia mengaku tertarik pada sejarah dan ilmu bumi (para pendengarnya geleng-geleng kepala, meski kedua kata itu jarang digunakan dalam logat Bree). Ia mengatakan berniat menulis buku (yang membuat orang-orang terdiam heran), dan bahwa ia dan kawan-kawannya ingin mengumpulkan keterangan tentang hobbit-hobbit yang tinggal di luar Shire, terutama di negeri-negeri timur.
Mendengar itu, orang-orang langsung berbicara serempak. Kalau Frodo benar-benar ingin menulis buku, dan mempunyai banyak telinga, ia pasti bisa mendapat bahan tulisan untuk sekian bab, dalam beberapa menit saja. Dan seakan-akan itu belum cukup, ia diberi daftar nama lengkap, diawali dengan "Barliman tua ini", pada siapa ia bisa me- minta keterangan lebih lanjut. Tapi, setelah beberapa saat, karena Frodo tidak menunjukkan tanda-tanda akan langsung menulis buku di situ, para hobbit kembali pada pertanyaan mereka tentang peristiwa-peristiwa di Shire. Ternyata Frodo tidak begitu komunikatif, dan tak lama kemudian ia cuma duduk sendirian di pojok, mendengarkan dan melihat-lihat sekelilingnya.
Manusia-Manusia dan para Kurcaci kebanyakan membicarakan peristiwa-peristiwa di tempat jauh dan memberitakan jenis-jenis kabar yang sekarang sudah sangat dikenal. Ada kesulitan di Selatan, dan tampaknya Manusia-Manusia yang datang lewat Greenway hendak pindah tempat tinggal, mencari wilayah yang bisa menawarkan hidup tenteram. Bangsa Bree menaruh simpati, tapi jelas tidak siap untuk menerima sejumlah besar orang asing di negeri mereka yang kecil Salah seorang pelancong, bermata juling dan tidak ramah, meramalkan bahwa semakin banyak orang akan datang ke utara dalam waktu dekat. "Kalau tidak disediakan tempat untuk mereka, mereka akan mencarinya sendiri. Mereka punya hak untuk hidup, sama seperti orang lain," katanya nyaring. Penduduk setempat kelihatan tak senang mendengar ramalan itu.
Para hobbit tidak begitu menghiraukan semua itu, dan saat ini segala berita tersebut kelihatannya tidak begitu berhubungan dengan kaum hobbit. Makhluk-Makhluk Besar tak mungkin memohon ikut tinggal dalam lubang hobbit. Mereka lebih tertarik pada Pippin dan Sam, yang sekarang sudah mulai merasa betah, dan bercakap-cakap riang tentang kejadian-kejadian di Shire. Pippin menimbulkan tawa cukup ramai dengan menceritakan keruntuhan atap Town Hole di Michel Delving: Will Whitfoot, sang Wali Kota, dan hobbit paling gemuk di Wilayah Barat, terkubur dalam kapur, dan keluar dengan tampang seperti kue bola berlapis tepung. Tapi ada beberapa pertanyaan yang membuat Frodo merasa tidak nyaman. Salah satu orang Bree, yang tampaknya sudah beberapa kali mengunjungi Shire, ingin tahu di mana keluarga Underhill tinggal, dan dengan siapa mereka bertalian keluarga.
Tiba-tiba Frodo memperhatikan ada seorang pria berpenampilan asing, dengan wajah keras dimakan cuaca, sedang duduk di tempat gelap dekat dinding; orang itu juga mendengarkan omongan kaum hobbit dengan penuh perhatian. Sebuah cangkir logam ada di depannya, dan ia mengisap sebatang pipa bertangkai panjang dengan ukiran aneh. Kakinya dijulurkan ke depan, menunjukkan sepatu bot dari kulit lentur yang pas sekali, tapi tampaknya sudah sering dipakai dan sekarang dikotori lumpur kering. Mantel dari kain hijau tua, yang sudah usang karena perjalanan, menutup rapat tubuhnya, dan meski ruangan itu panas, ia memakai kerudung menutupi wajahnya; tapi kilatan matanya terlihat ketika ia memperhatikan para hobbit.
"Siapa itu?" tanya Frodo, ketika mendapat kesempatan untuk berbisik pada Mr. Butterbur. "Rasanya Anda belum memperkenalkan dia."
"Dia?" si pemilik penginapan menjawab dengan berbisik juga, melirik tanpa menolehkan kepala. "Aku tidak begitu tahu. Dia salah satu dari bangsa pengembara-para Penjaga Hutan, kami menyebut mereka. Dia jarang berbicara, tapi dia bisa menceritakan. kisah langka kalau mau. Dia suka menghilang selama sebulan, atau setahun, lalu muncul lagi. Musim semi lalu dia sering keluar-masuk; tapi akhir-akhir ini aku belum melihatnya. Siapa namanya, aku belum pernah dengar, tapi di sekitar sini dia dikenal sebagai Strider. Berjalan kaki ke sana kemari cepat sekali, dan tak pernah cerita pada siapa pun, apa alasannya dia terburu-buru. Tapi Timur dan Barat memang tak bisa diuraikan, begitulah kata orang di Bree-maksudnya kaum Penjaga Hutan dan orang-orang dari Shire, maaf. Lucu bahwa Anda menanyakan tentang dia." Tapi tepat pada saat itu Mr. Butterbur dipanggil karena ada permintaan bir lebih banyak lagi, jadi ia tak sempat menjelaskan komentarnya yang terakhir.
Frodo sekarang melihat Strider sedang memandangnya, seolah ia telah mendengar atau menduga semua yang dibicarakan. Tak lama kemudian, dengan lambaian tangan dan anggukan, Strider mengundang Frodo untuk mendekat dan duduk bersamanya. Saat Frodo mendekat, Strider membuka kerudungnya. Maka tersingkaplah kepala berambut panjang gelap bebercak kelabu, dan sepasang mata kelabu tajam dalam wajah pucat dan kaku.
"Orang-orang memanggilku Strider," katanya dengan suara rendah. "Aku sangat senang bertemu denganmu, Master... Underhill, kalau Butterbur tua mendengar namamu dengan benar."
"Memang benar," kata Frodo kaku. Ia merasa jauh dari nyaman di bawah tatapan mata tajam itu.
"Nah, Master Underhill," kata Strider, "kalau aku jadi kau, aku akan menghentikan kawan-kawanmu yang muda berbicara terlalu banyak Minum, perapian, dan pertemuan kebetulan sangat menyenangkan, tapi, well... di sini bukan Shire. Banyak orang aneh berkeliaran. Meski kubilang jangan, kau boleh memikirkannya," tambahnya dengan senyum sedih, melihat lirikan Frodo. "Dan bahkan ada pelancong yang lebih aneh lagi melewati Bree akhir-akhir ini," lanjutnya sambil memperhatikan wajah Frodo.
Frodo membalas tatapannya, tapi tidak mengatakan apa pun. Strider tidak memberi isyarat lagi. Perhatiannya tiba-tiba tertuju pada Pippin. Dengan tercengang Frodo menyadari bahwa si Took muda yang konyol itu rupanya semakin bersemangat karena keberhasilannya dengan kisah Wall Kota Michel Delving yang gemuk, dan sekarang ia malah menyajikan uraian jenaka tentang pesta perpisahan Bilbo. Ia sudah mulai meniru pidato Bilbo, dan hampir mendekati bagian tentang lenyapnya Bilbo secara misterius.
Frodo jengkel. Kisah itu tidak begitu berbahaya bagi kebanyakan hobbit setempat: hanya sebuah kisah jenaka tentang orang-orang lucu di seberang Sungai; tapi beberapa orang (Butterbur tua misalnya) tahu satu-dua hal, dan mungkin sudah lama mendengar desas-desus tentang hilangnya Bilbo. Itu akan memunculkan nama Baggins dalam pikiran mereka, terutama kalau sudah ada pertanyaan tentang nama itu di Bree.
Frodo gelisah, bertanya-tanya dalam hati, apa yang harus ia lakukan. Pippin rupanya sangat menikmati perhatian yang diperolehnya, dan mulai lupa bahaya yang mengancam mereka. Frodo takut Pippin akan menyebut-nyebut Cincin itu; kalau itu terjadi, berbahaya sekali.
"Sebaiknya kau segera bertindak!" bisik Strider di telinganya.
Frodo melompat ke atas meja, dan mulai berbicara. Perhatian penonton Pippin teralihkan. Beberapa hobbit memandang Frodo, lalu tertawa dan bertepuk tangan, karena mengira Mr. Underhill sudah mabuk kebanyakan minum bir.
Frodo mendadak merasa bodoh sekali, dan menyadari dirinya (seperti kebiasaannya kalau sedang berpidato) meraba-raba benda-benda di sakunya. Ia meraba Cincin pada rantainya, dan tanpa bisa dijelaskan, muncul hasrat untuk mengenakannya dan menghilang dari keadaan sulit itu. Hasrat itu seolah datang dari luar dirinya, dari seseorang atau sesuatu di dalam ruangan itu. Dengan tegas ia menahan godaan tersebut, dan memegang Cincin di tangannya, seolah mencengkeramnya, mencegahnya lari atau berbuat nakal. Tapi hal itu tidak memberinya ilham. Ia mengucapkan beberapa "kata-kata pantas", seperti biasa dilakukan di Shire: kami semua sangat bersyukur dengan keramahan penyambutan Anda sekalian, dan aku memberanikan diri berharap bahwa kunjungan singkat ini akan membantu memperbaharui tali persahabatan lama antara Shire dan Bree; lalu ia berhenti dan batuk-batuk.
Semua di ruangan itu sekarang memandangnya. "Nyanyi!" teriak salah seorang hobbit. "Nyanyi! Nyanyi!" teriak semua yang lain, "Ayo, Master, nyanyikan sesuatu untuk kami, yang belum pernah kami dengar!"
Untuk beberapa saat Frodo berdiri melongo. Lalu dengan nekat ia mulai menyanyikan sebuah lagu konyol yang dulu disukai Bilbo (dan bahkan dibanggakannya karena ia sendiri yang mengarang kata-katanya). Lagu itu tentang sebuah penginapan, dan mungkin karena itulah ia terlintas dalam benak Frodo saat itu. Berikut ini sajaknya yang lengkap. Sekarang hanya beberapa kata yang diingat, biasanya.

Ada sebuah penginapan, penginapan tua ceria
di bawah bukit tua kelabu letaknya,
Bir buatan mereka begitu cokelat
Sampai Manusia Bulan sendiri turun melihat
Suatu malam untuk minum sepuasnya.

Pengasuh kuda punya kucing mabuk
yang sangat mahir main biola;
Gesek ke atas, gesek ke bawah,
Kadang melengking tinggi, kadang mendengkur rendah,
meliak-liuk dengan nada ceria.

Pemilik penginapan punya anjing kecil
yang suka sekali mendengar kelakar;
Kalau tetamu sedang bercanda, Dia ikut memasang telinga
dan tertawa sampai tergetar-getar

Sapi bertanduk pun mereka punya
angkuhnya bukan kepalang;
Mendengar musik membuatnya bergoyang,
Melambaikan ekornya dengan girang
Dia berdansa di rumput sampai siang.

Dan lihatlah barisan piring perak
deretan sendok perak serta garpu!
Untuk hari Minggu ada sepasang khusus, Yang digosok hati-hati agar tampak mulus
pada siang-siang hari Sabtu.

Manusia Bulan minum banyak,
si kucing pun melolong tak terkira;
Piring-sendok di meja berdansa,
Sapi di kebun berjingkrak jingkrak gila,
dan anjing kecil mengejar ekornya.

Manusia Bulan mengambil mug lain
lalu berguling ke bawah kursi;
Dia tidur nyenyak dan bermimpi,
Sampai bintang-bintang tak bersinar lagi,
dan datanglah fajar pagi.

Kata pengasuh kuda pada kucing mabuk:
"Kuda-kuda putih dari Bulan,
Mereka meringkik mengentakkan kaki;
Tapi titan mereka sudah asyik bermimpi,
sementara malam terus berjalan!"

Maka kucing memainkan biola hei-tra la la,
irama cepat dan riuh setengah mati:
Mendecit nada cepat tak terperikan,
Sementara pemilik penginapan mengguncang Manusia Bulan:
katanya, "Sudah lewat jam tiga pagi!"

Manusia Bulan digulingkan ke bukit
dibungkus masuk ke dalam Bulan,
Sementara kuda-kudanya berderap di belakang,
Dan sapi melonjak-lonjak ikut datang,
piring-sendok pun muncul berlarian.

Biola berbunyi semakin cepat;
anjing mulai menggeram,
Sapi dan kuda-kuda berdiri di atas kepala;
Tamu-tamu melompat dari ranjang dengan gembira
dan berdansa riang berdentam-dentam.

Ping, pong, senar biola putus!
sapi meloncat melewati Bulan,
Si anjing kecil tertawa geli melihat kelucuan,
Piring hari Sabtu berlari lintang pukang
disusul sendok hari Minggu di belakang.

Bulan bulat berguling ke balik bukit,
memberi giliran kepada Matahari,
Dan Matahari hampir-hampir tak percaya;
Sebab meski sudah siang, betapa ajaibnya,
semua orang malah justru tidur lagi!

Tepuk tangan keras dan panjang terdengar. Suara Frodo lumayan bagus, dan lagu itu menyenangkan mereka. "Di mana si tua Barley?" seru mereka. "Dia harus dengar ini. Bob harus mengajari kucingnya main biola, lalu kita bisa berdansa." Mereka meminta lebih banyak bir, lalu mulai berteriak, "Ayo, lagi, Master! Ayolah! Sekali lagi!"
Mereka memaksa Frodo minum lagi, lalu mulai bernyanyi lagi, diikuti oleh banyak di antara mereka, karena lagu itu cukup terkenal, dan mereka cepat hafal kata-katanya. Sekarang giliran Frodo merasa puas dengan dirinya sendiri. Ia menari-nari gembira di atas meja; dan ketika untuk kedua kalinya ia sampai pada sapi meloncat melewati Bulan, ia melompat ke atas. Terlalu bersemangat, hingga ia jatuh... beng... ke atas baki penuh mug, dan tergelincir, lalu menggelinding dan meja dengan bunyi gedubrak, kelontang, dan bam! Penonton membuka mulut lebar-lebar untuk tertawa, tapi lalu diam melongo; karena si penyanyi sudah menghilang. Ia lenyap begitu saja, seolah tembus lewat lantai, tanpa meninggalkan lubang!
Hobbit-hobbit setempat memandang tercengang, lalu melompat dan berteriak memanggil Barliman. Seluruh kumpulan itu menjauhkan diri dari Pippin dan Sam, yang ditinggal berduaan di pojok, dipandangi dengan curiga dan ragu dari kejauhan. Sudah jelas sekarang, mereka dianggap pendamping seorang tukang sihir pengembara, yang punya kekuatan tak terduga dan tujuan entah apa. Tapi ada satu orang Bree kehitaman yang menatap mereka dengan ekspresi tahu dan setengah mengejek, yang membuat mereka merasa sangat tidak nyaman. Akhirnya ia menyelinap keluar dari pintu, diikuti si orang selatan yang juling: kedua orang itu sudah berbisik berdua cukup lama sepanjang sore. Harry, si penjaga gerbang, juga keluar menyusul mereka.
Frodo merasa bodoh sekali. Karena tidak tahu harus berbuat apa, ia merangkak keluar dari bawah meja-meja, ke sudut gelap dekat Strider, yang duduk tak bergerak dan tidak menunjukkan reaksi apa Pun. Frodo bersandar pada dinding dan melepaskan Cincin-nya. Bagaimana Cincin itu bisa terpasang pada jarinya, ia tidak tahu. Ia hanya bisa menduga bahwa ia meraba-raba benda itu di sakunya sementara bernyanyi, dan jarinya masuk ke Cincin itu ketika ia menjulurkan tangan untuk menghindari terjatuh. Sejenak ia bertanya dalam hati, apakah bukan Cincin itu sendiri yang mempermainkannya; mungkin ia mencoba menyingkap sesuatu, sebagai jawaban atas suatu keinginan atau perintah yang terasa di ruangan itu. Frodo tidak suka pada orang-orang yang tadi pergi keluar.
"Well?" kata Strider ketika ia muncul kembali. "Kenapa kaulakukan itu? Lebih buruk daripada celotehan kawan-kawanmu! Tindakanmu sama sekali tidak bijaksana!"
"Aku tidak mengerti maksudmu,"' kata Frodo, jengkel dan takut.
"Ah, kau tahu," jawab Strider, "tapi sebaiknya kita menunggu sampai kegemparan mereda. Lalu, Mr. Baggins, aku ingin bicara dengan tenang denganmu."
"Tentang apa?" tanya Frodo, tidak mengacuhkan sapaan Strider atas nama aslinya.
"Suatu masalah penting-bagi kita berdua," jawab Strider, sambil menatap mata Frodo lekat-lekat. "Kau mungkin akan mendengar sesuatu yang menguntungkan bagimu."
"Baiklah," kata Frodo, berusaha kelihatan acuh tak acuh. "Aku akan berbicara denganmu nanti."

Sementara itu, sebuah perdebatan berlangsung dekat perapian. Mr. Butterbur berlari masuk, dan sekarang berusaha mendengarkan beberapa uraian yang saling berlawanan tentang kejadian tersebut pada saat bersamaan.
"Aku melihatnya, Mr. Butterbur," kata seorang hobbit, "maksudku... aku tidak melihatnya lagi, kalau Anda paham maksudku. Dia lenyap begitu saja, bisa dikatakan begitu."
"Ah, masa, Mr. Mugwort!" kata pemilik penginapan, kelihatan heran. "Ya, benar!" jawab Mugwort. "Lagi pula, aku berkata benar." "Pasti ada yang salah," kata Butterbur sambil menggelengkan kepala. "Tak mungkin Mr. Underhill bisa lenyap begitu saja; di tengah orang banyak begitu."
"Lalu di mana dia?" teriak beberapa suara.
"Mana aku tahu? Dia boleh pergi ke mana dia suka, asal dia bayar besok pagi. Itu Mr. Took: dia tidak menghilang."
"Pokoknya aku melihat apa yang kulihat, dan aku melihat apa yang tidak kulihat," kata Mugwort keras kepala.
"Dan aku bilang ada kesalahan," ulang Butterbur, sambil memungut baki dan mengumpulkan benda-benda tembikar yang pecah.
"Tentu saja ada kesalahan!" kata Frodo. "Aku tidak menghilang. Ini aku! Aku baru saja mengobrol sedikit dengan Strider di pojok."
Ia maju ke dalam cahaya api; tapi kebanyakan dari mereka mundur menjauh, bahkan lebih gelisah daripada sebelumnya. Mereka sama sekali tidak puas dengan penjelasannya bahwa tadi ia merangkak di bawah meja-meja setelah terjatuh. Kebanyakan para hobbit dan Orang-Orang Bree langsung pergi dengan marah saat itu juga, sama sekali tak ingin melanjutkan hiburan malam itu. Satu-dua memandang Frodo dengan curiga, dan pergi sambil menggerutu di antara mereka sendiri. para Kurcaci, dan dua atau tiga orang asing yang masih tertinggal, bangkit berdiri dan mengucapkan selamat malam kepada pemilik penginapan, tapi tidak kepada Frodo dan kawan-kawannya. Tak lama kemudian, tinggal Strider yang terus duduk tak diperhatikan di dekat dinding.
Mr. Butterbur tidak tampak terpengaruh. Mungkin ia merasa penginapannya akan penuh lagi pada malam-malam mendatang, setelah misteri yang sekarang terjadi didiskusikan dengan saksama. "Nah, apa yang sudah kaulakukan, Mr. Underhill?" tanyanya. "Menakut-nakuti pelangganku dan memecahkan tembikarku dengan akrobatmu!"
"Aku sangat menyesal telah menimbulkan masalah," kata Frodo. "Ini tidak disengaja, yakinlah. Ini kecelakaan yang sangat sial."
"Baiklah, Mr. Underhill! Tapi kalau hendak melakukan jungkir-balik, atau sulap, atau apa pun, sebaiknya kau memberitahu dulu-dan memperingatkan aku. Kami di sini agak curiga pada apa pun yang sedikit aneh-gaib, maksudku; dan kami tidak bisa begitu saja menyukainya."
"Aku tidak akan melakukan hal semacam itu lagi, Mr. Butterbur, aku janji. Dan sekarang aku akan pergi tidur. Kami akan berangkat besok, pagi-pagi. Maukah kau mengatur agar kuda-kuda kami siap jam delapan?"
"Baik! Tapi, sebelum kau pergi, aku mau bicara secara pribadi denganmu, Mr. Underhill. Aku baru teringat sesuatu yang harus kuceritakan padamu. Kuharap kau tidak akan salah terima. Kalau aku sudah membereskan beberapa hal, aku akan datang ke kamarmu, kalau kauizinkan."
"Tentu saja!" kata Frodo, tapi semangatnya merosot. Ia bertanya-tanya, berapa banyak pembicaraan pribadi yang mesti dilayaninya sebelum ia bisa tidur, dan apa yang akan terungkap. Apakah semua orang ini bersekongkol melawannya? ia bahkan mulai curiga akan adanya rencana-rencana gelap tersembunyi di balik wajah gemuk si Butterbur tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar