Sumbangan / Donate

Donate (Libery Reserve)


U5041526

Kamis, 09 September 2010

Zhuge Liang

Nama Lengkap: Zhuge Kongming
Lahir: A.D. 181
Meninggal: A.D. 234
Saudara: Zhuge Jin, Zhuge Jun
Anak: Zhuge Zhan
Keponakan: Zhuge Ke

Seorang ahli strategi. Dikenal juga sebagai Kongming dan mempunyai julukan “Naga Tidur”. Zhuge Liang hidup tenang dan damai di Longzhong sampai saat Liu Bei berhasil menemuinya pada kunjungan ketiga. Terkesan oleh kejujuran Liu Bei dan memiliki kesamaan pandangan untuk mendirikan kerajaan di barat dan pada saat yang sama menjalin kerjasama dengan Kerajaan Wu, Zhuge Liang meninggalkan desanya untuk mengabdi kepada Liu Bei, yang merupakan titik balik bagi Liu Bei. Pada saat itu Zhuge Liang berusia 27 tahun, sedangkan Liu Bei 47 tahun.

Pada mulanya Guan Yu dan Zhang Fei tidak menerima keadaan bahwa mereka diperintah oleh seorang yang masih muda dan berpikir bagaimana mungkin Liu Bei percaya penuh kepada Zhuge Liang yang masih muda dan tidak berpengalaman sehingga memberikan komando tertinggi untuk melawan Xiahou Dun. Namun Zhuge Liang dapat menunjukkan strategi yang hebat dan mengetahui arah gerak musuh yang menghasilkan kemenangan mutlak atas Cao Cao pada tugas pertamanya dan membuktikan bahwa penilaian Guan Yu dan Zhang Fei salah.

Hanya saja serangan kedua dari Cao Cao terlalu tangguh untuk membuktikan kepandaian Zhuge Liang sehingga Liu Bei membawa penduduk Xinye mengungsi ke Xiangyang, namun dikejar oleh Liu Cong. Tidak memiliki pilihan, Zhuge Liang memimpin sejumlah kecil pasukan ke Jiangxia untuk meminta bantuan dari Liu Qi. Demi menjamin keselamatan Liu Bei atas serangan Cao Cao, Zhuge Liang menuju Kerajaan Wu membujuk Sun Quan untuk mengajak kerjasama dan melawan Cao Cao bersama-sama. Tentara Liu Bei dan Sun Quan dapat menghalau tentara Cao Cao, dan Liu Bei berhasil menguasai Jingzhou selama perang berlangsung.

Memiliki ide yang sama dengan Pang Tong bahwa Jingzhou tidak dapat dipertahankan untuk waktu lama, Zhuge Liang memilih tetap berada di Jingzhou sementara Liu Bei bersama Huang Zhong, Wei Yan, Pang Tong dan Guan Ping menuju ke Xichuan. Sayangnya kematian Pang Tong dan Liu Bei yang terjebak di Xichuan tidak memberikan pilihan bagi Zhuge Liang kecuali memimpin tentara ke Xichuan untuk menyelamatkan Liu Bei dan menguasai Xichuan.

Pada saat setelah Liu Bei meninggal dunia, Zhuge Liang berhasil menghalau tujuh serangan yang dilancarkan Cao Pi. Dengan adanya Zhuge Liang, Kerajaan Shu menjadi lebih makmur dan memiliki tentara yang lebih perkasa. Zhuge Liang berhasil memadamkan pemberontakan yang dilakukan oleh Meng Huo di bagian selatan Kerajaan Shu dan memimpin enam operasi melawan Kerajaan Wei untuk memenuhi keinginan Liu Bei demi mengembalikan kejayaan Dinasti Han.

Musuh utama Zhuge Liang adalah Sima Yi. Jika bukan karena Sima Yi, Zhuge Liang tentunya sudah berhasil menguasai Luoyang dan memenuhi keinginan Liu Bei untuk mengembalikan kejayaan Dinasti Han. Zhuge Liang yang bekerja terlalu keras dan penuh tekanan membawa dirinya sakit pada operasi penyerangan ke enam. Zhuge Liang meninggal dunia di Wuzhangyuan namun sebelum meninggal dia memilih Jiang Wei sebagai penerus. Kematian Zhuge Liang membawa kerugian besar bagi Kerajaan Shu.

Liu Bei

Raja dari Kerajaan Shu

Nama Lengkap: Liu Xuande
Lahir: A.D. 161
Meninggal: A.D. 223
Ayah: Pangeran Zhongshan Jing
Istri: Nyonya Gan, Nyonya Mi, Nyonya Sun
Anak: Liu Feng (diadopsi, A.D. 190), Liu Chan (A.D. 207), Liu Yong (A.D. 216), Liu Li (A.D. 217)
Cucu: Liu Chen (anak dari Liu Chan, A.D. 227)

Seorang penerus dari Pangeran Zhongshan Jing. Liu Bei adalah seorang penenun jerami sebelum kemunculan Pemberontakan Selendang Kuning. Dia bertemu dengan Guan Yu dan Zhang Fei, lalu mereka mengangkat saudara di Taman Peach dan bersumpah untuk menggabungkan kekuatan demi mengembalikan kedamaian dan ketentraman.

Liu Bei mencatat keberhasilan dalam peperangan melawan Pemberontakan Selendang Kuning, namun dia tidak berhasil membangun kekuatan lebih lanjut. Serangkaian kekalahan dan tragedi membuat Liu Bei harus berlindung dibawah Cao Cao, Yuan Shao, kemudian Liu Biao.

Meskipun Liu Bei bertekad mengembalikan kedamaian dan ketentraman di seluruh negeri, namun dia dikecewakan oleh kekalahan-kekalahan yang dialami. Saat itu Liu Bei sudah berumur sekitar 40 tahun dan hanya sedikit sekali yang telah dicapai. Terutama jika dibandingkan dengan kemajuan yang dialami oleh Cao Cao dan Sun Ce. Cao Cao sudah menguasai seluruh daratan bagian utara dan Sun Ce menguasai daerah di sebelah selatan Sungai Yangtze (Chang Jiang), padahal Liu Bei masih mencari perlindungan dibawah Liu Biao.

Titik balik Liu Bei adalah saat dia bertemu dengan Xu Shu dan mendapatkan nasehat militer dari Xu Shu. Takjub karena kekalahan Cao Ren oleh Xu Shu, maka Cao Cao setuju menjalankan usul dari Cheng Yu untuk menarik Xu Shu ke pihak Cao Cao, dan berhasil. Sebelum Xu Shu pergi, Xu Shu berkata kepada Liu Bei mengenai Zhuge Liang dan Pang Tong.

Dengan ketulusan dan bujukan Liu Bei, Zhuge Liang bersedia meninggalkan pertapaan untuk mendampingi Liu Bei. Kejadian ini merupakan awal dari kemajuan pesat yang akan dialami Liu Bei di kemudian hari. Liu Bei berhasil melarikan diri ke Jiang Xia setelah tentara Cao Cao berusaha menaklukkan daerah selatan. Liu Bei berhasil menguasai Jingzhou setelah Kerajaan Wu mengalahkan tentara Cao Cao.

Diberi nasehat oleh Zhuge Liang dan Pang Tong bahwa Jingzhou tidak bisa dipertahankan secara lama karena adanya kemungkinan besar serangan dari negara lainnya, meskipun memiliki keunggulan tersendiri, Liu Bei tidak bersedia melepas Jingzhou. Namun Liu Bei berusaha mengamankan jalan belakang dari Jingzhou dengan menyerang Terusan Jiameng. Peperangan tidak berlangsung baik bagi pihak Liu Bei dan beruntung Zhuge Liang datang membawa tentara bantuan untuk menyelamatkan Liu Bei dengan meninggalkan Guan Yu di Jingzhou. Kekuatan gabungan ini akhirnya berhasil menaklukkan Yizhou dan Chengdu. Selama peperangan itulah Ma Chao bergabung dengan pihak Liu Bei.

Waspada karena kesuksesan Liu Bei menguasai Yizhou dan Chengdu, Cao Cao melancarkan serangan ke daerah kekuasaan Zhang Lu di Hanzhong untuk memberikan jalan bagi Cao Cao memusnahkan Liu Bei. Penaklukkan Hanzhong mencemaskan Liu Bei, karena daerah itu merupakan pintu gerbang untuk masuk ke wilayah kekuasaannya. Persiapan segera dilakukan dan penyerangan Liu Bei ke Hanzhong menyebabkan Hanzhong berpindah tangan dari Cao Cao ke Liu Bei. Kejadian ini membuat Liu Bei semakin kokoh karena Hanzhong dan Shu berada dalam kekuasaannya.

Namun masa kemenangan itu hanya sebentar, Cao Cao dan Sun Quan bergabung untuk menyerang Jingzhou yang dikawal oleh Guan Yu. Jingzhou lalu jatuh dibawah tekanan dua kekuatan besar, dan menyebabkan Guan Yu beserta anak angkatnya, Guan Ping, tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Kematian Guan Yu membuat Liu Bei marah besar dan melancarkan serangan terhadap Kerajaan Wu. Serangan itu awalnya berhasil dengan baik, namun semuanya berubah setelah Wu mengangkat Lu Xun sebagai Panglima Perang.

Liu Bei berhasil melarikan diri ke Baidicheng. Namun penderitaan hebat membuatnya jatuh sakit, dan tidak berhasil sembuh sehingga merenggut nyawa Liu Bei. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Liu Bei menyerahkan takhta ke anaknya, Liu Chan, dengan kendali di tangan Zhuge Liang, dan menyuruh anaknya menganggap Zhuge Liang sebagai ayah.

Zhang Fei

Nama Lengkap: Zhang Yide
Lahir: A.D. 167
Meninggal: A.D. 221
Anak: Zhang Bao (A.D. 192), Zhang Shao (A.D. 198)

Pada awalnya Zhang Fei adalah seorang pemotong daging sebelum mengangkat saudara dengan Liu Bei dan Guan Yu. Berbicara dengan jujur dan keinginan menolong yang lemah dan tertindas tanpa berpikir panjang membuat Zhang Fei menghukum pengawas kerajaan yang sedang datang mengawasi daerah yang didapat Liu Bei sebagai hadiah atas peran Liu Bei dalam membasmi Pemberontakan Selendang Kuning sebelum Liu Bei dan Guan Yu datang menghentikan. Perlakuan buruk Zhang Fei terhadap pengawas kerajaan membuat Liu Bei meletakkan jabatan dan menjadi buronan pihak kerajaan.

Kebiasaan mabuk membawanya kehilangan Xuzhou ketika Zhang Fei memukuli Cao Bao yang kemudian membalas dendam dengan membujuk Lu Bu untuk melancarkan serangan mendadak ke Xuzhou ketika Zhang Fei sedang mabuk.

Dengan tidak melihat kekurangan yang ada, keberanian dan keahlian Zhang Fei sangat bagus dan hanya segelintir saja yang bisa menyainginya. Ketika Liu Bei dan para anak buahnya mengungsikan penduduk Jiangling, Zhang Fei berhasil memberikan mereka nafas sambungan terhadap serangan Cao Cao dengan menakuti tentara Cao Cao pada Jembatan Changban.

Pada saat mempertahankan Terusan Jiameng, Zhang Fei bertempur dengan Ma Chao selama dua hari tanpa ada tanda siapa yang menang. Pertarungan antara dua orang berkeahlian tinggi ini membuat kagum Liu Bei dan Zhuge Liang dan membawa Zhuge Liang untuk membujuk Ma Chao agar bersedia bergabung dengan Liu Bei.

Zhang Fei ditikam sampai meninggal ketika sedang tidur oleh Fan Jiang dan Zhang Da, anak buahnya. Larut karena keinginan membalas dendam saudara angkatnya, Guan Yu, Zhang Fei memerintahkan suatu hal yang tidak masuk akal kepada Fan Jiang dan Zhang Da dalam waktu yang sangat singkat. Fan Jiang dan Zhang Da meminta waktu tambahan namun mendapat perlakuan buruk dengan diikat di pohon dan dicambuk. Karena tugas yang mustahil dan perlakuan buruk yang diterima, Fan Jiang dan Zhang Da membunuh Zhang Fei ketika Zhang Fei mabuk dan sedang tertidur.

Sun Quan

Raja dari Kerajaan Wu

Nama Lengkap: Sun Zoumou
Lahir: A.D. 182
Meninggal: A.D. 252
Ayah:
Sun Jian
Saudara: Sun Ce (A.D. 175), Sun Yi (A.D. 184), Sun Kuang (A.D. 186), Sun Lang (A.D. 187)
Anak: Sun Deng (A.D. 209), Sun He (A.D. 224), Sun Xiu (A.D. 235), Sun Liang (A.D. 243)
Cucu: Sun Hao (anak Sun He)

Dapat dianggap sebagai orang yang sangat beruntung. Pada usia yang masih muda, Sun Quan menerima takhta Kerajaan Wu dari sang kakak, Sun Ce.

Muda dan tidak memiliki pengalaman, dia mengikuti petunjuk yang diberikan oleh sang kakak. Untuk urusan dalam negeri meminta nasehat Zhang Zhao, dan untuk urusan luar negeri meminta nasehat Zhou Yu. Dengan nasehat dan bimbingan kedua orang tersebut, Sun Quan berjaya mengelola daerah kekuasaannya dan berusaha memperluas.

Sun Quan menginginkan daerah Jingzhou yang berada dalam kekuasaan Liu Biao. Penyerangan dilakukan terhadap Jiangxia dan Xiakuo yang dijaga oleh Huang Zu, salah seorang jenderal perang Liu Biao. Tentara Sun Quan mendapatkan kemenangan.

Kemudian pada saat Cao Cao berusaha menguasai daerah selatan dan membawa tentara yang besar, Sun Quan dihadapkan kepada dua pilihan, apakah dia menerima ajakan Cao Cao untuk menghilangkan Liu Bei atau menerima ajakan Liu Bei untuk melawan Cao Cao.

Diberi nasehat oleh Zhou Yu, Sun Quan menerima ajakan Liu Bei untuk bersama-sama melawan Cao Cao. Kedua kekuatan yang bermusuhan menempati posisi yang berseberangan pada kedua sisi Sungai Yangtze di Chibi. Peperangan besar tersebut memberikan kekalahan bagi pihak Cao Cao. Kemenangan Kerajaan Wu dalam peperangan ini memberikan hasil yang besar dikemudian hari untuk mempertahankan Kerajaan Wu dari serangan Kerajaan Wei dengan menggunakan Sungai Yangtze sebagai garis pertahanan alam yang sangat menguntungkan bagi Kerajaan Wu.

Penyerangan terhadap wilayah kekuasaan Cao Cao melalui Hefei tidak membawa hasil. Pada kenyataannya, baik pihak Kerajaan Wu atau Wei tidak berhasil meletakkan landasan yang kuat di seberang sisi dari Sungai Yangtze.

Sun Quan memiliki sebuah keinginan utama untuk menguasai Jingzhou dari Liu Bei, yang akhirnya berhasil dilaksanakan setelah bekerja sama dengan Kerajaan Wei. Jingzhou jatuh dan Guan Yu tertangkap. Tidak ada yang mengira bahwa hukuman mati yang dikenakan terhadap Guan Yu membawa kemarahan besar bagi Liu Bei (Kerajaan Shu).

Kerajaan Wu hampir berpindah tangan karena serangan gencar dari Kerajaan Shu, beruntung pada saat terakhir Sun Quan mengangkat Lu Xun sebagai Panglima Perang. Sekali lagi Sun Quan dihimbau untuk bekerja sama dengan Kerajaan Shu demi melawan Kerajaan Wei. Kerja sama dengan Kerajaan Shu bertahan lama hingga kejatuhan Kerajaan Wu ke tangan Kerajaan Wei.

Cao Cao

Raja dari Kerajaan Wei

Nama Lengkap: Cao Mengde
Lahir: A.D. 155
Meninggal: A.D. 220
Ayah: Cao Song
Istri: Nyonya Bian, Nyonya Zou
Anak: Cao Ang (A.D. 175), Cao Pi (A.D. 187), Cao Zhang (A.D. 190), Cao Zhi (A.D. 192), Cao Xiong (A.D. 195), Cao Yu (A.D. 219)
Cucu: Cao Rui (anak dari Cao Pi, A.D. 205), Cao Huan (anak dari Cao Yu, A.D. 246)

Cao Cao adalah salah seorang menteri pada akhir Dinasti Han. Dia kehilangan posisi menteri dan menjadi buronan karena gagal membunuh Dong Zhuo, yang berusaha menguasai istana.

Banyak orang menganggap Cao Cao sebagai orang jahat, ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, Cao Cao menjadi buronan setelah gagal membunuh Dong Zhuo. Pada saat perjalanan pulang ke kota asalnya, Cao Cao menginap di rumah seseorang. Saat itu dia berjaga sampai malam dan mendengar orang-orang sedang mengasah pisau. Karena salah paham atau tidak mengerti, Cao Cao mengira mereka akan membunuh dirinya. Oleh karena itu Cao Cao menyerang terlebih dahulu dan membunuh mereka semua. Sebenarnya sang tuan rumah sedang mempersiapkan sebuah pesta untuk Cao Cao dan ingin menyajikan hidangan yang mewah.

Kedua, pada saat Dong Zhuo semakin berkuasa, Kaisar meminta perlindungan dari Cao Cao. Dan Cao Cao dapat memanfaatkan sang Kaisar untuk melakukan keinginan pribadinya, seperti memerintah para raja wilayah. Oleh sebab itu, Cao Cao dinilai tidak berbeda dengan Dong Zhuo.

Terakhir, Cao Cao juga menyebabkan kematian dari seorang dokter ternama, Hua Tuo. Karena kecurigaan, Cao Cao mengira Hua Tuo ingin membunuh dirinya ketika sang dokter menyarankan mengoperasi kepala Cao Cao demi menghilangkan tumor yang ada. Hua Tuo dimasukkan ke dalam penjara dan tidak lama kemudian meninggal.

Cao Cao meletakkan dasar bagi Kerajaan Wei ketika dia berhasil mengalahkan Yuan Shao, seorang raja wilayah yang lebih kuat. Daerah kekuasaan Cao Cao terbentang seluas padang pasir Mongolia dan kemudian berhasil menguasai daerah-daerah lain setelah mengalahkan Yuan Shao pada pertempuran di Guandu.

Faktor-faktor yang membuat Cao Cao berhasil mengalahkan Yuan Shao adalah terbakarnya gudang makanan Yuan Shao di Wuchao, Guan Yu membunuh dua orang jenderal utama Yuan Shao (Yan Liang dan Wen Chou), dan seorang penasehat Yuan Shao (Xu You) yang berpihak kepada Cao Cao.

Dengan tidak adanya Yuan Shao, maka Cao Cao mengalihkan perhatian ke daerah selatan. Liu Zhong yang menguasai daerah Jingzhou menyerah ke tangan Cao Cao setelah kematian Liu Biao (ayah Liu Zhong).

Setelah menguasai Jingzhou, Cao Cao memusatkan perhatian ke Liu Bei yang berada di Jiang Xia. Namun karena takut diserang Kerajaan Wu, maka Cao Cao mengajukan usul kerja sama dengan Kerajaan Wu untuk mengalahkan Liu Bei. Ternyata Kerajaan Wu lebih bersedia bekerja sama dengan Liu Bei.

Marah karena gagal bekerja sama dengan Kerajaan Wu, Cao Cao membangun angkatan perang untuk sekaligus memusnahkan Kerajaan Wu dan Kerajaan Shu (Liu Bei). Pertarungan besar tersebut terjadi di Chibi dan Cao Cao menerima kekalahan besar. Jika bukan karena Guan Yu, Cao Cao sudah meninggal pada saat itu.

Cao Cao berhasil melarikan diri ke Fancheng, yang diperintah oleh Cao Ren, dan kembali ke Ibukota Xuchang untuk membangun kembali tentaranya.

Pada masa itulah kerja sama antara Liu Bei dan Sun Quan (Kerajaan Wu) pecah karena masalah Jingzhou. Karena perpecahan itu, Cao Cao berhasil mengajak Sun Quan bekerja sama untuk menyerang Jingzhou, yang dikuasai Liu Bei.

Setelah itu Cao Cao menyerang Hanzhong namun tidak meneruskan serangannya, meskipun Sima Yi menginginkan hal tersebut. Hanya masalah waktu sebelum Liu Bei berhasil membangun kembali kekuatan dan menyerang Cao Cao.

Cao Cao mundur ke Xuchang dan beberapa lama kemudian dia meninggal karena penderitaan di kepalanya.

Chibi

Chibi adalah tempat pertempuran dimana Cao Cao menderita kekalahan terbesarnya, hanya dalam satu malam tentara yang begitu perkasa menjadi sekumpulan sisa-sisa kapal karam yang terbakar. Terjadi pada Sungai Yangtze dimana kedua belah pihak yang berperang mengambil posisi yang berseberangan.

Tentara Cao Cao yang tidak terbiasa peperangan di air mengalami mabuk karena goncangan-goncangan di kapal, sehingga disetujuinya sebuah usul untuk menggabungkan kapal-kapal yang ada satu sama lain dengan rantai. Ini membuat Cao Cao sangat bangga dan tentaranya tidak mabuk.

Namun kebanggaan itu berubah menjadi malapetaka bilamana tentara Kerajaan Wu, musuh Cao Cao saat ini, mengirimkan api melalui kapal yang sengaja dibakar. Dalam waktu singkat, kehancuran dan kekalahan harus dialami Cao Cao.

Kekalahan Cao Cao memberikan rasa percaya diri yang tinggi kepada Kerajaan Wu, meskipun mereka memiliki tentara yang lebih sedikit dari Cao Cao namun mereka memiliki keuntungan alamiah dengan adanya Sungai Yangtze dan kemampuan mereka yang sudah terbiasa berperang di air.

Bagi Liu Bei, pertempuran Chibi memberikan pijakan yang berarti karena dapat menguasai Jingzhou bagi membangun tentara dan bahan makanan sementara Kerajaan Wu mencoba menguasai Hefei.

Changan

Berada dalam propinsi Yongzhou. Changan merupakan Ibukota pertama dari Dinasti Han. Pada saat kehancuran Dinasti Han, Dong Zhuo memindahkan Ibukota negara ke Changan setelah membakar Luoyang.

Selama masa Tiga Negara, Changan menjadi ujung tombak pertahanan Kerajaan Wei menghadapi serangan dari Kerajaan Shu, Cao Zhen dan Sima Yi ditempatkan di Changan dengan jumlah pasukan yang besar untuk menghadang laju pasukan Kerajaan Shu.

Dong Zhuo

Nama Lengkap: Dong Zhongying
Lahir: A.D. 139
Meninggal: A.D. 192

Dianggap sebagai pemimpin terburuk yang pernah ada pada masa Tiga Kerajaan. Meskipun Dong Zhuo mengambil peranan dalam melawan Pemberontakan Selendang Kuning, dia dicatat sebagai orang yang tidak tahu budi, karena tidak ada satu patah katapun yang dikeluarkan setelah Zhang Fei berhasil menolong dirinya dari kepungan Pemberontak Selendang Kuning, bahkan Zhang Fei diacuhkan begitu saja karena Dong Zhou menganggap pangkat Zhang Fei jauh dibawah dirinya.

Namun dia berhasil lolos dari hukuman dari kegagalan dalam melawan Pemberontakan Selendang Kuning karena keberhasilannya dalam menyuap para kasim.

Undangan He Jin kepada para raja wilayah ke Ibukota Negara untuk menumpas para kasim merupakan salah satu bencana, membuat Dong Zhuo menemukan pijakan. Kematian He Jin membuat Pengadilan Negara mengalami kekosongan kekuasaan, yang tentunya tidak disia-siakan oleh Dong Zhuo. Kagum atas kebijaksanaan Kaisar Xian, Dong Zhuo berusaha menggeser kedudukan kaisar dengan menempatkan Kaisar Shao dan orang pilihannya, Pangeran Chenliu.

Dong Zhuo memiliki kedudukan yang semakin kuat dengan bergabungnya Lu Bu, tidak lama kemudian, sebagai tangan kanannya. Ketika Cao Cao melarikan diri ke Chenliu untuk menghindari penangkapan dirinya dan mengumpulkan tentara untuk melawan Dong Zhuo setelah kegagalan dalam membunuh Dong Zhuo, banyak panglima wilayah mendukung dan mengirimkan tentara untuk melawan Dong Zhuo.

Keberhasilan Dong Zhuo dalam menguasai Terusan Sishui berakhir dengan tewasnya Hua Xiong ditangan Guan Yu. Kematian Hua Xiong membuat Dong Zhuo mengirimkan Lu Bu ke Terusan Hulao untuk mencegah tentara gabungan maju lebih dekat ke Ibukota Negara Luoyang. Namun kekuatan dari tentara gabungan bukan sekedar omong kosong. Tanpa adanya pilihan, Dong Zhuo mengikuti nasehat Li Ru untuk memindahkan Ibukota kerajaan ke Changan, yang dianggap lebih mudah dipertahankan. Itu tidak cukup, Dong Zhuo juga membumi hanguskan Luoyang dan mengubahnya menjadi puing-puing.

Dengan Luoyang yang telah menjadi puing-puing, semangat dari tentara gabungan menurun dengan banyaknya raja wilayah yang tidak menginginkan penyerangan terhadap Dong Zhuo lebih lanjut karena mereka beranggapan bahwa Luoyang sudah mereka duduki dan telah menjadi puing. Ini menyebabkan kekuatan gabungan terpecah.

Tidak ada seorangpun yang menyangka bahwa kejatuhan Dong Zhuo buka karena serangan dari raja wilayah, namun karena seorang wanita cantik. Ini adalah rencana dari Wang Yun untuk menggunakan Diao Chan dalam usaha menimbulkan perpecahan diantara Dong Zhuo dan Lu Bu, sehingga diharapkan mereka saling membunuh demi memiliki Diao Chan. Dengan Diao Chan yang pandai memainkan peran, Lu Bu secara tidak sadar masuk dalam jebakan.

Pertahanan yang sangat bagus terhadap serangan raja-raja wilayah memberikan arti kosong, apabila yang mengakhiri nyawa Dong Zhuo adalah orang yang sangat dipercayainya, Lu Bu.

Guandu

Salah satu pertempuran terkenal dalam masa Tiga Negara yang dapat sebagai contoh bahwa tidak selalu tentara yang berjumlah lebih besar selalu menang. Dengan 70.000 tentara, Cao Cao berhasil memenangkan pertempuran atas sebuah kekuatan besar yang kelihatannya tidak mungkin dikalahkan, 700.000 tentara.

Disamping jumlah pasukan yang jauh lebih kecil, Cao Cao juga mengalami kesulitan perbekalan. Dua kendala ini hampir membuat Cao Cao mundur dari medan perang. Beruntung dia mengikuti nasehat Xun Yu.

Xun Yu memberikan nasehat agar tetap bertahan dan menunggu kesempatan untuk mengalahkan Yuan Shao. Akhirnya kesempatan itu datang pada saat Xu You berhasil melarikan diri dari markas Yuan Shao dan pindah ke Cao Cao.

Informasi yang dibawa oleh Xu You sangat berharga bagi kemenangan Cao Cao. Serangan terhadap persediaan bahan makanan Yuan Shao yang berada di Wuchao menjadi titik balik bagi Cao Cao. Kehilangan Wuchao dan kegagalan mengalahkan Cao Cao membuat semangat tentara Yuan Shao jatuh.

Tidak melewatkan kesempatan emas didepan mata, serangan penuh dilancarkan terhadap tentara Yuan Shao yang memberikan hasil kegemilangan bagi Cao Cao.

Diao Chan

Seorang gadis cantik, dia menyetujui rencana Wang Yun untuk memecah belah Lu Bu dan Dong Zhuo agar mereka saling berebut kekuasaan dan menyingkirkan mereka berdua untuk memulihkan kekuasaan Dinasti Han.

Wang Yun membuat Diao Chan bertunangan dengan Lu Bu, namun Diao Chan dikirim ke rumah Dong Zhuo. Lu Bu dan Dong Zhuo sangat tertarik kepada Diao Chan dan menimbulkan rasa perselisihan diantara mereka berdua. Yang berakhir dengan dibunuhnya Dong Zhuo oleh Lu Bu.

Hefei

Lokasi penting yang berada di bagian utara dari propinsi Yangzhou. Dengan menggenggam kemenangan di Chibi, Sun Quan memimpin tentara menyerang Hefei. Para jenderal yang mempertahankan Hefei adalah jenderal-jenderal terpercaya Cao Cao. Mereka adalah Zhang Liao, Li Dian dan Yue Jin. Bertiga mereka berhasil menghalangi Sun Quan untuk menguasai Hefei.

Serangan kedua terhadap Hefei adalah saat Zhuge Liang mengusulkan pertukaran Jiangxia, Guiyang dan Changsha untuk membawa Kerajaan Wu berperang melawan Cao Cao sehingga Cao Cao menarik tentara dari Hanzhong. Dengan melakukan hal tersebut, Zhuge Liang akan mendapatkan waktu untuk memperkuat pasukan dan perbekalan di Xichuan, yang baru saja dikuasai, dan memperoleh dukungan rakyat Xichuan.

Meskipun jumlah tentara tidak seimbang dan menurut pertimbangan umum sebaiknya bertahan sampai datangnya bala bantuan. Cao Cao memerintahkan Zhang Liao untuk maju bertempur, daripada hanya bertahan. Zhang Liao dan Li Dian menyerang tentara Wu sedangkan Yue Jin melindungi benteng, Hefei.

Hasil yang didapat sangat gemilang. Sun Quan berhasil dikalahkan.

Sun Jian

Raja dari Kerajaan Wu

Nama Lengkap: Sun Gongtai
Anak: Sun Ce (A.D. 175),
Sun Quan (A.D. 182), Sun Yi (A.D. 184), Sun Kuang (A.D. 186), Sun Lang (A.D. 187)

Dikenal sebagai harimau dari Jiangdong. Sun Jian mengukir namanya pada usia yang muda dengan mengalahkan para bajak laut. Ditunjuk sebagai kepala pasukan depan dari tentara gabungan yang melawan Dong Zhuo. Sun Jian sudah hampir berhasil menguasai Terusan Fanshui namun disebabkan hantaran bahan makanan yang tidak sampai oleh Yuan Shu, Sun Jian tidak dapat menduduki Terusan Sishui.

Tentara yang kelaparan dengan moral yang rendah, membuat kekuatan tentara Sun Jian dapat dikalahkan oleh Hua Xiong. Kembali ke markas tentara gabungan, Sun Jian berdebat dengan Yuan Shu mengenai pengiriman bahan makanan yang tidak sampai. Yuan Shu membantah semua tuduhan yang dilontarkan Sun Jian, dan mengkambing hitamkan salah seorang anak buahnya untuk menghindari kemarahan Sun Jian dan Yuan Shao.

Kejatuhan Terusan Hulao dan kebakaran di Luoyang, Sun Jian memimpin tentaranya ke Luoyang untuk membantu memadamkan api. Pada saat memadamkan api, salah seorang tentara Sun Jian menemukan sebuah stempel kerajaan. Penemuan stempel kerajaan ini membuat Huang Gai menyarankan Sun Jian untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Yuan Shao dan kembali ke Jiangdong untuk membuat rencana berikutnya.

Sun Jian menginginkan penemuan stempel kerajaan ini menjadi sesuatu yang bersifat rahasia. Namun salah seorang prajuritnya melaporkan penemuan tersebut ke Yuan Shao untuk mendapatkan hadiah. Ketika Sun Jian datang untuk mengucapkan selamat tinggal, Yuan Shao memaksa Sun Jian menyerahkan stempel tersebut untuk disimpan dengan aman. Sun Jian berkata dia tidak memiliki stempel tersebut dan berhasil mengelabui Yuan Shao. Namun Yuan Shao mengirimkan utusan kepada Liu Biao untuk menyerang Sun Jian dalam perjalanan pulang untuk mendapatkan stempel tersebut.

Pertarungan antara Sun Jian dengan Liu Biao demi stempel kerajaan terjadi di Jingzhou. Dan Sun Jian berhasil melarikan diri untuk pulang ke Jiangdong.

Bab 2 Bagian 1: Zhang Fei Memukul Petugas Kerajaan – 1

Dong Zhuo lahir di daerah barat laut Tiongkok, tepatnya di Lintao di daerah lembah barat. Sebagai Gubernur He Dong, Dong Zhuo sangat sombong dan berlebihan. Tetapi hari di mana dia memperlakukan Liu Bei dengan kasar dapat saja menjadi hari terakhirnya, jika saja Liu Bei dan Guan Yu tidak menahan Zhang Fei yang sedang marah.

“Ingat Dia adalah Pejabat Pemerintah yang diangkat Kerajaan”, Kata Liu Bei. “Siapakah kita untuk memutuskan dan menghukum ?”

“Sangat memuakan untuk menerima perintah dari bajingan seperti dia, Aku lebih baik membunuhnya sekarang! Kau boleh tinggal disini bila kau mau tapi aku lebih baik mencari tempat lain.” , Kata Zhang Fei.

“Kita bertiga adalah satu dalam kematian dan dalam hidup, tidak ada perpisahan di antara kita, kita semua akan selalu bersama.”

Akhirnya ketiga saudara itu berangkat dan pergi menemui Zhu Jun yang menerima mereka dengan baik dan berterima kasih atas bantuan yang mereka telah berikan ketika melawan Zhang Ba. Pada saat ini Cao Cao telah bergabung dengan Huangfu Song, dan mereka sedang berusaha menghancurkan pasukan Zhang Liang dalam pertempuran di Qu Yang.

Zhang Ba mengkomandani sekitar 80.000 pasukan. Pemberontak telah memposisikan pasukannya di belakang bukit. Penyerangan terhadap posisi pemberontak kemudian direncanakn dan Liu Bei yang akan memimpin pasukan utama. Pada pasukan pemberontak salah seorang Jendral Zhang Ba, Gao Seng menantang duel satu lawan satu. Zhang Fei langsung keluar dari barisan dan maju kedepan menghadapinya. Hanya dalam beberapa jurus saja, Zhang Fei berhasil melukai Gao Seng yang terpental dari kudanya. Melihat ini maka Liu Bei langsung memerintahkan pasukannya untuk menyerbu maju.

Lalu Zhang Ba yang duduk diatas kudanya, melepaskan ikat rambut, mengambil pedangnya dan merapalkan semacam doa. Tiba-tiba angin mulai berhembus dengan kuatnya, petir menghiasi langit dan kilatan-kilatan cahaya dari langit menhantam bumi, bunyi gemuruh yang memekakan telinga membuat kuda-kuda ketakutan dan dari langit turun awan hitam yang menutupi medan peperangan. Ketakutan melanda pasukan kerajaan, Liu Bei memimpin pasukannya mundur, tetapi mereka dalam keadaan kacau sehingga banyak yang meninggal karena terinjak-injak.

Zhu Jun dan Liu Bei membahas masalah ini. “Zhang Ba menggunakan sihir”, Kata Zhu Jun. “Esok, aku akan menyiapkan penangkal dengan menggunakan darah babi dan kambing. Darah ini harus dipercikan kepada pasukan mereka dan kita akan dapat mematahkan sihir mereka.”

Maka diputuskanlah demikian. Guan Yu dan Zhang Fei masing-masing membawa 1000 pasukan dan bersembunyi di tebing yang tinggi dan mereka membawa banyak darah babi dan kambing. Keesokan harinya ketika pemberontak membunyikan genderang perangnya untuk menantang perang, Liu Bei maju menghadapi mereka. Pada saat yang sama, lagi Zhang Ba menggunakan sihirnya. Pasir berterbangan menutupi pandangan, kerikil berserakan menutupi jalan, awan gelap menutupi langit dan pasukan musuh muncul dari kebalikan badai pasir itu.

Liu Bei mundur seperti sebelumnya, dan pasukan pemberontak terus mengejarnya. Ketika pasukan pemberontak memasuki jalan dengan tebing tinggi, tiba dikejutkan oleh bunyi terompet dan genderang yang keras, dan dari tempat persembunyiannya pasukan Guan Yu dan Zhang Fei memercikan darah babi dan kambing. Tiba-tiba pasukan pemberontak yang muncul dari balik badai itu berjatuhan dan berubah menjadi lembaran kertas dan badaipun berhenti. Zhang Ba yang melihat bahwa sihirnya telah dapat dihancurkan lalu memutuskan mundur. Dan ketika pasukannya sedang mundur, dari arah kiri dan kanannya muncul Guan Yu dan Zhang Fei dan dari belakang ada Liu Bei dan Zhu Jun.

Pasukan Pemberontak berhasil dihancurkan. Liu Bei dari kejauhan melihat panji-panji perang Zhang Ba Penguasa Bumi. Dengan Cepat Liu Bei mengejarnya dan dengan panah berhasil melukai tangan kiri Zhang Ba. Walaupun terluka Zhang Ba masih dapat melarikan diri ke kota Yang Cheng, Kota itu akhirnya dikepung oleh Zhu Jun. Pengintai yang dikirim untuk mendapatkan kabar dari pasukan Huangfu Song melaporkan “Komandan Huangfu Song telah sangat berhasil, Dong Zhuo yang telah sering kalah posisinya telah digantikan oleh Komandan Huangfu Song.”

Zhang Jue telah tewas ditangan pasukan Huangfu Song. Zhang Lian telah mengambil alih pasukan saudaranya itu menjadi satu dengan pasukannya tetapi tidak ada peluang untuk mengalahkan pasukan Huangfu Song yang telah menguasai tempat-tempat strategis dan telah menang dalam 7 pertempuran berturut-turut. Zhang Lian telah tewas di Qu Yang. Selain itu peti mati Zhang Jue telah berhasil direbut, kepalanya telah dipenggal dan telah dikirim ke Ibukota (Luo Yang) untuk dipamerkan.

Pasukan pemberontak lainnya telah menyerah dan untuk semua hal ini Huangfu Song telah diberikan penghargaan dengan jabatan Jendral Pemimpin Pasukan Kereta Terbang dan Penguasa Daerah Jizhou. “Huangfu Song juga tidak melupakan teman. Titah pertama setelah dia mendapatkan kekuasaanya adalah untuk membersihkan nama Lu Zhi dan mengembalikan jabatannya yang diambil Dong Zhuo dan mengangkat Cao-Cao sebagai gubernur Ji Nan”

Mendengar hal ini Zhu Jun menekan lebih keras dengam menyerang mati-matian kota Yang Cheng and kekalahan tentara pemberontak sudah semakin jelas. Lalu salah seorang bawahan Zhang Ba, Yan Zheng membunuh atasannya itu dan membawa kepalanya untuk diserahkan kepada kerajaan. Akhirnya seluruh pemberontak telah menyerah dan Zhu Jun melaporkan hal ini pada kerajaan. Tetapi ada beberapa pemberontak Jubah kuning yang masih memimpin perlawanan. 3 pemberontak lain yaitu Zhao Hong, Han Zhong dan Sun Zhong, mengumpulkan 30.000 pasukan dan memulai perampokan dan pembantaian. Mereka menyembut dirinya “Pembalas Dendam Bagi Zhang Jue”. Kerajaan memerintahkan Zhu Jun untuk membawa pasukan veterannya untuk menghancurkan sisa-sisa perlawanan pemberontak ini.

Dia segera langsung berangkat menuju kota Wan Cheng dimana para pemberontak itu bermarkas. Ketika Zhu Jun tiba, Han Zhong langsung maju melawan. Zhu Jun mengirim Liu Bei dan kedua saudaranya untuk menyerang sisi sebelah barat daya dari tembok kota.

Han Zhong bertugas untuk mempertahankan kota berusaha mati-matian melawan Liu Bei. Sementara itu Zhu Jun sendiri memimpin 2000 pasukan berkuda untuk menyerang bagian lain dari kota itu. Pemberontak berpikir bahwa mereka tidak akan dapat mempertahankan kota itu mulai kehilangan semangat. Liu Bei terus menekan mereka dan akhirnya kota berhasil dimasuki. Para pemberontak masih dapat bertahan di tembok dalam kota. Tetapi keadaan mereka sudah sangat parah, kelaparan terjadi dan wabah penyakit menyebar. Utusan pemberontak datang kepada Zhu Jun untuk menyerah, tetapi Zhu Jun menolaknya.

Kata Liu Bei, “Dengan melihat pendiri Dinasti Han Liu Bang, Bukankah harusnya kita menerima mereka yang menyerah, kenapa kau menolaknya ?”

“Kondisinya berbeda”, Balas Zhu Jun. “ketika masa itu kekacauan memang sendang terjadi dimana-mana, dan rakyat tidak mempunyai kaisar. Jadi setiap penyerahan diri dapat diterima dan dianjurkan. Sekarang kekaisaran telah ada dan mereka berani memberontak. Kalau kita menerima mereka maka nanti akan ada pemberontakan-pemberontakan lainnya dan ketika mereka kalah mereka hanya tinggal menyerah dan kita pasti akan menerimanya dan hal itu akan berakibat fatal.”

Liu Bei berkata, “Jika tidak membiarkan pemberontak menyerah tidak apa, tetapi jika mereka melakukan tindakan nekat, maka kita akan berada dalam kesulitan karena jumlah mereka sangat banyak. Lebih baik kita serang dari satu sisi dan biarkan sisi yang lain terbuka sehingga mereka akan melarikan diri dan tercerai berai, setelah itu kita akan menangkap mereka.”

Zhu Jun menilai saran ini sangat bagus dan mengikutinya. Seperti telah diduga, tentara pemberontak ini akhirnya terpencar-pencar. Pimpinan pemberontak Han Zhong akhirnya terbunuh. Tetapi tiba-tiba pasukan yang dipimpin oleh Zhao Hong dan Sun Zhong mendekat dengan kekuatan besar. Dan karena itu pasukan kerajaan menghentikan pengejaran. Pasukan pemberontak yang baru itu akhirnya merebut kembali kota Wan Cheng.

Zhu Jun berkemah 3 mil dari kota dan bersiap-siap untuk menyerang. Dan pada saat itu tiba pasukan berkuda dari arah timur. Pemimpinnya adalah seorang jendral dengan muka dan badan yang kekar. Namanya adalah Sun Jian, Dia berasal dari Fu Chun dinegara bagian Wu. Keturunan dari ahli strategi yang terkenal Sun Tzu.

Ketika berumur 17 thn, Sun Jian bersama ayahnya melihat bajak laut yang sedang membagi hasil rampasan mereka dipinggiran Sungai Qintang.

“Kita dapat menangkap mereka!” katanya pada ayahnya.

Lalu dia mengengam pedangnya, dia berlari menuju arah bajak laut itu dan berteriak seolah-olah dia sedang memanggil pasukannya untuk mengepung. Ini membuat para bajak laut itu percaya bahwa mereka sedang diserang, dan mereka melarikan diri, meninggalkan rampasan mereka. Sun Jian berhasil membunuh salah satu bajak laut itu. Karena ini maka dia menjadi terkenal dan mendapatkan jabatan di pemerintahan daerah.

Lalu dengan kerjasama dengan pihak pemerintah, dia membangun tentara berkekuatan 1000 orang dan membantu meredakan pemberontakan Xu Chang yang menyebut dirinya Kaisar Matahari dan memiliki 10.000 pasukan. Anak pemberontak Xu Hao juga ikut terbunuh. Untuk hal ini Sun Jian diangkat menjadi kepala pengadilan Yandu kemudian Xu Yi dan terakhir adalah Xia Pi oleh Penguasa Daerah Zang Min.

Ketika pemberontakan jubah kuning terjadi, Sun Jian mengumpulkan anak muda di desanya untuk membentuk tentara, akhirnya terbentuk pasukan berjumlah 1500 orang dan ikut menumpas pemberontakan.

Zhu Jun menerima Sun Jian dengan senang hati dan memerintahkannya untuk menyerang dari selatan. utara dan barat akan diserang secara bergantian oleh Liu Bei dan Zhu Jun. Sedangkan gerbang timur akan dibiarkan terbuka agar pemberontak dapat lari dari sana. Sun Jian adalah yang pertama yang dapat menaiki tembok kota. Dia membunuh 20 orang pemberontak lebih sendirian. Sun Jian berhasil turun dari tembok, mengambil tombak dan memukul jatuh Zhao Hong dari kudanya. Kemudian Sun Jian menaiki kuda Zhao Hong dan menyabetkan pedangnya sehingga menyebabkan banyak tentara pemberontak tewas.

Liu Zhang

Nama Lengkap: Liu Jiyu
Lahir: A.D. 167
Ayah: Liu Yan

Meneruskan ayahnya, Liu Yan, sebagai Gubernur dari Propinsi Yizhou, dan juga merupakan kerabat jauh dari Liu Bei. Dengan adanya kekuatan Zhang Lu yang mendekati Yizhou dan kekuatan yang tidak seimbang antara keduanya. Liu Zhang menuruti nasehat salah satu anak buahnya, Zhang Song, untuk meminta bantuan Liu Bei mempertahankan Xichuan demi mencegah laju tentara Zhang Lu.

Meskipun beberapa anak buahnya menganggap usul tersebut bagaikan mengundang Liu Bei untuk menguasai Xichuan, namun Liu Zhang tetap pada pendiriannya, bahkan Liu Zhang mengadakan pesta penyambutan secara besar-besaran. Liu Zhang tentunya sudah tidak bernyawa jika tidak ada Liu Bei yang mencegah pesta tarian pedang lepas kendali. Pesta tarian pedang yang dibawakan Wei Yan merupakan ide Pang Tong untuk membunuh Liu Zhang dan mengambil alih Xichuan untuk Liu Bei.

Hubungan baik antara Liu Zhang dan Liu Bei tidak berumur panjang, karena Liu Zhang berhasil dipengaruhi oleh kelompok yang menentang Liu Bei, sehingga beranggapan bahwa kedatangan Liu Bei tidak hanya untuk mempertahankan Xichuan, namun ada rencana tersendiri.

Sementara itu, surat dari Zhuge Liang yang berada di Jingzhou memberi tahu Liu Bei bahwa kepulangan istri Liu Bei dapat merupakan awal dari persiapan untuk menyerang Wu. Dengan adanya surat itu, Pang Tong menyarankan Liu Bei meminjam 40.000 tentara dan perbekalan dari Liu Zhang untuk menguji ketulusan hati Liu Zhang. Terbujuk oleh kelompok penentang Liu Bei, Liu Zhang hanya memberikan tentara yang sudah tua, sebanyak 4.000 orang, dan sejumlah kecil perbekalan, jauh dibawah permintaan Liu Bei. Keadaan terdesak memaksa Liu Bei untuk menduduki Terusan Fu demi mengamankan jalan pulang ke Jingzhou.

Kejatuhan Terusan Fu meluruskan jalan Liu Bei untuk menguasai Luocheng. Yang merupakan sebuah tempat strategis antara Chengdu dan pasukan Liu Bei berada saat itu. Liu Zhang memerintahkan Zhang Ren, Liu Gui, Deng Xian dan Leng Bao untuk membantu mempertahankan Luocheng.

Tragisnya, Liu Zhang juga mengirimkan permohonan kepada Zhang Lu untuk membantu mempertahankan diri terhadap Liu Bei.

Jenderal-Jenderal Liu Zhang berhasil menahan Liu Bei di Luocheng, namun kedatangan bantuan dari Jingzhou membuat keadaan berbalik menguntungkan Liu Bei. Ditambah lagi dengan bergabungnya Ma Chao ke pihak Liu Bei membuat keadaan semakin baik bagi Liu Bei. Akhirnya Liu Zhang dapat dipaksa menyerah dan keluar dari Chengdu untuk menghindari pertumpahan darah lebih lanjut, meskipun beberapa pengikut Liu Zhang ingin bertahan sampai titik darah penghabisan.

Setelah menyerah, Liu Zhang dikirim oleh Liu Bei ke Nanjun di Jingzhou.

Lu Su

Nama Lengkap: Lu Zijing
Lahir: A.D. 172
Meninggal: A.D. 217

Dipilih oleh Zhou Yu sebagai penerus untuk menduduki posisi Panglima Tertinggi pada Kerajaan Wu. Lu Su memiliki sifat yang lebih tabah dan tenang daripada Zhou Yu. Lu Su pernah memberikan nasehat kepada Zhou Yu agar lebih memperhatikan masalah mempertahankan Kerajaan Wu dari serangan Cao Cao daripada memikirkan bagaimana melenyapkan Zhuge Liang.

Dibandingkan dengan Zhou Yu, Lu Su lebih menyukai penyelesaian dengan jalan damai. Meskipun dia adalah Panglima Tertinggi, Lu Su sering meninjau daerah Kerajaan Wu secara pribadi. Zhuge Liang mengambil kesempatan dari cara Lu Su menyelesaikan masalah dan berhasil menguasai Jingzhou dalam waktu yang lebih lama. Namun lama kelamaan, kesabaran Sun Quan habis dan memerintahkan Lu Su untuk menyerang Jingzhou karena jalan damai tidak dirasakan memberikan hasil.

Lu Su mencoba langkah terakhir dalam diplomasi dengan mengundang jenderal yang berwenang di Jingzhou, Guan Yu. Rencananya adalah agar pada saat Guan Yu datang ke sisi Sungai Yangtze, yang merupakan bagian dari Kerajaan Wu, Guan Yu akan melihat kegagahan dan kekuatan dari pasukan Kerajaan Wu sehingga membuat Guan Yu gentar, atau memaksa Guan Yu menyerahkan Jingzhou. Meskipun Guan Yu datang sendirian, Guan Yu berhasil melarikan diri dengan berpura-pura mabuk dan menyeret Lu Su sebagai pembuka jalan menuju perahu. Takut Guan Yu akan melukai Panglima mereka, tentara dan para jenderal Wu tidak berani bertindak apa-apa.

Lu Su meninggal tidak lama setelah Kerajaan Wu berhasil menguasai Jingzhou dengan serangan tiba-tiba yang ditujukan kepada Guan Yu ketika Guan Yu sedang berperang melawan Cao Cao.

Bab 1 Bagian 1: 3 Pendekar Bersumpah Menjadi Saudara

Di Kota Zhou hiduplah seorang yang sangat bersemangat, Dia bukanlah seorang pelajar kutu buku tetapi Wawasannya sangat luas dan pikirannya terbuka untuk banyak hal. Bicaranya tidak banyak dan pembawaanya sangat tenang. Tubuhnya Tinggi Tegap, matanya besar dan kupingnya lebar, tanganya kuat dan bahunya lebar serta memiliki bibir berwana kemerahan dan muka yang tidak pucat, matanya bersinar penuh dengan semangat yang ada di dalam dirinya.

Dia adalah keturunan dari pangeran Sheng dari ZhongShan yang ayahnya adalah Kaisar JING (memerintah dari thn 157 SM-141 SM),kaisar ke 4 dinasti Han. Dia bernama Liu Bei. Lama sebelumnya salah satu kakeknya pernah menjadi gubernur didaerah itu, tetapi kehilangan jabatannya akibat kesalah yang dilakukannya pada suatu upacara kerajaan. Ayahnya adalah Liu Hong, seorang pelajar dan pejabat yang jujur tetapi seperti semua layaknya pejabat yang jujur waktu itu maka dia mati muda dan meninggalkan keluarganya hidup dalam kemiskinan dan Liu Bei terkenal karena dia sangat hormat kepada ibunya.

Pada saat itu keluarga Liu Bei sangat miskin dan Liu Bei mendapatkan uang dari hasil menjual sendal dan tikar jerami. Rumahnya berada disebuah desa tidak jauh dari kota Zhou. Didekat Rumahnya tumbuh sebuah pohon Mulberry (Yang biasa dijadikan tempat beternak ulat sutera) yang kalau dilihat dari jauh tampak seperti kanopi yang menaungi kereta kuda kerajaan. Tidak ada yang istimewa dengan rumah itu sendiri, tetapi pernah suatu ketika lewat seorang peramal yang mengatakan bahwa “Suatu hari seorang yang hebat akan muncul dari rumah tersebut”.

Ketika Kecil Liu Bei sering sekali bermain dengan teman-teman sebayanya dipohon itu. Dan dia suka memanjat pohon itu seraya berteriak “Aku Liu Bei, adalah Putra Langit dan ini adalah kereta kuda ku”. Pamannya Liu YuanQi melihat bahwa Liu Bei tidaklah seperti anak-anak umumnya dan merasa bahwa kehadirannya di keluarga Liu ini adalah sebuah pertanda.

Ketika Liu Bei berumur 15 thn, ibunya mengirimnya bersekolah (belajar lebih tepat maksudnya karena pada saat itu orang yang bisa bersekolah adalah yang kaya atau pintar sekali). Untuk beberapa saat Liu Bei melayani Zheng Xuan dan Lu Zhi dan dia menjadi teman dekat dari Gongsun Zan.

Liu Bei berumur 28 tahun ketika pemberontakan Jubah Kuning terjadi. Ketika Dia melihat Pengumuman mengenai perekrutan pasukan karena ada pemberontakah dia menghela napas dalam-dalam.

Tiba-tiba dari belakangnya terdengar orang berkata “Tuan, mengapa anda menarik napas jikalau anda tidak membantu negara dengan menjadi tentara ?” Berbalik tiba-tiba, Liu Bei melihat orang dengan badan yang tinggi besar. Dengan kepala yang bundar seperti kepala Macan Tutul, Mata yang besar, Dagu yang lebar dan suara seperti auman singa. Seketika itu Liu Bei sadar bahwa dia tidak berbicara dengan orang biasa-biasa saja dan dia menanyakan siapa namanya.

Zhang Fei adalah namaku”, Balas orang itu, “Aku hidup di dekat sini dan mempunyai pertanian, dan aku juga menjual arak dan daging. Aku juga suka berteman dengan orang-orang dan helaan nafasmu membuat aku tertarik untuk berbicara padamu”.

Liu Bei membalas “Aku masih keturunan kekaisaran, namaku adalah Liu Bei dan harapanku adalah bisa memadamkan pemberontakan jubah kuning tersebut tetapi aku tidak dapat melakukan apa-apa”.

Zhang Fei menjawab “Aku juga bermaksud sama. Bagaimana kalau kau dan aku bersama membangun pasukan dan melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk masalah ini ?” Ini adalah kabar gembira buat Liu Bei dan mereka berdua akhirnya pergi ke sebuah penginapan untuk berbincang-bincang. Ketika mereka sedang minum-minum, tiba-tiba muncul di hadapan mereka seorang berbadan besar, tinggi dan mendorong gerobak besar tiba-tiba masuk ke dalam penginapan tersebut dan memanggil pelayan seraya berkata “Pelayan, Bawakan aku arak, dan cepatlah aku akan pergi ke balai kota untuk mendaftarkan diri menjadi tentara”

Liu Bei memperhatikan si pendatang itu, dan memperhatikan bahwa badannya sangat besar dan berjanggut panjang dan berwajah merah seperti apel. Bermata seperti Phoenix dan beralis seperti segulung sutera. Keseluruhan penampilannya memberikan aura bahwa dia adalah orang yang kuat dan memiliki kebanggan diri yang tinggi. Lalu Liu Bei mendekatinya dan menanyakan namanya.

“Saya adalah Guan Yu“, Balas orang itu, “Saya berasal dari seberang sungai, telah lima tahun saya menjadi buron karena saya membunuh seorang penjahat yang kaya dan berkuasa tapi menyengsarakan rakyat, saya kesini untuk masuk dalam ketentaraan”.

Dan Liu Bei pun akhirnya menceritakan tujuannya juga dan bersama dengan Zhang Fei mereka menuju pertanian Zhang Fei untuk membicarakan Rencana besar mereka.

Kata Zhang Fei ” Pohon Persik di belakang Rumahku sedang bermekaran dan bunga indah sekali, besok kita akan mempersembahkan kurban untuk bersumpah sebagai saudara dihadapan langit dan bumi dan memohong pertolongan langit agar kita berhasil dalam tugas kita untuk menumpas pemberontak dan mendamaikan negara”.

Liu Bei dan Guan Yu setuju dengan rencana tersebut.

Bertiga mereka keesokan harinya mempersiapkan upacara, seekor lembu jantan, seekor kuda putih dan 3 cangkir arak dipersembahkan dalam upacara tersebut. Mereka lalu bersujud kepada langit dan bumi seraya bersumpah :

“Kami Bertiga, Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei, Walaupun berbeda keluarga tapi memiliki satu hati dan bersumpah untuk saling mengangkat saudara dan membantu sesama sampai akhir. Kami bersumpah untuk saling membantu sesama dimasa susah dan menikmati kesenangan bersama dimasa-masa yang bahagia, Kami bersumpah untuk melayani negara dan rakyat. Kami Tidak dilahirkan di saat yang sama, tetapi kami bersedia mati di saat yang sama. Semoga Langit, yang Maha Kuasa, bumi dan semua hal yang menghasilkan mendengar sumpah kami. Jika Kami melupakan Sumpah ini dan kebaikan serta kebenaran maka biarlah langit dan bumi menyiksa kami.”

Mereka semua bangkit berdiri dan Guan Yu serta Zhang Fei membungkuk hormat pada Liu Bei, Liu Bei sebagai kakak tertua, Guan Yu no 2, Dan Zhang Fei no 3. Mereka menyembelih lembu tersebut dan mengadakan pesta syukuran bersama dengan penduduk desa, 300 orang datang dan bergabung dengan mereka dan bersedia bersama-sama dengan mereka untuk memperjuangkan negara demi terciptanya kedamain kembali.

Perjalanan Ketiganya baru akan dimulai. Langit mempertemukan mereka dan mempersatukan mereka dalam ikatan persaudaraan. Ikatan yang akan selalu dikenang sepanjang jaman, dimana tidak ada satu apapun dapat memisahkan mereka, tidak juga kematian. Persaudaraan sepanjang jaman demi menciptakan kedamaian di singasana naga.

Bab 1 Bagian 2: Bersama Menghancurkan Pemberontak

Setelah bersumpah menjadi saudara dan berhasil merekrut pasukan pertamanya pada keseokan harinya 3 saudara itu mulai mempersiapkan diri mereka semua untuk maju kemedan perang melawan para pemeberontak.

Setelah senjata dikumpulkan dan dibagi-bagikan mereka sadar bahwa mereka tidak memiliki kuda seekorpun. Tetapi mereka di gembirkan oleh kabar bahwa ada seorang pedangang kuda yang barus memasuki kota.

“Langit membantu kita”, kata Liu Bei.

3 saudara tersebut menyambut sang pedangang kuda tadi. Mereka adalah Zhang Shi Ping dan Su Shuang dari ZhongShan. Mereka pergi kedaerah utara setiap tahunnya untuk membeli kuda. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan pulang karena adanya pemberontakan dimana-mana. 3 saudara itu mengundang mereka pergi ke tanah pertanian Zhang Fei dan menjamu mereka dengan arak. Liu Bei lalu menceritakan rencana mereka untuk berjuang mengembalikan kedamaian bagi rakyat. Kedua pedagang itu sangat bersimpati dan akhirnya memberikan 50 kuda, 500 ons emas dan perak, 1500 pon besi baja untuk dibuat senjata.

3 saudara itu sangat berterima kasih dan kemudian saudagar kaya itu meninggalkan mereka. Kemudian Liu Bei mencari seorang pandai besi untuk membuat senjata, Liu Bei membuat pedang kembar yang disebut “Shuang Jian“, Guan Yu membuat sebuah tombak besar dengan ujung yang melengkung dan berukiran naga hijau di sisinya dengan berat 100 pon yang disebut “Qing Long Yan Yue Tao” dan Zhang Fei membuat sebuah tombak dengan ujung seperti lekukan ular dan panjang 10 kaki disebut “She Mao“.

Dan mereka pun juga dilengkapi dengan baju besi dan helm. Ketika senjata sudah siap, pasukan yang kini berjumlah 500 orang tentara bergerak menuju tempat Komandan Zhou Jing yang membawa mereka kepada gubernur Liu Yan. Ketika Prosesi upacara selesai, Liu Bei memperkenal Diri pada Liu Yan dan Liu Yan memperlakukan Liu Bei dengan hormat karena didasarkan pada silsilah Liu Bei.

Tidak lama sebelumnya diberitakan bahwa pasukan pemberontak jubah kuning di bawah pimpinan Cheng Yuan Zi telah menyerang daerah sekitarnya dengan pasukan berkekuatan 15.000 orang. Liu Yan dan Zhou Jing memerintahkan Liu Bei dan saudaranya untuk menghadapi pasukan pemberontak. Liu Bei dengan senang hati menerima perintah itu dan langsung mempersiapkan pasukannya untuk pergi menuju bukit Da Xing. Di sana mereka bertemu dengan pasukan pemberontak jubah kuning. Liu Bei langsung menerjang maju, diikuti dengan Guan Yu Di kirinya dan Zhang Fei di kanannya.

Sambil melaju mendekati pasukan musuh Liu Bei berteriak “Hai, Pemberontak, mengapa kau tidak turun dari kudamu dan menyerahlah !!!” Pimpinan pasukan pemberontak Cheng Yuan Zi mendengar ejekan Liu Bei langsung mengirimkan salah satu jendralnya Deng Mao untuk bertarung. Ketika Deng Mao maju mendekati Liu Bei, Zhang Fei langsung memacu kudanya berada didepan Liu Bei, hanya dengan sekali hunusan Tombak Zhang Fei langsung merobohkan Deng Mao. Cheng Yuan Zi yang melihat hal ini langsung mengambil senjatanya dan memacu kudanya mendekati Zhang Fei. Kali Ini Guan Yu yang menghadang, Guan Yu langsung mennebaskan Goloknya dan seketika itu juga tubuh Cheng Yuan Zi terbelah menjadi
dua.

Karena pemimpinnya sudah tewas maka pasukan pemberontak langsung lari kocar-kacir dan meninggalkan persenjataan mereka. Tentara pemerintah langsung mengejar mereka, banyak yang berhasil ditangkap dan akhirnya perang hari itu dimenangkan oleh pasukan kerajaan.

Ketika mereka semua kembali, Liu Yan langsung menyambut mereka dan membagikan hadiah. Tapi keesokan harinya datang surat dari gubernur Gong Jing dari wilayah JingZhou yang menginformasikan kota mereka sedang dikepung oleh tentara pemberontak dan kota sudah hampir jatuh. Mereka membutuhkan bantuan segera.

Liu Bei begitu mendengar kabar ini langsung memutuskan untuk berangkat membantu. Liu Bei langsung berangkat keesokan paginya dengan tentaranya dan dibantu dengan 5000 tentara kerajaan dibawah pimpinan jendral Zhou Jing. Tentara pemberontak begitu melihat ada bantuan yang datang langsung membagi pasukannya, 1/2 menghadapi pasukan Liu Bei dan Zhou Jing. Pasukan Liu Bei tidak dapat menembus pertahanan pasukan pemberontak akhirnya memutuskan mundur sejauh 10 Km. Liu Bei
lalu berkata “Kita sedikit dan mereka terlalu banyak, mereka hanya dapat kita kalahkan dengan strategi yang jitu.”

Akhirnya direncanakanlah serangan mendadak, Di jalan menuju kota Liu Bei memerintahkan Guan Yu untuk bersembunyi di sebelah kanan dan Zhang Fei di sebelah kiri, sedangkan Liu Bei memimpin pasukan utama. Ketika persiapan telah selesai lalu Liu Bei maju mendekati pasukan pemberontak, dan ketika pasukan pemberontak juga bergerak maju tiba-tiba Liu Bei membunyikan gong tanda mundur. Pasukan Pemberontak yang mengira pasukan Liu Bei takut lalu langsung mengejar pasukan Liu Bei hingga masuk kedalam jalan setapak. Gong lalu dibunyikan tanda pasukan Guan Yu dan Zhang Fei menyerang sekarang. Lalu pasukan pemberontak terjebak dari 3 sisi dan mereka mengalami korban jiwa yang banyak. Mendengar kabar bahwa teman-teman mereka diserang secara tiba-tiba, pasukan pemberontak yang lain datang membantu dan mengakibatkan pengepungan terhadap kota jadi melemah, melihat hal ini gubernur Gong Jing langsung memimpin pasukan yang tersisa berjumlah 3000 orang langsung menyerbu keluar benteng. Tentara pemberontak yang kebingungan akhirnya dapat dihancurkan dan mereka banyak yang terbunuh.

Setelah perayaan kemenangan Komandan Zhou Jing memohon diri untuk kembali ke Yizhou. Tapi Liu Bei berkata “Kami dengar komandan Lu Zhi sedang berjuang melawan serang pemberontak yang dipimpin Zhang Yue di GuangZong. Lu Zhi adalah guruku dan aku ingin membantunya.”

Akhirnya Zhou Jing dan Liu Bei berpisah, dan 3 bersaudara itu akhirnya pergi ke GuangZong dengan tentara mereka. Mereka akhirnya berhasil sampai keperkemahan tentara Lu Zhi dan mereka diterima disana dengan baik.

Pada saat itu bala tentara Zhang Yue berjumlah 150.000 orang sedangkan tentara Lu Zhi berjumlah 15.000 orang. Setiap hari terjadi pertempuran kecil tetapi tidak ada yang dapat mengalahkan satu sama lain.

Lu Zhi berkata pada Liu Bei, “Aku dapat mengepung pemberontak itu disini, tetapi Zhang Ba dan Zhang Lian menekan Huangfu Song dan Zhu Jun di YiChuan. Aku akan memberimu 1000 tentara untuk melihat keadaan mereka dan setelah itu baru kita pikirkan rencana penyerangan kita.”

Akhirnya Liu Bei berangkat secepatnya menuju YiChuan, Pada saat ini tentara kerajaan berhasil memukul mundur pemberontak hingga ke Chang Se dan mereka berkemah di lapangan rumput.

Melihat hal ini Huangfu Song berkata kepada Zhu Jun ” Tentara pemberontak berkemah di rerumputan, kita dapat menyerang mereka dengan api.”

Akhirnya tentara kerajaan diperintahkan untuk mengambil rumput kering, dan rumput-rumput itu dikumpulkan lalu disirami minyak. Rumput-rumput itu diletakan di sekeliling daerah perkemahan tentara pemberontak. Ketika malam tiba, angin tiba-tiba berhembus menuju arah kamp pemberontak. Ketika melihat hal ini, maka Huangfu Song dan Zhu Jun langsung memerintahkan penyerangan, seketika itu api berkobar menutupi perkemahan tentara pemberontak. Tentara pemberontak kebingungan dan kebanyakan mati mengenaskan karena terbakar. Tidak ada waktu lagi untuk memakai baju zirah dan menaiki kuda, mereka semua berserakan ke segala arah.

Pertempuran berlangsung hingga fajar menyingsing, Zhang Ba dan Zhang Lian beserta sekelompok kecil pemberontak berhasil melarikan diri. Tetapi tiba-tiba di hadapan mereka muncul sekelompok tentara dengan bendera berwarna merah. Pemimpin mereka berukuran tubuh sedang, dengan mata yang kecil dan janggut yang panjang. Dia adalah Cao-Cao dari Bei Juo, dia berpangkat jendral pasukan berkuda kerajaan. Ayahnya adalah Cao Song, tapi bukanlah benar-benar keturunan keluarga Cao. Cao Song terlahir dengan marga XiaoHou, tetapi dia telah diangkat anak oleh Kasim Cao Teng dan merubah marganya.

Sebagai seorang pemuda Cao-cao menggemari berburu, musik dan tarian. Dia sangat berbakat dan penuh dengan akal. Seorang pamannya sering melihat Cao-cao ini sangat labil, terkadang marah kepadanya dan melaporkan perilaku buruknya kepada orang tua Cao-cao. Ayahnya lalu memarahi Cao-cao.

Tetapi Cao-cao membalasnya, Suatu hari ketika Cao-cao melihat pamannya datang, maka dia tiba-tiba pura terjatuh dan kesakitan. Sang Paman lalu lari dan mengatakan pada ayahnya yang akhirnya datang melihat, tetapi ketika ayahnya datang Cao-cao baik-baik saja. “Tetapi pamanmu berkata bahwa kau terluka, apakah kamu baik-baik saja ?”, Kata ayahnya.

“Aku tidak pernah mengalami luka apapun,” kata Cao-cao, ” tetapi aku telah kehilangan kepecayaan pamanku dan dia hanya menipumu.”. Setelah itu apapun yang pamannya katakan mengenai kesalahan Cao-cao, ayahnya tidak pernah mendengarkannya lagi. Akhirnya Cao-cao tumbuh dewasa dengan seenaknya dan tidak terkontrol.

Seorang pria pada saat itu bernama Qiao Xuan berkata pada Cao-cao, “Pemberontakan sudah didepan mata, dan hanya orang dengan kemampuan terhebat yang dapat membawa perdamaian kembali muncul, dan orang itu adalah kau.” dan He Yong dari NanYang berkata kepadanya “Dinasti Han sedang mengalami keruntuhan, orang yang dapat mengembalikan kedamaian adalah dia dan hanya dia.” Cao-cao pergi ke Runan untuk menanyakan mengenai masa depannnya pada orang benama Xu Shao. “Orang Seperti Apakah aku ini ?” tanya Cao-cao.

Peramal itu tidak berkata apa, lagi dan lagi Caocao menanyakan hal itu. lalu Xu Shou menjawab “Dalam masa damai kamu adalah orang berguna, dalam masa kekacauan kamu adalah pahlawan yang hebat.”

Cao-cao sangat senang mendengar jawaban ini.

Cao-cao lulus dari akademi militer pada umur 20 tahun dan mendapatkan reputasi sebagai orang yang berintegritas. Dia memulai karir sebagai kepala komandan disebuah distrik di ibukota. Di keempat gerbang ibu kota dia menaruh gada dengan berbagai bentuk dan dia akan menghukum orang yang melanggar hukum apapun pangkat orang itu. Seorang paman dari kasim Jian Shuo ditemukan membawa pedang dijalanan pada malam hari dan itu merupakan pelanggaran. Karena itu pula maka ia dihukum dengan dipukul menggunakan gada itu. Setelah itu tidak ada seorangpun yang berani melanggar aturan lagi. Nama cao-cao akhirnya menjadi terkenal dan dia diangkat menjadi kepala pengadilan di DunQiu.

Ketika pemberontakan Jubah Kuning dimulai, Cao-cao berpangkat jendral dan kepadanya diberikan 5000 pasukan berkuda dan infantri untuk bertempur di Yingchuan. Dia kebetulan bertemu dengan sisa2x pemberontak. Ribuan tewas dan banyak sekali kuda, drum, senjata, bendera yang berhasil direbut berikut jumlah uang yang sangat besar. Tetapi Zhang Ba dan Zhang Liang berhasil melarikan diri. Dan setelah bertemu dengan Huangfu Song, Cao-cao mengejar sisa pemberontak yang melarikan diri.

Sementara itu Liu Bei dan saudaranya sedang berkuda menuju YingChuan ketika mereka mendengar bunyi pertempuran dan melihat api di angkasa. Tetapi mereka terlambat datang ke pertempuran. Mereka melihat HuangFu Song dan Zhu Jun dan kepada mereka Liu Bei menjelaskan maksud kedatangannya.

“Kekuatan pemberontak telah hancur di sini” kata jendral itu, “Tetapi mereka pasti akan pergi ke GuanZong untuk bergabung dengan Zhang Jue. Kamu tidak dapat melakukan apapun disini, lebih baik kamu cepat kembali ke GuanZong”. Liu Bei akhirnya memimpin pasukannya kembali ke GuanZong, Di tengah perjalanan mereka melihat pasukan istana sedang mengawal tawanan dalam kereta. Ketika mereka mendekat, mereka melihat bahwa tahanan tersebut adalah Lu Zhi, jendral yang akan mereka tolong. Dengan cepat Liu Bei turun dari kudanya dan bertanya apa yang terjadi.

Lu Zhi Bercerita “Aku telah mengepung tentara pemberontak dan dalam posisi siap menghancurkan mereka, ketika Zhang Yue menggunakan ilmu gaibnya dan mengagalkan seranganku. Kerajaan mengirimkan kasim Zhuo Feng untuk menyelidiki kekalahku, pejabat itu menuntut sogokan. Aku beritahukan padanya berapa keras kita mencoba untuk mengalahkan musuh dan dalam situasi seperti ini bagaimana caranya aku dapat mencarikan upeti untuknya. Dia pergi dengan marah dan melaporkan pada
istana bahwa aku menyembunyikan pampasan perang dan tidak membagikannya dan itu membuat pasukanku kehilangan semangat. Jadi aku digantikan oleh Dong Zhuo, dan aku harus pergi ke ibu kota untuk menjawab tuntutan pengadilan.”

Cerita itu membuat Zhang Fei marah dan nyaris saja dia membunuh para pengawal-pengawal kerajaan itu. Tapi Liu Bei mencegahnya. “Pemerintah akan mengurusnya dengan adil” kata Liu Bei “Kau jangan bertindak gegabah.”

Akhirnya tidak ada gunanaya mengikuti jalan itu menuju GuanZong, Guan Yu mengusulkan agar mereka kembali ke Zhuo. Dua hari kemudian gelegar peperangan kembali terdengar dibalik bukit. Dengan cepat mereka menuju atas bukit dan melihat tentara pemerintah mengalami kekalahan. Mereka melihat seluruh dataran telah dipenuhi tentara pemberontak jubah kuning dan dibendera mereka tertulis: Zhang Jue, Penguasa Langit.

“Kita akan menyerang Zhang Jue!” lata Liu Bei kepada saudaranya, dan mereka memacu kudanya untuk ikut bertempur. Zhang Jue berhasil mengalahkan pasukan Dong Zhuo dan terus menekan. Dia sedang bersemangat untuk menghancurkan seluruh pasukan pemerintah ketika tentara Liu Bei tiba, pasukannya kebingungan karena muncul pasukan yang tak dikenal ditengah2x mereka. Akhirnya pasukan Zhang Jue kacau dan mundur sejauh 15 km. Liu Bei berhasil menyelematkan jendral pasukan pemerintah dan kembali ke perkemahan mereka.

“Apakah Jabatanmu ?” Tanya Dong Zhuo.

“Tidak ada” jawab Lie Bei.

Dan Dong Zhuo memperlakukan mereka dengan tidak hormat. Liu Bei pergi dengan tenang, tetapi Zhang Fei marah besar.

“Kita Baru saja menyelamatkan nyawanya dalam pertempuran yang sengit” teriak Zhang Fei, ” Dan sekarang dia bersikap kasar pada kita! tidak ada apapun juga yang dapat meredam kemarahanku kecuali kematiannya!”.

Zhang Fei berjalan menuju tenda Dong Zhuo dan ditanganya dia mengengam sebilah pedang.

Bab 1 Bagian 2: Bersama Menghancurkan Pemberontak

Setelah bersumpah menjadi saudara dan berhasil merekrut pasukan pertamanya pada keseokan harinya 3 saudara itu mulai mempersiapkan diri mereka semua untuk maju kemedan perang melawan para pemeberontak.

Setelah senjata dikumpulkan dan dibagi-bagikan mereka sadar bahwa mereka tidak memiliki kuda seekorpun. Tetapi mereka di gembirkan oleh kabar bahwa ada seorang pedangang kuda yang barus memasuki kota.

“Langit membantu kita”, kata Liu Bei.

3 saudara tersebut menyambut sang pedangang kuda tadi. Mereka adalah Zhang Shi Ping dan Su Shuang dari ZhongShan. Mereka pergi kedaerah utara setiap tahunnya untuk membeli kuda. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan pulang karena adanya pemberontakan dimana-mana. 3 saudara itu mengundang mereka pergi ke tanah pertanian Zhang Fei dan menjamu mereka dengan arak. Liu Bei lalu menceritakan rencana mereka untuk berjuang mengembalikan kedamaian bagi rakyat. Kedua pedagang itu sangat bersimpati dan akhirnya memberikan 50 kuda, 500 ons emas dan perak, 1500 pon besi baja untuk dibuat senjata.

3 saudara itu sangat berterima kasih dan kemudian saudagar kaya itu meninggalkan mereka. Kemudian Liu Bei mencari seorang pandai besi untuk membuat senjata, Liu Bei membuat pedang kembar yang disebut “Shuang Jian“, Guan Yu membuat sebuah tombak besar dengan ujung yang melengkung dan berukiran naga hijau di sisinya dengan berat 100 pon yang disebut “Qing Long Yan Yue Tao” dan Zhang Fei membuat sebuah tombak dengan ujung seperti lekukan ular dan panjang 10 kaki disebut “She Mao“.

Dan mereka pun juga dilengkapi dengan baju besi dan helm. Ketika senjata sudah siap, pasukan yang kini berjumlah 500 orang tentara bergerak menuju tempat Komandan Zhou Jing yang membawa mereka kepada gubernur Liu Yan. Ketika Prosesi upacara selesai, Liu Bei memperkenal Diri pada Liu Yan dan Liu Yan memperlakukan Liu Bei dengan hormat karena didasarkan pada silsilah Liu Bei.

Tidak lama sebelumnya diberitakan bahwa pasukan pemberontak jubah kuning di bawah pimpinan Cheng Yuan Zi telah menyerang daerah sekitarnya dengan pasukan berkekuatan 15.000 orang. Liu Yan dan Zhou Jing memerintahkan Liu Bei dan saudaranya untuk menghadapi pasukan pemberontak. Liu Bei dengan senang hati menerima perintah itu dan langsung mempersiapkan pasukannya untuk pergi menuju bukit Da Xing. Di sana mereka bertemu dengan pasukan pemberontak jubah kuning. Liu Bei langsung menerjang maju, diikuti dengan Guan Yu Di kirinya dan Zhang Fei di kanannya.

Sambil melaju mendekati pasukan musuh Liu Bei berteriak “Hai, Pemberontak, mengapa kau tidak turun dari kudamu dan menyerahlah !!!” Pimpinan pasukan pemberontak Cheng Yuan Zi mendengar ejekan Liu Bei langsung mengirimkan salah satu jendralnya Deng Mao untuk bertarung. Ketika Deng Mao maju mendekati Liu Bei, Zhang Fei langsung memacu kudanya berada didepan Liu Bei, hanya dengan sekali hunusan Tombak Zhang Fei langsung merobohkan Deng Mao. Cheng Yuan Zi yang melihat hal ini langsung mengambil senjatanya dan memacu kudanya mendekati Zhang Fei. Kali Ini Guan Yu yang menghadang, Guan Yu langsung mennebaskan Goloknya dan seketika itu juga tubuh Cheng Yuan Zi terbelah menjadi
dua.

Karena pemimpinnya sudah tewas maka pasukan pemberontak langsung lari kocar-kacir dan meninggalkan persenjataan mereka. Tentara pemerintah langsung mengejar mereka, banyak yang berhasil ditangkap dan akhirnya perang hari itu dimenangkan oleh pasukan kerajaan.

Ketika mereka semua kembali, Liu Yan langsung menyambut mereka dan membagikan hadiah. Tapi keesokan harinya datang surat dari gubernur Gong Jing dari wilayah JingZhou yang menginformasikan kota mereka sedang dikepung oleh tentara pemberontak dan kota sudah hampir jatuh. Mereka membutuhkan bantuan segera.

Liu Bei begitu mendengar kabar ini langsung memutuskan untuk berangkat membantu. Liu Bei langsung berangkat keesokan paginya dengan tentaranya dan dibantu dengan 5000 tentara kerajaan dibawah pimpinan jendral Zhou Jing. Tentara pemberontak begitu melihat ada bantuan yang datang langsung membagi pasukannya, 1/2 menghadapi pasukan Liu Bei dan Zhou Jing. Pasukan Liu Bei tidak dapat menembus pertahanan pasukan pemberontak akhirnya memutuskan mundur sejauh 10 Km. Liu Bei
lalu berkata “Kita sedikit dan mereka terlalu banyak, mereka hanya dapat kita kalahkan dengan strategi yang jitu.”

Akhirnya direncanakanlah serangan mendadak, Di jalan menuju kota Liu Bei memerintahkan Guan Yu untuk bersembunyi di sebelah kanan dan Zhang Fei di sebelah kiri, sedangkan Liu Bei memimpin pasukan utama. Ketika persiapan telah selesai lalu Liu Bei maju mendekati pasukan pemberontak, dan ketika pasukan pemberontak juga bergerak maju tiba-tiba Liu Bei membunyikan gong tanda mundur. Pasukan Pemberontak yang mengira pasukan Liu Bei takut lalu langsung mengejar pasukan Liu Bei hingga masuk kedalam jalan setapak. Gong lalu dibunyikan tanda pasukan Guan Yu dan Zhang Fei menyerang sekarang. Lalu pasukan pemberontak terjebak dari 3 sisi dan mereka mengalami korban jiwa yang banyak. Mendengar kabar bahwa teman-teman mereka diserang secara tiba-tiba, pasukan pemberontak yang lain datang membantu dan mengakibatkan pengepungan terhadap kota jadi melemah, melihat hal ini gubernur Gong Jing langsung memimpin pasukan yang tersisa berjumlah 3000 orang langsung menyerbu keluar benteng. Tentara pemberontak yang kebingungan akhirnya dapat dihancurkan dan mereka banyak yang terbunuh.

Setelah perayaan kemenangan Komandan Zhou Jing memohon diri untuk kembali ke Yizhou. Tapi Liu Bei berkata “Kami dengar komandan Lu Zhi sedang berjuang melawan serang pemberontak yang dipimpin Zhang Yue di GuangZong. Lu Zhi adalah guruku dan aku ingin membantunya.”

Akhirnya Zhou Jing dan Liu Bei berpisah, dan 3 bersaudara itu akhirnya pergi ke GuangZong dengan tentara mereka. Mereka akhirnya berhasil sampai keperkemahan tentara Lu Zhi dan mereka diterima disana dengan baik.

Pada saat itu bala tentara Zhang Yue berjumlah 150.000 orang sedangkan tentara Lu Zhi berjumlah 15.000 orang. Setiap hari terjadi pertempuran kecil tetapi tidak ada yang dapat mengalahkan satu sama lain.

Lu Zhi berkata pada Liu Bei, “Aku dapat mengepung pemberontak itu disini, tetapi Zhang Ba dan Zhang Lian menekan Huangfu Song dan Zhu Jun di YiChuan. Aku akan memberimu 1000 tentara untuk melihat keadaan mereka dan setelah itu baru kita pikirkan rencana penyerangan kita.”

Akhirnya Liu Bei berangkat secepatnya menuju YiChuan, Pada saat ini tentara kerajaan berhasil memukul mundur pemberontak hingga ke Chang Se dan mereka berkemah di lapangan rumput.

Melihat hal ini Huangfu Song berkata kepada Zhu Jun ” Tentara pemberontak berkemah di rerumputan, kita dapat menyerang mereka dengan api.”

Akhirnya tentara kerajaan diperintahkan untuk mengambil rumput kering, dan rumput-rumput itu dikumpulkan lalu disirami minyak. Rumput-rumput itu diletakan di sekeliling daerah perkemahan tentara pemberontak. Ketika malam tiba, angin tiba-tiba berhembus menuju arah kamp pemberontak. Ketika melihat hal ini, maka Huangfu Song dan Zhu Jun langsung memerintahkan penyerangan, seketika itu api berkobar menutupi perkemahan tentara pemberontak. Tentara pemberontak kebingungan dan kebanyakan mati mengenaskan karena terbakar. Tidak ada waktu lagi untuk memakai baju zirah dan menaiki kuda, mereka semua berserakan ke segala arah.

Pertempuran berlangsung hingga fajar menyingsing, Zhang Ba dan Zhang Lian beserta sekelompok kecil pemberontak berhasil melarikan diri. Tetapi tiba-tiba di hadapan mereka muncul sekelompok tentara dengan bendera berwarna merah. Pemimpin mereka berukuran tubuh sedang, dengan mata yang kecil dan janggut yang panjang. Dia adalah Cao-Cao dari Bei Juo, dia berpangkat jendral pasukan berkuda kerajaan. Ayahnya adalah Cao Song, tapi bukanlah benar-benar keturunan keluarga Cao. Cao Song terlahir dengan marga XiaoHou, tetapi dia telah diangkat anak oleh Kasim Cao Teng dan merubah marganya.

Sebagai seorang pemuda Cao-cao menggemari berburu, musik dan tarian. Dia sangat berbakat dan penuh dengan akal. Seorang pamannya sering melihat Cao-cao ini sangat labil, terkadang marah kepadanya dan melaporkan perilaku buruknya kepada orang tua Cao-cao. Ayahnya lalu memarahi Cao-cao.

Tetapi Cao-cao membalasnya, Suatu hari ketika Cao-cao melihat pamannya datang, maka dia tiba-tiba pura terjatuh dan kesakitan. Sang Paman lalu lari dan mengatakan pada ayahnya yang akhirnya datang melihat, tetapi ketika ayahnya datang Cao-cao baik-baik saja. “Tetapi pamanmu berkata bahwa kau terluka, apakah kamu baik-baik saja ?”, Kata ayahnya.

“Aku tidak pernah mengalami luka apapun,” kata Cao-cao, ” tetapi aku telah kehilangan kepecayaan pamanku dan dia hanya menipumu.”. Setelah itu apapun yang pamannya katakan mengenai kesalahan Cao-cao, ayahnya tidak pernah mendengarkannya lagi. Akhirnya Cao-cao tumbuh dewasa dengan seenaknya dan tidak terkontrol.

Seorang pria pada saat itu bernama Qiao Xuan berkata pada Cao-cao, “Pemberontakan sudah didepan mata, dan hanya orang dengan kemampuan terhebat yang dapat membawa perdamaian kembali muncul, dan orang itu adalah kau.” dan He Yong dari NanYang berkata kepadanya “Dinasti Han sedang mengalami keruntuhan, orang yang dapat mengembalikan kedamaian adalah dia dan hanya dia.” Cao-cao pergi ke Runan untuk menanyakan mengenai masa depannnya pada orang benama Xu Shao. “Orang Seperti Apakah aku ini ?” tanya Cao-cao.

Peramal itu tidak berkata apa, lagi dan lagi Caocao menanyakan hal itu. lalu Xu Shou menjawab “Dalam masa damai kamu adalah orang berguna, dalam masa kekacauan kamu adalah pahlawan yang hebat.”

Cao-cao sangat senang mendengar jawaban ini.

Cao-cao lulus dari akademi militer pada umur 20 tahun dan mendapatkan reputasi sebagai orang yang berintegritas. Dia memulai karir sebagai kepala komandan disebuah distrik di ibukota. Di keempat gerbang ibu kota dia menaruh gada dengan berbagai bentuk dan dia akan menghukum orang yang melanggar hukum apapun pangkat orang itu. Seorang paman dari kasim Jian Shuo ditemukan membawa pedang dijalanan pada malam hari dan itu merupakan pelanggaran. Karena itu pula maka ia dihukum dengan dipukul menggunakan gada itu. Setelah itu tidak ada seorangpun yang berani melanggar aturan lagi. Nama cao-cao akhirnya menjadi terkenal dan dia diangkat menjadi kepala pengadilan di DunQiu.

Ketika pemberontakan Jubah Kuning dimulai, Cao-cao berpangkat jendral dan kepadanya diberikan 5000 pasukan berkuda dan infantri untuk bertempur di Yingchuan. Dia kebetulan bertemu dengan sisa2x pemberontak. Ribuan tewas dan banyak sekali kuda, drum, senjata, bendera yang berhasil direbut berikut jumlah uang yang sangat besar. Tetapi Zhang Ba dan Zhang Liang berhasil melarikan diri. Dan setelah bertemu dengan Huangfu Song, Cao-cao mengejar sisa pemberontak yang melarikan diri.

Sementara itu Liu Bei dan saudaranya sedang berkuda menuju YingChuan ketika mereka mendengar bunyi pertempuran dan melihat api di angkasa. Tetapi mereka terlambat datang ke pertempuran. Mereka melihat HuangFu Song dan Zhu Jun dan kepada mereka Liu Bei menjelaskan maksud kedatangannya.

“Kekuatan pemberontak telah hancur di sini” kata jendral itu, “Tetapi mereka pasti akan pergi ke GuanZong untuk bergabung dengan Zhang Jue. Kamu tidak dapat melakukan apapun disini, lebih baik kamu cepat kembali ke GuanZong”. Liu Bei akhirnya memimpin pasukannya kembali ke GuanZong, Di tengah perjalanan mereka melihat pasukan istana sedang mengawal tawanan dalam kereta. Ketika mereka mendekat, mereka melihat bahwa tahanan tersebut adalah Lu Zhi, jendral yang akan mereka tolong. Dengan cepat Liu Bei turun dari kudanya dan bertanya apa yang terjadi.

Lu Zhi Bercerita “Aku telah mengepung tentara pemberontak dan dalam posisi siap menghancurkan mereka, ketika Zhang Yue menggunakan ilmu gaibnya dan mengagalkan seranganku. Kerajaan mengirimkan kasim Zhuo Feng untuk menyelidiki kekalahku, pejabat itu menuntut sogokan. Aku beritahukan padanya berapa keras kita mencoba untuk mengalahkan musuh dan dalam situasi seperti ini bagaimana caranya aku dapat mencarikan upeti untuknya. Dia pergi dengan marah dan melaporkan pada
istana bahwa aku menyembunyikan pampasan perang dan tidak membagikannya dan itu membuat pasukanku kehilangan semangat. Jadi aku digantikan oleh Dong Zhuo, dan aku harus pergi ke ibu kota untuk menjawab tuntutan pengadilan.”

Cerita itu membuat Zhang Fei marah dan nyaris saja dia membunuh para pengawal-pengawal kerajaan itu. Tapi Liu Bei mencegahnya. “Pemerintah akan mengurusnya dengan adil” kata Liu Bei “Kau jangan bertindak gegabah.”

Akhirnya tidak ada gunanaya mengikuti jalan itu menuju GuanZong, Guan Yu mengusulkan agar mereka kembali ke Zhuo. Dua hari kemudian gelegar peperangan kembali terdengar dibalik bukit. Dengan cepat mereka menuju atas bukit dan melihat tentara pemerintah mengalami kekalahan. Mereka melihat seluruh dataran telah dipenuhi tentara pemberontak jubah kuning dan dibendera mereka tertulis: Zhang Jue, Penguasa Langit.

“Kita akan menyerang Zhang Jue!” lata Liu Bei kepada saudaranya, dan mereka memacu kudanya untuk ikut bertempur. Zhang Jue berhasil mengalahkan pasukan Dong Zhuo dan terus menekan. Dia sedang bersemangat untuk menghancurkan seluruh pasukan pemerintah ketika tentara Liu Bei tiba, pasukannya kebingungan karena muncul pasukan yang tak dikenal ditengah2x mereka. Akhirnya pasukan Zhang Jue kacau dan mundur sejauh 15 km. Liu Bei berhasil menyelematkan jendral pasukan pemerintah dan kembali ke perkemahan mereka.

“Apakah Jabatanmu ?” Tanya Dong Zhuo.

“Tidak ada” jawab Lie Bei.

Dan Dong Zhuo memperlakukan mereka dengan tidak hormat. Liu Bei pergi dengan tenang, tetapi Zhang Fei marah besar.

“Kita Baru saja menyelamatkan nyawanya dalam pertempuran yang sengit” teriak Zhang Fei, ” Dan sekarang dia bersikap kasar pada kita! tidak ada apapun juga yang dapat meredam kemarahanku kecuali kematiannya!”.

Zhang Fei berjalan menuju tenda Dong Zhuo dan ditanganya dia mengengam sebilah pedang.